مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ
Penafsiran lahiriah dari ayat ini adalah bahwa kedua laut ini berdampingan dengan dua ciri khas yang berbeda, akan tetapi terdapat penghalang di antara keduanya yang tidak membolehkan sama sekali yang satu terdominasi oleh yang lain dan hal ini adalah sungguh bukti yang besar atas Kemaha-kuasaan dan Kehebatan Tuhan.
Selain dari penafsiran diatas, terdapat satu riwayat yang menjelaskan salah satu dari makna-makna batin al-Quran, dan menganggap bahwa maksud dari dua laut itu adalah Ali As dan Fathimah Sa. Akan tetapi tentunya tafsir batin ini tidak berlawanan dengan hujjah dan argumen makna lahiriahnya.
Kemudian, dengan memperhatikan poin-poin yang ada di bawah, dapat dipahami maksud dari dari ayat tersebut:
- Kedua laut ini saling bertemu dan punya hubungan erat satu sama lain. Akan tetapi pada saat yang sama, yang satu sama sekali tidak dapat mendominasi yang lain; karena di antara kedua laut ini terdapat penahan dan penghalang. Kedua laut ini berdampingan dengan dua ciri khas yang berbeda, akan tetapi terdapat penghalang di antara keduanya yang sama sekali tidak memperbolehkan yang satu terdominasi oleh yang lainnya dan hal ini adalah sungguh bukti yang besar atas Kemaha-kuasaan dan Kehebatan Tuhan.[4]Maka dari itu Tuhan selanjutnya berfirman: “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”[5]
- Terkait dengan maksud dari kedua laut tersebut, namun laut yang mana dan sungai apa yang dimaksudkan oleh ayat tersebut terdapat beberapa perbedaan pendapat:
Kedua, sebagian dari para mufassir memaknai kedua laut tersebut pada sebagian dari beberapa laut zaman sekarang,[7] namun tentunya terdapat juga beberapa kritik atas penafsiran-penafsiran ini.
Ketiga, sebagian dari para mufassir juga menyepakati demikian bahwa maksud dari dua laut adalah laut bumi dan langit, dalam artian ketika air menjadi uap, uap akan naik keatas dan membentuk awan. Air tersebut adalah air tawar yang terpisah dari air laut yang asin.[8] Namun penafsiran ini pun juga tidak terlepas dari masalah yaitu lafaz “laut” tidak dapat digunakan pada awan dan yang semisalnya.
- Dari batas yang terdapat di antara kedua laut tersebut, Tuhan mengibaratkannnya seperti ini: “di antara keduanya ada batas…”; apa maksud dari batas (barzakh) tersebut; terdapat beberapa pendapat:
Kedua, sebagian lain menjelaskan hanya kekuasaan Tuhan dan kehendak Ilahi yang menjadi penghalang dari perkara tesebut yakni kedua laut tersebut saling bertabrakan dan yang satu terdominasi oleh yang lain.[10]
Ketiga, sebagian dari para mufassir menganggap maksud dari dua laut adalah sebagian dari beberapa laut zaman sekarang, mereka menjelaskan penghalang antara keduanya yaitu pulau-pulau yang terdapat diantara keduanya, mereka mengatakan bahwa penghalang-penghalang tersebut ada dimana Tuhanlah yang mengadakannya.[11]
Keempat, dan beberapa pandangan lain yang terdapat pada bahasan ini.[12]
- Terdapat satu riwayat yang dinukil sekaitan dengan ayat tersebut: Yahya Bin Sa’id Qatan, mengatakan: ”Aku mendengar dari Imam Shadiq As pada penafsiran ayat “ maraja al-bahraini yaltaqiyân” yang bersabda: “Ali dan Fatimah adalah dua laut yang dalam, yang sama sekali tidak satupun menzalimi yang lain” dan lu’lu’ wa al-marjan pada ayat “yakhruju minhuma al-lu’lu’ wa al-marjân ialah Hasan dan Husain yang muncul dari dua laut tersebut.”[13]Selain riwayat di atas pada sebagian dari beberapa riwayat dijelaskan bahwa perwujudan dari “baynahumâ barzakhun” adalah Nabi Saw,[14]riwayat ini juga terdapat dalam beberapa literatur Ahlusunnah.[15]