ICC Jakarta – Berdasarkan dalil dan pembenaran logika dan juga dengan adanya ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para Imam Suci Ahlulbait As, Kaum Syiah percaya dan yakin bahwa Allah Swt telah menunjuk seorang hujjah dan khalifah-Nya dalam setiap masa dan zaman.
Sesuai dengan riwayat yang tsiqah, hujjah dan khalifah Allah Swt tersebut terdiri dari duabelas orang. Semuanya datang setelah wafatnya Nabi Saw. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah Swt yang telah ditunjuk oleh-Nya guna memberikan hidayah kepada manusia setelah wafatnya Rasul dan Nabi-Nya yang terakhir itu. Mereka tidak lain adalah keduabelas Imam suci yang ada dalam mazhab Ahlulbait (Syiah Itsna ‘Asyariyah). Urutan kesebelas dari mereka adalah Imam Hasan Al-‘Askari As sedang yang keduabelasnya adalah Imam Mahdi As.
Beberapa riwayat yang menyinggung masalah ini diantaranya ialah:
- Hadis Mi’raj
Disaat Rasulullah Saw isra’ dan mi’raj, ia melihat cahaya terang benderang yang menandakan bahwa cahaya tersebut ialah tampakan dari manusia-manusia pilihan yang akan meneruskan kepemimpinannya pasca ia meninggal. Disaat itu, Rasulullah Saw bersabda, “Aku bertanya, “Wahai Tuhanku, siapakah mereka itu? Dia berkata, “Mereka adalah para pemimpin dan Imam sedangkan yang ini adalah Al-Qaim. Mereka adalah orang-orang yang akan menghalalkan apa yang Aku halalkan dan mengharamkan apa-apa yang Aku haramkan. Mereka akan membalas dendam atas musuh-musuh-Ku. Wahai Muhammad! Cintailah dia karena Aku juga mencintainya dan mencintai orang-orang yang cinta terhadapnya…”[1]
- Hadis dan Lauh Zahra As
Lauh (catatan) Hadrat Zahra As yang merupakan satu hadiah dari Allah Swt kepadanya dan memiliki nilai yang sangat tinggi. Diantara isi yang ada dalam lauh nama-nama seluruh Imam dan khalifah sepeninggal Rasulullah Saw. Setelah menyebut nama Imam Hasan Al-‘Askari, di akhir lauh itu tertulis,“… “Aku akan menyempurnakannya -perkara keimamahan- dengan anaknya yang bernama Muhammad. Dengannya, maka rahmat Allah Swt akan tersebar bagi seluruh penghuni alam semesta.[2]”
3. Hadis Ghadir
Pada akhir-akhir masa kehidupan Nabi Muhammad Saw, selain menjelaskan ihwal siapakah yang akan menjadi Imam dan Khalifah pertama sepeninggalnya, tatkala itu Nabi Muhammad Saw juga menjelaskan kepada Umat Islam ihwal siapakah Imam dan Khalifah terakhir yang akan mengatur alam semesta. Dalam khutbahnya yang terkenal yang beliau sampaikan di Ghadir, (yang kemudian dikenal dengan nama Hadis Ghadir), Rasulullah Saw bersabda, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah benar-benar seorang Nabi –yang telah diutus untuk kalian- dan Ali adalah benar-benar Washiku. Ketahuilah! Sesungguhnya Imam dan Khalifah yang terakhir adalah dari kami. Dialah Al-Qaim Al-Mahdi. Dan ketahuilah! Bahwa dialah yang akan menegakkan kembali agama ini. Dan dialah yang akan menuntut balas atas kaum yang dzalim.[3]”
4. Hadis Rasulullah Saw
Salah satu dari hadis dan riwayat-riwayat yang ada, yang secara jelas menjelaskan nama-nama para Imam Ma’shum ialah hadis dan ucapan Rasulullah Saw, ”Sepeninggalku, ada duabelas Imam –yang akan meneruskan kepemimpinanku selepasku-. Yang pertama dari mereka adalah Ali bin Abi Thalib, sedangkan yang terakhir dari mereka ialah Al-Qaim. Mereka adalah penerus-penerusku, washi-washiku, dan para waliku. Sepeninggalku, maka merekalah yang menjadi hujjah-hujjah Allah Swt bagi seluruh umatku. Barang siapa yang meyakini mereka, maka ia telah mukmin. Dan barang siapa yang mengingkari mereka, maka ia telah kafir.”[4
