ICC Jakarta – Pada kesempatan ini kita akan membaca lebih lanjut tentang aktivitas dan kegiatan-kegitan politik rahbar, Imam Ali Khamenei, baik sebelum Revolusi Islam Iran mencapai kemenangan maupun pada masa setelahnya. Perjuangannya melawan rezim depostik Syah menghantarkan ia harus mendekam di penjara. Ceramah-ceramah dan pidato-pidato selalu membakar rakyat untuk bangkit melawan penguasa zalim.
Titik awal masuknya Rahbar pada aktifitas politik dan perlawanan terhadap sistem kerajaan Pahlevi adalah pertemuan beliau dengan Sayid Mujtaba Nawwab (Mirluhi) di kota Masyhad tahun 1962 Juga tahun 1963 yang ketika itu dia bertugas sebagai penyambung pesan Imam Khomeini kepada Ayatullah Milani.
Beliau banyak melakukan ceramah anti keputusan-keputusan pemerintah zaman itu ketika beliau berkunjung ke kota Birjan. Oleh karena itulah pada tanggal 7 Muharram tahun 1383 H. beliau ditangkap dan dipenjara di salah satu penjara Masyhad. Ketika dia sudah bebas dari penjara, Ayatullah Muhammad Hadi Milani pun datang untuk mengunjunginya. Dia adalah salah seorang diantara para rohaniawan yang pada 1963 mengutus telegram kepada Ayatullah Sayid Mahmud Thaliqani, Mahdi Bazarghan dan Yadullah Sahabi yang dipenjarakan karena pembelaan mereka terhadap Imam Khomeini.
Pada masa itu juga, berkat pengarahan darinya, para pelajar kota Khurasan yang belajar di Hauzah Ilmiah Qum menulis dan menyebarkan surat kepada Hasan Ali Mansur sebagai sebuah protes atas berlanjutnya tekanan terhadap Imam Khomeini. Di antara para pelajar tersebut adalah Rahbar, Abul Qasim Khuz Ali dan Muhammad Ebai Khurasani.
Ayatullah Khamenei pada bulan Bahman tahun 1342 S. (1963) bertepatan dengan bulan Ramadhan tahun 1380 H. berangkat ke kota Zahedan untuk melakukan tabligh dan penjelasan seputar masalah-masalah kebangkitan Islam. Karena ceramah-ceramahnya di masjid-masjid kota Zahedan, diapun ditangkap dan dipindahkan ke penjara Qazl Qel’eh. Pada tanggal 14 Esfand tahun 1342 S. (1963) beliau keluar dari penjara dan pada musim gugur tahun 1343 S. (1964) dia pulang dari kota Qum ke Masyhad.
Dia adalah salah seorang dari anggota “Kelompok Dua Belas” bersama tokoh-tokoh seperti; Abdurrahim Rabbani Syirazi, Muhammad Huseini Beheshti, Ali Faiz Mishkini, Ahmad Azari Qummi, Ali Qudusi, Akbar Hashemi Rafsanjani, Sayid Muhammad Khamenei dan Muhammad Taqi Misbah Yazdi, dimana kelompok ini dibentuk dalam rangka memperkuat pembenahan Hauzah Ilmiah Qum dalam rangka perlawanan terhadap rezim Pahlevi.
Untuk beberapa waktu dia juga menjabat sebagai imam jamaah di masjid Amirul Mukminin kota Teheran. Ketika terjadi penangkapan dan pengasingan terhadap Ayatullah Sayid Hasan Qummi pada bulan Farwardin tahun 1346 S. (1967) disebabkan ceramah anti rezim pemerintah yang disampaikannya di masjid Gouharshad, Ayatullah Khamenei pun meminta kepada Ayatullah Milani untuk melakukan protes.
Pada tanggal 14 Farwardin tahun 1346 S. (1967) dalam upacara pengusungan jenazah Ayatullah Syekh Mujtaba Qazwini, beliau kembali ditangkap dan pada tanggal 26 Tir pada tahun yang sama dia dibebaskan. Dia juga dalam beberapa kesempatan, pergi melakukan kunjungan kepada para tawanan politik di kota Teheran.
Ketika terjadi gempa bumi dan kehancuran di timur kota Khurasan pada tanggal 9 Shahriwar tahun 1357 S. (1978), para rohaniawan kota Khurasan dengan pimpinan Ayatullah Khamenei pergi ke kota Firdaus dalam rangka memberikan bantuan dan renovasi korban gempa bumi. Kesempatan ini dia gunakan untuk melakukan aktifitas politiknya dalam majelis-majelis dan mimbar-mimbar serta dalam acara-acara keagamaan. Aktifitas inilah yang mengakibatkan dia diberhentikan dari aktifitas ini dan keluar dari kota Firdaus.
Walaupun dengan berbagai macam tekanan, dia selalu melakukan korespondensi dengan sebagian rohaniawan pejuang seperti Sayid Mahmud Thaliqoni, Sayid Muhammad Reza Saidi, Muhammad Jawad Bahonar, Muhammad reza Mahdawi Kani, Murtadha Muthahhari, Akbar Hashemi Rafsanjani dan Fadhlullah Mahallati di kota Masyhad dan Teheran dan sering menghadiri banyak pertemuan para ulama dan rohaniawan pejuang Teheran ketika dia tinggal di kota Masyhad.
Setelah bebas dari tahanan dia mulai memperluas aktifitas-aktifitas politik dan sosialnya serta melanjutkan kegiatan mengajar dan kajian tafsir beliau di madrasah Mirza Ja’far, masjid Imam Hasan As, masjid Qiblat dan juga di rumahnya.
Pada bulan Azar tahun 1352 S.(1973) dia memindahkan tempat salat berjamaah dan pengajaran tafsirnya ke masjid Karamat. Akan tetapi setelah beberapa waktu menteri keamanan waktu itu melakukan pelarangan mengadakan salat berjamaah di masjid tersebut.
Di bulan Aban tahun 1353 S. (1974) beliau menyampaikan ceramahnya di masjid Jawid Teheran berkat undangan dari Ayatullah Muhammad Mufattih. Pada bulan Dey tahun 1353 S. (1973) dia ditahan dan kali ini ditahan di penjara Komite Bersama Anti Kerusakan di Teheran. Di tahanan ini dia tidak mendapatkan izin untuk bertemu seorang pun dan mereka tidak memberikan berita kepada keluarganya mengenai kondisi dan tempat penahanan.
Rahbar pada tanggal 2 Shahriwar tahun 1354 S. (1974) bebas dari tahanan akan tetapi masih tetap dalam pengawasan petugas keamanan dan dilarang untuk melakukan salat berjamaah, ceramah, mengajar dan kajian-kajian tafsirnya, bahkan di rumahnya sendiri dilarang. Akan tetapi dia tetap melakukan kajian tafsir dan kegiatan-kegiatannya dengan cara sembunyi-sembunyi.
Ketika Dr Ali Syariati wafat pada tanggal 29 Khurdad tahun 1356 S. (1976) Ayatullah Khamenei ikut hadir dalam acara memperingati wafatnya dan juga mengadakan acara untuk wafatnya Ayatullah Sayid Mushtafa putra dari Imam Khomeini bersama para aktifis lain pada tanggal 6 Aban yang diselenggarakan di masjid Mulla Hasyim.
Dia divonis oleh komisi keamanan masyarakat kota Khurasan untuk diasingkan ke kota Iranshahr selama tiga tahun dimana petugas keamanan pada tanggal 23 Azar tahun 1356 S.(1976) menggeledah rumahnya dan menangkap serta memindahkannya ke kota Iranshahr.[]