Gagasan Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni sangat relevan dikembangkan di Indonesia. Pasalnya, Saintis Persia ini dapat mensintesiskan tiga peradaban dunia: Peradaban Timur Tengah yang membawa agama transendental Ibrahimian; Peradaban Timur yang melihat kehadiran Tuhan secara imanen; dan Peradaban Eropa yang bercorak eksperimental induktif. Ketiganya memiliki jejak di Indonesia.
“Jika dengan gagasan dan temuan Al-Biruni, tiga peradaban besar dapat dijembatani maka gagasan yang sama semestinya juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia. Di antaranya dalam mengharmoniskan keragaman budaya dan agama satu rumpun kemanusiaan bersama,” kata Dosen Universitas Paramadina Jakarta, Dr. Husein Heriyanto, dalam Forum Diskusi bertajuk “Al-Biruni dalam Sains”, Senin 26 Juni 2026.
Dr. Husein Heriyanto hadir dalam forum ini sebagai narasumber. Selama hampir dua jam, ia memaparkan sosok, kiprah dan kontribusi Al-Biruni sebagai ilmuan multi disiplin pada abad ke-11. Al-Biruni dikenal sebagai matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli geografi, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan. Sedemikan signifikan peran Al-Biruni dalam sains, badan pendidikan dan kebudayaan dunia UNESCO menjulukinya “the extraordinary genius scholar” pada tahun 1974 lewat sebuah publikasi Courier yang diterjemahkan dalam 15 bahasa.
Kehadiran Al-Biruni dalam sejarah juga mematahkan pandangan mengenai tak harmonisnya agama dan sains. Mengutip cendekiawan muslim Indonesia, Nurchalis Madjid, Husein Heriyanto mengatakan bahwa Indonesia mesti merekonsiliasi hubungan agama dan sains dalam rangka mendorong perkembangan sains dan mental rasional dalam masyarakat.
Forum yang dihadiri 60 lebih peserta ini diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjsama dengan Departemen Riset ICC Jakarta. Kedua lembaga sebelumnya telah bersepakat menggelar serial diskusi mengenai tokoh sains dan sastra dari Persia. Harapannya, forum-forum disksusi ini dapat memperkaya ide dan peluang penelitian mengenai peradaban Persia dan Nusantara serta hubungan keduanya dalam sejarah.
“Ini sebagai langkah kongkrit kita dengan ICC Jakarta untuk melakukan kolaborasi kegiatan. Kali ini berupa webinar dan kami berharap ke depannya dapat berupa riset dan pertukaran peneliti,” kata Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra, Dr. Herry Yogaswara dalam sambutannya. []