ICC Jakarta – Rangakaian acara malam-malam majelis Imam Husain as telah diselenggarakan di ICC Jakarta pada 19/9. Pembicara kali ini adalah Ust. Abdillah Ba’bud.
Kisah heroik peristiwa Karbala selalu hadir dalam diri pecinta al-Husian, malam tadi, pembawa hikmah majelis Imam Husain as mengingatkan lagi memori-memori hadirin tentang peristiwa Karbala. Ya, pada tanggal 9 Muharam, al-Husain meminta waktu untuk lebih lama bukan untuk menikmati dunia, tapi untuk meminta kesempatan supaya lebih banyak beribadah. Di kemah al-Husain, terdengan dzikir, dan tangisan. Para pengikut setia Imam Husain as menangis bukan dalam hal kedukaan, tapi bersuka cita. Karena telah mendapatkan janji dari lisan suci Al-Husain, bahwa mereka akan mendapatkan syurga.
Qasim bin al-Hasan (belum sampai pada usia baligh) dia memutar otak untuk mendapat alasan (menyusun kalimat yg tepat) agar diberikan ijin untuk ikut serta perang sehingga pada akhirnya akan mereguk cawan kesyahidan.
Al-Husain bertanya, kalau kamu besok ingin perang, maka bagaimana pandanganmu tentang syahadah? Qasim menjawab, aku tidak melihat kesyahidan kecuali lebih manis daripada madu.
Sebagian orang mencibir para pengikut syiah selalu menangis untuk al-Husain padahal dalam Al-Qur’an menjelaskan tangisan untuk menyesali perbuatan buruk mereka. Namun sesungguhnya, apakah falsafah menangisi Imam Husain as? Berikut ini beberapa falsafah tangisan Imam Husain As:
1 . Al-Quran memberitakan tentang tangisan Nabi Ya’qub bagi Nabi Yusuf
Dalam al-Qur’an, air mata Ya’qub dilukiskan dalam al-Qur’an: Saudara yusuf membiarkan ayahnya dalam kesedihan selama berpuluh” tahun.
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 86)
- Sebagai bentuk engkapan penyesalan akan dosa dan penyelamat dari murka Allah swt.
فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلًا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Maka biarkanlah mereka tertawa sedikit dan menangis yang banyak, sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat. (QS. Al-Taubah: 82)
Falsafah Menangisi Imam Husain dalam Penjelasan Lisan Suci Maksum
- Tangisan Husain as membuat hati Rasul menjadi sedih
Dalam sejarah juga tercatat bahwa semenjak kelahiran Alhusain, sering kali Rasulullah saaw (sayyidulbakkaa’un) Nampak bersedih dan sesenggukan menangisi penderitan yang akan menimpa Alhusain, yang juga di ikuti oleh Fatimah, Ali dan para sahabat, walaupun peristiwa itu belum terjadi.
كل عينين باكية في يوم القيامة، الا عين بكت الى مصاب الحسين. فان ضاحكة في الجنة
“Rasulullah saw. keluar dari rumah ‘AIsya’h dan singgah di rumah Fathimah. Ketika itu Rasulullah saw mendengar tangisan Husain as Rasulullah merasa gusar. Lalunya berkata kepada Fathimah as, ‘Tidakkah kau tahu bahwa tangisannya itu menyayat hatiku?'”
Rasulullah Saw berkata kepada Sayyidah Fathimah as: “Hai Fathimah! Setiap mata akan menangis di Hari Kiamat, kecuali mata yang telah menangisi musibah dan kesedihan yang menimpa Husein. Mata itu akan tertawa dan diberi kabar gembira akan nikmat-nikmat surga.”
- Imam Ja’far selalu menangis karena peristiwa yang menimpa Imam Husain
Pada suatu hari ketika orang-orang menceritakan Imam Husain as di depan Imam Ja’far, maka Imam Ja’far tidak akan tersenyum hingga keesekoan harinya.
Imam Ja’far mengajarkan berpura-pura menangis jika kita tidak bisa untuk menangisi tragedi Karbala. Dalam penjelasannya, beliau bersabda:
Imam Ja’far as berkata, “Jika tangismu tak kunjung tiba, maka berpura-puralah menangis! (berlakulah seperti orang yang sedang menangis atau berusahalah untuk mewujudkan suasana yang dapat membuatmu meneteskan airmata). Dan apabila kemudian engkau berhasil meneteskannya walau hanya sebesar kepala lalat, maka ucapkanlah selamat!” Mengapa? Rasulullah saaw bersabda, “Wahai Aba Dzar! Sesungguhnya Tuhanku telah mengabarkan kepadaku, Ia berkata, ‘Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, para penyembah-Ku belum memahami arti tangisan dan airmata (untuk meraih keridhaan-Ku), padahal sungguh Aku akan dirikan bagi mereka ditingkat surga yang paling tinggi (arrafiqul a’la) sebuah istana, yang hanya akan dihuni oleh mereka (selainnya tidak di izinkan masuk).’”
Al-Husain dengan pengorbanannya telah berhasil menciptakan revolusi air mata. Semua yang menghadapi Yazid-yazid zaman ini adalah orang-orang yang meneteskan air mata Imam Husain as. Imam Husain menciptakan serdadu serta seluruh pasukan yang rela memberikan segalanya. [SH/SZ)