1. Imam Khomeini ra (Alm)
ICC Jakarta – Kita dengan saudara Sunni kita ibarat bangunan yang satu, karena kita semua adalah kaum muslimin yang bersaudara. Karena itu, jika ada seseorang yang hendak memecah belah kita, maka sadarilah bahwa dia melakukan hal itu karena dua hal: pertama, apakah karena dia seorang jahil atau kedua, karena dia sengaja melakukannya untuk menyebarluaskan persengketaan di dalam barisan kaum muslimin. Sadarilah, kasus pemecahbelahan Sunni dan Syi’ah tidak hanya terjadi sekali, tetapi berkali-kali. Namun, kita semua tetap bersaudara.[i]
Sudah seyogianya bagi semua khatib dan pembicara—baik pada acara-acara publik dan khusus mereka—dan semua penulis untuk melaksanakan dengan sepenuh hati kewajiban mutlak dan syariat mereka, yaitu untuk selalu bersikap hati-hati dan menghindarkan diri dari ucapan dan tulisan apa pun yang akan menyulut perpecahan di kalangan kaum muslimin bahkan meski hanya dengan isyarat atau kiasan. Demikian itu karena saat ini perselisihan di kalangan kaum muslimin seperti racun yang mematikan. Hendaknya mereka menyadari bahwa memprovokasi berbagai perselisihan dalam kondisi ini tiada lain hanyalah mengikuti hawa nafsu jahat dan tunduk kepada setan batin. Di samping itu, dengan melakukan provokasi ini maka mereka telah melakukan pelayanan terbesar kepada negara adidaya terutama Amerika Serikat. Di antara berbagai kejahatan besar yang dilakukan setan atas lisan dan pena-pena adalah menamakan semua kejahatan itu atas nama Islam. Begitu juga mereka harus mengetahui bahwa revolusi Islam tidak pernah memberi toleransi sedikit pun terhadap tindakan-tindakan ini dan akan menghukum dengan tegas orang-orang yang melakukan perbuatan ini.[ii]
Hendaknya disadari sepenuh hati bahwa tidak ada perbedaan sama sekali antara Sunni dan Syi’ah di dalam Islam selamanya; dan tidak seyogianya untuk mengada-ngadakan perbedaan itu. Anda semua harus berpegang teguh dengan kalimat yang satu. Para Imam Suci kita telah mewasiatkan kepada kita agar menjaga persatuan (Sunni dan Syi’ah) kita. Karena itu, jika ada seseorang yang berniat untuk memecah-belah persatuan ini, maka dia tiada lain hanyalah seorang yang bodoh atau seorang yang berniat buruk.[iii]
2. Imam Ali Khamenei ra (Pemimpin Revolusi Islam)
Seseorang meminta fatwa kepada Rahbar (Istifta’at): berdasarkan dalil-dalil yang pasti (qath’i) dan jelas yang telah menjadikan persatuan kaum muslimin saat ini sebagai hal yang sangat urgen, kami ingin mengetahui pendapat Yang Mulia mengenai kemutlakan penamaan “Umat Islam” atas para pengikut mazhab-mazhab dalam Islam seperti empat mazhab Sunni dan sebagian sekte Zaidiyah dan Ibadhiyah …dan lain-lain, yang mereka tetap beriman dengan hal-hal pokok agama (ushuluddin) yang lurus (hanif), apakah dibolehkan bagi kita untuk mengafirkan mazhab-mazhab ini dan kelompok-kelompok di atas tadi ataukah tidak? Apakah standar pengafiran pada masa kini?
Kami memohon kepada Allah agar selalu meneguhkan langkah-langkah Anda dalam melayani Islam dan kaum muslimin.
Jawaban kantor Sayid Ali Khamene’i ra: semua kelompok (mazhab, sekte) di atas dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari umat Islam sehingga mereka memiliki semua keistimewaan dan hak-hak Islami mereka. Karena itu, menumbuhkan perpecahan di dalam barisan kaum muslimin merupakan tindakan yang berlawanan dengan ajaran Alquran yang mulia dan Sunah suci Nabi saw. Di samping itu, hal ini pun akan menjadi faktor yang akan melemahkan kaum muslimin serta akan memberikan peluang bagi musuh-musuh Islam untuk menghancurkan kita. Dengan alasan ini, tidak diperbolehkan untuk mengafirkan berbagai kelompok Islam itu dalam keadaan apa pun.
Fatwa Imam Ali Khamene’i ra mengenai pengharaman pelecehan terhadap simbol-simbol yang disucikan oleh mazhab Sunni
Berikut adalah jawaban terhadap permintaan fatwa yang diajukan oleh sekelompok ulama dan para pengajar Syi’ah di daerah Ihsa, Saudi Arabia kepada Yang Mulia Pemimpin Revolusi Islam mengenai “pelecehan kepada istri Rasulullah saw”, beliau menjawab: “Haram melecehkan simbol-simbol sakral saudara kita Ahlusunnah, apalagi sampai menuding dengan keji istri Nabi saw dengan tudingan yang akan melepaskan kemuliaannya. Bahkan perilaku ini diharamkan atas semua istri Nabi saw dan khususnya kepada Nabi saw.
Apresiasi Syekh Azhar Mesir atas terbitnya Fatwa Imam Ali Khamene’i ra
Syekh Ahmad Thayyib, rektor al-Azhar, menerbitkan pernyataan resmi yang di dalamnya menjelaskan bahwa fatwa ini telah dikeluarkan dalam waktu yang tepat untuk menutup dan menghancurkan pintu-pintu fitnah.
