ICC Jakarta – Joko Widodo mengungkapkan penyesalannya terhadap aksi kekerasan yang terjadi di negara bagian Rakhine di Myanmar sekaligus menjelaskan aksi nyata Indonesia untuk mengatasi permasalah tersebut.
“Saya dan seluruh rakyat Indonesia, kita menyesalkan aksi kekerasan yang terjadi di Rakhine State Myanmar, perlu sebuah aksi nyata tidak hanya kecaman-kecaman,” kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Minggu sebagaimana laporan dari situs Antara pada Minggu (3/9).
Presiden Jokowi juga menugaskan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi untuk mengunjungi Myanmar dan meminta pemerintah Myanmar menghentikan dan mencegah kekerasan.
Dijadwalkan, Menlu Indonesia akan bertemu dengan Menlu merangkap Konselor Negara Republik Persatuan Myanmar Aung San Suu Kyi hari Senin (4/9) di Myanmar.
Keduanya sudah pernah bertemu di Myanmar pada 6 Desember 2016 dan pada 19 Desember 2016.
PBB hari Sabtu (2/9) menyatakan, Selama delapan hari sejak kekerasan terbaru pecah di Rakhine, sebanyak 60.000 orang etnis Rohingya terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya menuju Bangladesh untuk menyelamatkan diri.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyerukan semua pihak di Myanmar supaya menahan diri dan menjaga keamanan untuk menghindari terjadinya tragedi kemanusiaan di negara kawasan Asia Tenggara itu.
Seiring dengan bertambahnya jumlah tentara Myanmar yang ditempatkan di Rakhine sejak awal Juli lalu hingga kini, gelombang aksi kekerasan terhadap minoritas etnis Rohingya semakin meningkat, sehingga ribuan orang Rohingya meninggalkan tempat kelahirannya menuju Bangladesh untuk menyelamatkan diri.
Sebelumnya terjadi aksi kekerasan terhadap Rohingya di Rakhine pada tahun 2012.