ICC Jakarta – Seringkali kita dituntut untuk melakukan metode-metode baru dalam kehidupan, termasuk dalam mengajari atau memberi kritik atau ingin mengingatkan seseorang tanpa menngganggu atau mengusik kedudukannya. Hal ini akan semakin perlu dirasakan jika yang diberi nasehat lebih memiliki kedudukan atau memiliki status sosial yang lebih tinggi ataupun memiliki usia yang lebih banyak atau keunggulan-keunggulan lainnya baik dari sisi keunggulan materi maupun bahkan keunggulan spiritual sekalipun. Pelajaran dari Imam Hasan dan Imam Husain As memberikan pelajaran kepada kita semua bagaimana bermain cantik dalam mengajaris seorang kakek ketika kakek itu keliru dalam berwudhu. Kisahnya adalah demikian:
Suatu hari di Madinah, seorang tua sedang melakukan wudu’ untuk menunaikan salat. Secara kebetulan, Imam Hasan al-Mujtaba As dan Imam Husain asy-Syahid As juga berada di tempat itu dan mereka memperhatikan bahwa orang tua ini tidak melakukan wudu’ dengan benar. Allah Swt meminta kita untuk membenarkan kesalahan orang apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tugas ini disebut sebagai Amr bil Ma’ruf (menyeru kepada kebaikan). Kedua Imam kita ini tahu bahwa mereka harus memberi tahu orang tua ini akan kesalahan. Bagaimanapun, kedua Imam (Imam Hasan dan Imam Husain) kita ini masih belia ketika itu. Dan mereka merasa bahwa orang tua itu akan merasa malu jika dia dibenarkan oleh seorang muda. Lalu, kedua Imam kita ini mendapatkan ide brilian bagaimana mengajarkan cara wudu’ yang benar kepada orang tua ini. Mereka berpura-pura berbantahan satu sama lain. Imam Hasan al-Mujtaba As berkata kepada saudaranya, “Aku pikir wudu’ku lebih benar dari wudu’mu.” Imam Husain asy-Syahid As menjawab, “Tidak, Aku pikir wudu’kulah yang paling benar.”
Orang tua itu mendengarkan adu-argumentasi mereka. Kini Imam Hasan berbalik kepadanya dan berkata, “Bapak tua, sudikah bapak menilai siapakah yang wudu’nya yang paling benar di antara kami?”Orang tua itu setuju dengan permintaan mereka.Kedua Imam tersebut melakukan wudu’. Orang tua itu mengamati secara seksama, dan menyadari bahwa keduanya hampir melakukan wudu’ yang serupa. Ia juga menyadari bahwa dia tidak melakukan wudu’ dengan benar. Dia tahu bahwa anak-anak itu sedang berusaha untuk membenarkannya dengan santun. Dia sangat menyukai perlakuan anak-anak itu. Dia berkata, “Ananda tercinta, Akulah yang tidak benar dalam melaksanakan wudu’. Terima kasih banyak atas “cara manis” yang telah kalian peragakan yang dapat membimbingku dari kesalahan. (Dastan Rastan, Syahid Muthahhari)
Jadi dengan permainan cantik yang diperankan oleh Imam Hasan As dan Imam Husain As, sang kakek pun tahu akan kekeliuran wudhu yang ia lakukan, tanpa tersinggung sedikitpun.
Turut berbahagia atas hari milad Imam Hasan al-Mujtaba, 15 Ramadhan 1438 semoga menjadi hari bahagia bagi Anda. [SZ]