Syekh Ahmad Thayyib menambahkan dalam pernyataannya itu bahwa, “Kami merasa sangat berbahagia dan menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas dikeluarkannya fatwa Imam Ali Khamene’i—fatwa yang penuh keberkahan—yang di dalamnya diharamkan berperilaku keji (melecehkan) kepada para sahabat (semoga rida Allah selalu tercurah kepada mereka) Nabi saw atau sikap permusuhan kepada istri-istri Nabi saw yang mulia. Fatwa ini menunjukkan makrifat yang lurus dan pemahaman yang mendalam atas bahaya dari tindakan yang dilakukan para penyebar fitnah. Fatwa ini pun menjelaskan kehendak beliau yang sangat kuat terhadap persatuan kaum muslimin. Yang menambah nilai penting terbitnya fatwa ini adalah karena fatwa ini muncul dari salah seorang tokoh terkemuka ulama Islam dan merupakan salah seorang marja Syi’ah terpenting dalam kapasitas beliau sebagai pemimpin tertinggi Republik Islam Iran.”
Pernyataan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam dalam acara yang lain
Pernyataan yang disampaikan beliau pada acara yang diselenggarakan di Provinsi Kurdistan, tanggal 13 April 2009 M. Acara ini dihadiri oleh ribuan massa:
Setiap perkataan atau tindakan yang menyulut api perpecahan di kalangan kaum muslimin, dan setiap pelecehan atas hal-hal yang dianggap sakral oleh berbagai kelompok Islam atau mengafirkan salah satu mazhab Islam merupakan tindakan pelayanan terhadap balatentara kekafiran dan kesyirikan, pengkhianatan terhadap Islam dan diharamkan oleh syariat.
Orang-orang yang mengaku-ngaku Sunni (tasannun) yang dibantu oleh Amerika dan orang-orang yang mengaku-ngaku Syi’ah (tasyayyu’) yang muncul dari London yang berbicara kepada dunia (dengan mengatasnamakan Islam), ketahuilah sesungguhnya keduanya adalah teman-teman setan dan para pekerja kaum imperialis dan Barat.
Musuh-musuh Islam terus-menerus menebar ancaman terhadap inti eksistensi Islam. Karena itu, wajib atas seluruh umat Islam dan mazhab-mazhab Islam untuk menyatukan diri dalam barisan yang satu dan kokoh dan menjadi “tangan yang satu” untuk mencegah pengaruh musuh menembus Dunia Islam.
Demi Allah, orang-orang yang menanam kebencian dan kedengkian di dalam kelompok Syi’ah kepada Ahlusunnah dan orang-orang yang menanam kebencian dan kedengkian di dalam kelompok Ahlusunnah kepada Syi’ah, mereka bukan termasuk golongan Syi’ah ataupun Ahlusunnah sejati. Mereka sejatinya tidak menyukai Syi’ah dan tidak menyukai Ahlusunnah; mereka sebenarnya adalah musuh Islam. Tentu saja mereka tidak mengetahui hal itu, sebagian besar mereka orang-orang yang tidak mengerti.
Begitu juga ada sebagian orang Syi’ah yang melecehkan hal-hal sakral kaum Sunni karena kebodohan atau kelalaian mereka, atau terkadang karena niat menumbuhkan perpecahan. Maka saya katakan kepada Anda semua: kelakuan kedua kelompok ini diharamkan syariat dan berlawanan dengan hukum.
Pernyataan yang disampaikan beliau pada pertemuan tokoh-tokoh dan pelajar Sunni dan Syi’ah di Provinsi Kurdistan, tanggal 13 April 2009 M.
Terkadang ada oknum Syi’ah yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyerang orang Sunni, begitu juga ada seorang oknum Sunni yang berusaha sekuat tenaga menyerang orang Syi’ah. Tentu saja, inilah sebenarnya yang diusahakan oleh musuh-musuh Islam (pertengkaran Syi’ah dan Sunni). Ketika terjadi pertentangan dan terjadi perpecahan; ketika sebagian di antara kita berburuk sangka kepada sebagian yang lain; ketika sebagian kita berkhianat kepada sebagian lainnya; tentu saja kita tidak akan bekerja sama satu sama lain dan tidak akan saling menyayangi di antara kita. Inilah yang diinginkan oleh musuh-musuh kita. Sudah seyogianya para ulama Sunni dan Syi’ah memahami fakta ini dan agar mengerti hakikatnya.
Memang, kedua mazhab ini tidak bersepakat dalam beberapa masalah agama. Meski demikian dalam banyak hal ada lebih banyak kesepakatan di antara keduanya. Tetapi ketidaksepakatan ini tidak harus dipahami sebagai permusuhan. Kenyataannya, kita menemukan pertentangan yang tajam di dalam beberapa fatwa dari ulama-ulama Syi’ah; begitu juga kita menemukan pertentangan tajam beberapa fatwa dari ulama-ulama Ahlusunnah, akan tetapi pertentangan ini tidak secara otomatis dianggap sebagai bentuk pelecehan atau tindak pencacian di antara kita.
Tak seorang pun
berhak memonopoli kecintaan kepada Ahlulbait as sebagai hanya milik kaum Syi’ah
saja. Ahlulbait as adalah milik Dunia Islam. Siapakah yang tidak menyukai
bahwasanya Hasan dan Husain as keduanya adalah penghulu para pemuda surga?
Siapakah yang tidak menyenangi para Imam Syi’ah yang mulia (yang merupakan
Ahlulbait Nabi saw)?
[i] Shahifah Nur, jilid 5, hal., 77.
[ii] Shahifah Nur, jilid 14, hal., 157.
[iii] Shahifah Nur, jilid 5, hal.38.