Serangan Israel di Gaza Terus Berlanjut
Pasukan pendudukan Israel (IOF) telah menggempur Jalur Gaza selama delapan hari berturut-turut dengan serangan udara dan artileri yang menargetkan rumah-rumah warga serta tempat pengungsian. Serangan ini semakin memperburuk situasi yang disebut banyak pengamat sebagai bentuk hukuman kolektif dan pembersihan etnis terhadap warga sipil Palestina.
Dalam 24 jam terakhir, sedikitnya 61 warga Palestina tewas, termasuk dua jurnalis, sementara 134 lainnya terluka akibat serangan membabi buta Israel. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban ini pada Senin (24/3/2025). Sejak Israel kembali melancarkan agresi pada 18 Maret 2025, korban tewas telah mencapai 730 orang, dengan 1.367 lainnya terluka.
Di antara korban terbaru adalah dua jurnalis Palestina, menambah jumlah total jurnalis yang tewas sejak Oktober 2023 menjadi 208 orang.
Jurnalis Palestina Jadi Sasaran
Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa dua jurnalis yang menjadi korban serangan Israel adalah Hossam Shabat, koresponden Al-Jazeera Mubasher, dan Mohammed Mansour, reporter Palestina Today TV.
Shabat tewas dalam serangan udara di Gaza utara, sementara Mansour kehilangan nyawanya ketika serangan udara menghancurkan apartemennya di Khan Younis. Serangan ini juga menewaskan istri dan anaknya.
Pihak media Palestina mengecam pembunuhan yang terus menargetkan jurnalis dan menyerukan kepada organisasi internasional, seperti Federasi Jurnalis Internasional dan Persatuan Jurnalis Arab, untuk mengutuk serta menghentikan kejahatan terhadap insan pers di Gaza.
Kantor Media Pemerintah Gaza menegaskan bahwa Israel, Amerika Serikat, serta sekutu mereka—Inggris, Jerman, dan Prancis—bertanggung jawab penuh atas kebrutalan yang terjadi di wilayah yang terkepung ini.
Serikat Jurnalis Palestina menyatakan bahwa Israel telah melakukan pembantaian baru terhadap jurnalis, dengan pembunuhan Mohammed Mansour dan Hossam Shabat sebagai bagian dari rangkaian aksi teror yang terus berlangsung.
Meskipun menghadapi ancaman besar, jurnalis Palestina tetap bertahan dalam mendokumentasikan kebrutalan Israel, menjadi saksi dunia atas salah satu aksi pembersihan etnis paling mematikan di abad ke-21.
Jumlah Korban Genosida di Gaza Tembus 50.000 Jiwa
Didukung oleh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya, Israel melancarkan serangan ke Gaza pada 7 Oktober 2023 setelah Hamas meluncurkan Operasi Al-Aqsa Flood sebagai respons atas puluhan tahun penindasan Israel terhadap rakyat Palestina.
Hingga kini, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 50.082 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai 113.408 lainnya. Ribuan orang masih hilang dan diduga tewas di bawah reruntuhan.
Pada 21 November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).
Sutradara Palestina Diserang di Tepi Barat
Di tengah agresi militer Israel di Gaza, pemukim Yahudi ekstremis di Tepi Barat menyerang Hamdan Ballal, salah satu sutradara Palestina dari film dokumenter pemenang Oscar No Other Land. Setelah mengalami pemukulan brutal, Ballal kemudian ditahan oleh pasukan Israel.
Menurut kelompok aktivis Center for Jewish Nonviolence, pemukim Yahudi menyerang desa Susiya di wilayah Masafer Yatta pada Senin malam (24/3/2025). Basel Adra, salah satu sutradara film tersebut, menyaksikan kejadian ini dan melaporkan bahwa sekitar 20 pemukim ilegal mengenakan topeng, beberapa bersenjata dan berseragam militer, menyerang desa tersebut. Tentara Israel yang tiba di lokasi justru mengarahkan senjata ke warga Palestina, sementara pemukim terus melempari penduduk dengan batu.
“Kami baru saja kembali dari Oscar, dan sejak itu kami terus diserang,” kata Adra. “Ini terasa seperti hukuman atas film yang kami buat.”
Ia menambahkan bahwa seorang pemukim yang sering menyerang desa mereka mendatangi rumah Ballal bersama tentara Israel. Istri Ballal mendengar suaminya berteriak “Saya sekarat!” saat dipukuli di luar rumah. Tak lama kemudian, Ballal diborgol, ditutup matanya, dan dibawa pergi oleh tentara. Hingga kini, keberadaannya masih belum diketahui.
Serangan terhadap Ballal dan tim No Other Land bukanlah yang pertama. Pada Februari lalu, Adra juga dikepung dan diserang oleh pemukim ilegal Israel.
Kekerasan terhadap warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat terus berlanjut, sementara komunitas internasional didesak untuk mengambil tindakan nyata guna menghentikan kebrutalan ini.
Sumber berita: https://en.abna24.com/
Sumber gambar: https://www.middleeasteye.net/