Islamic Cultural Center (ICC) resmi membuka Majelis Taklim Ahlul Bait Zainab Al-Kubra pada 4 Juni 2025. Majelis ini hadir sebagai jawaban atas berkurangnya jumlah majelis taklim, kesulitan jarak, dan terbatasnya akses komunitas untuk mukminat. Ustaz Dr. Umar Shahab dalam sambutannya menyampaikan bahwa ICC menginisiasi majelis taklim yang berlangsung setiap minggu ini tanpa ikatan komunitas tertentu, sehingga mudah diikuti oleh siapa saja.
Pada kesempatan yang sama, Ustaz Dr. Umar Shahab turut menjelaskan pentingnya wadah belajar agama sebagai sarana mempererat ukhuwah dan menjaga nilai-nilai keislaman khususnya di kalangan ibu-ibu.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi perdana oleh Direktur ICC, Prof. Dr. Abdolmadjid Hakimollahi. Dalam ceramahnya, Prof. Dr. Abdolmadjid Hakimollahi menekankan rasa syukur kepada Allah atas kesempatan berkumpul dan mengingat-Nya bersama. Beliau menggarisbawahi bahwa majelis taklim bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan tempat untuk meninggikan syiar Allah dan memperkuat iman serta makrifat kepada Allah dan Ahlul Bait.
Prof. Dr. Hakimollahi kemudian memaparkan dua riwayat yang menguatkan posisi majelis taklim sebagai taman surga dan sumber kehidupan hati, sekaligus menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah dan keluarga Nabi Muhammad. Dalam ceramahnya, beliau juga mengingatkan bahwa manusia, sebagai khalifah Allah, dituntut menapaki perjalanan menuju kesempurnaan dengan bantuan majelis taklim sebagai sarana utama.
Lebih lanjut, beliau mengutip Surah An-Nur ayat 36 yang mengajak umat untuk mengingat nama Allah di rumah-rumah-Nya, sehingga majelis taklim berperan dalam menghilangkan kelalaian dan meningkatkan derajat manusia melalui dzikir.
Empat poin utama yang disampaikan Prof. Dr. Hakimollahi mengenai majelis taklim adalah: pertama, menghidupkan nilai Tauhid agar peserta memahami dan menjalin hubungan dengan Allah; kedua, mengenalkan nilai-nilai Ahlul Bait sebagai kewajiban menyampaikan kebenaran kepada sesama; ketiga, menjaga komunitas agar nilai agama tetap hidup dan terjaga melalui rutinitas keagamaan; keempat, mempererat hubungan antar sesama Muslim yang mendorong berbagai aktivitas sosial dan kebaikan.
Selanjutnya, beliau membahas tema kedua mengenai peran perempuan dalam menghidupkan nilai-nilai agama melalui majelis taklim. Perempuan dipandang sebagai manifestasi rububiyah Allah yang membawa kasih sayang dan sebagai cerminan fitrah yang membawa cahaya bagi manusia. Dalam perspektif irfan, perempuan merupakan kunci pembentukan masyarakat karena kemampuan mereka dalam mendidik dan membimbing menuju kesempurnaan.
Prof. Dr. Hakimollahi juga menekankan bahwa potensi perempuan dalam membentuk masyarakat lebih besar daripada laki-laki. Sejarah mencatat peran perempuan luar biasa dalam menyebarkan nilai-nilai agama dan membentuk generasi yang kuat.
Sebagai penutup, beliau mengusulkan agar kajian majelis taklim dilakukan secara tematis dengan tujuan meningkatkan pengetahuan agama secara sistematis. Melalui majelis taklim, anak-anak terutama perempuan dapat dibina untuk memiliki kemampuan keagamaan, berbicara, dan berkhidmat di masyarakat. Tema keluarga juga diusulkan sebagai topik penting untuk dikaji secara mendalam di masa depan.