ICC Jakarta – Tiga ledakan aksi bom bunuh diri yang mengguncang Surabaya Minggu pagi, 13/5 kembali membuat Indonesia berduka. Hingga pukul 14.40 WIB, polisi menyatakan sebelas korban tewas akibat ledakan di tiga geraja itu.
Siapapun pelaku aksi teror itu, ajaran Islam tidak mengajarkan kekerasan dan kekejaman. Menurut ulama sepuh KH. Ahmad Mustafa Bisri, Islam bertuhankan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan datang rahmatan lil’ãlamïn.
“Kekerasan dan kekejaman lahir dari kebodohan yang dihasut oleh fitnah kedengkian,” kata pria yang akrab disapa Gus Mus ini di laman Twiternya beberapa jam setelah serangan teror di Surabaya terjadi, 13 Mei.
Ulama jebolan Al Azhar ini bilang, seperti dalam situs gusmus.net, hampir semua orang Islam mengetahui bahwa Rasulullah SAW diutus utamanya untuk menyempurnakan budi pekerti. Karena itu, Rasulullah SAW sendiri budi pekertinya sangat luhur dan mencontohkan serta mengajarkan keluhuran budi.
“Sehingga semua orang tertarik,” katanya. “Ini sekaligus merupakan pelaksanaan perintah Allah untuk berdakwah. Berdakwah adalah menarik orang bukan membuat orang lari.”
Rentetan bom terjadi di tiga lokasi yaitu di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela yang beralamat di Jalan Ngagel Madya Utara, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan di Jalan Arjuno, dan Gereja Kristen Indonesia Diponegoro 146 di Jalan Raya Diponegoro.
Saksi bernama Samsia melihat ada 2 orang yang masuk ke dalam gereja menggunakan ransel dan langsung meledak dan langsung mengenai satpam dan polisi yang berjaga di depan.
Saksi lain bernama Yudi mengatakan getaran yang dirasakan seperti gempa bumi. Dia juga mencium bau kimia.
Vikjen Keuskupan Surabaya Romo Tri Budi Didik Pr mengatakan peristiwa terjadi jelang dimulainya misa kedua pukul 08.00 WIB. Ada orang pakai sepeda motor dihalang-halangi oleh satpam, lalu meledak. YS/islamindonesia