5. Hadis Imam Ali As.
Sebagaimana Rasulullah Saw, maka para Imam Suci Ahlulbait As juga senantiasa menjelaskan ihwal mata rantai dan silsilah keimamahan yang berjumlah duabelas orang. Sehingga dengan demikian, maka Kaum Syiah menjadi terbebas dari kesesatan (khususnya dalam mengenal siapakah Imam Zamannya).
Diriwayatkan bahwa pada saat Imam Ali As ditanya ihwal siapakah orang-orang (‘itrah) yang dimaksud dalam hadis Nabi Saw, “Innî mukhallif-un fîkum al-tsaqalain-i Kitâballâh wa ‘Itrati”, beliau menjawab, “Ana wa al-Hasan wa al-Husain wa al-Aimmat-u al-tis’at-u min wuld-i al-Husain. Tâsi’uhum Mahdiyuhum wa Qâimuhum. Lâ yufâriqûna Kitâballâh-i wa lâ yufâriquhum hattâ yaridû ‘alâ Rasûlillâh-i Haudhah-u “Aku, Hasan, Husain, dan sembilan Imam lainnya dari anak dan keturunan Husain. Kesembilan dari mereka adalah Mahdi mereka. sebagaimana mereka tidak akan pernah lepas dari Kitabullah, maka Kitabullah itu sendiri juga tidak akan pernah lepas dari mereka. Tidak ada yang dapat memisahkan mereka hingga mereka menemui Rasulullah di Haudh.”[5] (Dars Nameh Mahdawiyat II, Khuda Murad Salimiyan)
[1]. Muhammad bin Ibrahim Nu’mani, Al-Ghaibah, Teheran, Maktabah Al-Shaduq, 1397 HQ, hal 93, Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq, Kamâl al-Dîn wa Tamâm al-Ni’mah, Qom, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1395 HQ, jilid 1, hal. 252.
[2]. Syaikh Kulaini, Kâfi, jilid 1, hal. 527.
[3]. Al-‘Allamah Al-Majlisi, Bihâr-u al-Anwâr, jilid 37, hal. 213.
[4]. Syaikh Shaduq, Man lâ yahdhuruhu al-Faqîh, jilid 4, hal. 179.
[5]. Syaikh Shaduq, Kamâl-u al-Din wa Tamâm-u al-Ni’mah, jilid 1, hal. 240.
[6]. Ibid, hal. 315.
[7]. Ibid, hal. 317.
[8]. Ibid, hal. 319.
[9]. Ibid, jil. 2, hal. 342.
[10]. Ibid, jil. 2, hal. 361.
[11]. Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq,‘Uyûn Akhbâr al-Ridhâ, Teheran, Jahan, 1378 HS, jil. 1, hal. 273.
[12]. Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq, Kamâl al-Dîn wa Tamâm al-Ni’mah, Qum, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1395 HQ, jil. 2, hal. 377.
[13]. Ibid, jil. 2, hal. 383.
[14]. Ibid, jil. 2, hal. 409, bab 38.
[15]. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Kâfi, Teheran, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1365 HS, jil. 1, hal. 503.
[16]. Muhammad bin Nu’man ‘Ukhbari (Syaikh Mufid), Al-Irsyâd, Mushahhih Ali Akbar Ghafari, Qum, Konggres Syaikh Mufid, 1413 HQ, jil. 2, hal. 339.
[17]. Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq, Kamâl al-Dîn wa Tamâm al-Ni’mah, Qum, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1395 , jil. 2, hal. 384 dan 457.