Beberapa sumber berita melaporkan bahwa sejumlah tentara pendudukan Zionis tewas dan terluka dalam serangan bersenjata yang dilancarkan pejuang Palestina di timur Kota Gaza. Brigade Al-Quds—sayap militer Gerakan Jihad Islam—mengonfirmasi bahwa mereka berhasil menargetkan seorang penembak jitu Israel di area tersebut.
Mengutip Kantor Berita Sama, media Israel menyebutkan bahwa beberapa tentaranya terluka dalam sebuah insiden militer di lingkungan Shuja’iya, sebelah timur Gaza. Insiden itu terjadi saat pasukan pendudukan terjebak dalam penyergapan yang telah dirancang secara matang di dalam sebuah bangunan selama operasi lapangan.
Sedikitnya empat tentara Israel dilaporkan terluka dalam serangan tersebut. Sejumlah media menyebutnya sebagai salah satu kegagalan taktis paling serius yang dialami militer Israel dalam beberapa hari terakhir.
Sementara itu, Kepala Staf Militer Israel yang baru secara terbuka mengakui bahwa pasukan mereka kekurangan personel dan peralatan untuk memenuhi ambisi ekspansionis rezim di Jalur Gaza. Ia juga mengakui bahwa Hamas tetap memegang kendali atas wilayah Gaza, meskipun agresi militer telah berlangsung selama lebih dari satu tahun.
“Langkah militer saja tidak akan mampu mencapai seluruh tujuan Israel di Gaza, terutama tanpa adanya jalur diplomatik yang mendampingi,” ujar Eyal Zamir dalam rapat bersama Benjamin Netanyahu dan kabinetnya.
Rezim Zionis saat ini tengah berusaha memperluas pendudukannya melalui pembentukan zona penyangga baru di Gaza. Namun banyak kalangan di Israel sendiri memperingatkan bahwa pelaksanaannya akan memakan waktu lama dan menghadapi risiko besar.
Di tengah krisis kepercayaan yang semakin dalam, ratusan tentara cadangan dan veteran Israel telah menandatangani petisi yang menuntut diakhirinya agresi militer dan menyerukan pertukaran tawanan dengan Hamas demi pembebasan para sandera. Netanyahu menanggapi hal ini dengan ancaman pemecatan terhadap tentara aktif yang ikut menandatangani petisi.
Pasukan militer Israel juga tengah menghadapi kekurangan personel akibat pembebasan wajib militer bagi komunitas Yahudi ultra-Ortodoks, serta kelelahan tempur yang semakin parah di kalangan tentara reguler. Data media Israel menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pasukan cadangan di unit tempur hanya sekitar 60 persen.
“Tidak ada jaminan bahwa angka itu akan membaik jika perang diperluas,” ujar seorang sumber militer Israel.
Surat kabar Ynet melaporkan bahwa militer Israel bahkan tidak memiliki jumlah tank dan kendaraan lapis baja yang cukup untuk melancarkan invasi skala penuh ke Gaza.
Berlawanan dengan ekspektasi militer Israel, Hamas tetap mampu mempertahankan struktur komandonya dan kekuatan tempur. Intelijen Israel memperkirakan bahwa sekitar 20.000 pejuang Hamas, termasuk sejumlah komandan senior, masih aktif di seluruh Gaza.
Hamas telah mengkonfirmasi bahwa mereka menerima proposal gencatan senjata dari para mediator dan saat ini tengah mempelajarinya secara internal.
“Pimpinan Hamas sedang mempertimbangkan proposal yang disampaikan para mediator dan akan memberikan respons setelah seluruh proses konsultasi selesai,” demikian pernyataan resmi yang dirilis melalui saluran Telegram.
Sebelumnya, saluran televisi Mesir Al-Qahira Al-Ekhbariya melaporkan bahwa Kairo telah menyerahkan proposal Israel kepada Hamas. Proposal itu mencakup penghentian sementara agresi militer di Jalur Gaza dan pembukaan pembicaraan menuju gencatan senjata jangka panjang.
Namun Hamas menuduh Israel berupaya mengecilkan ruang lingkup perundingan hanya sebatas isu pertukaran tawanan. Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima kesepakatan yang tidak menjamin penghentian total agresi militer terhadap Gaza.
Dalam pernyataan pada Ahad (13/4/2025), pejabat senior Hamas Basem Naim menyatakan bahwa gerakannya menolak menjadikan proses negosiasi sebagai kedok untuk melanjutkan pembantaian setelah jeda sementara.
Naim menegaskan bahwa Hamas tetap berkomitmen pada kesepakatan menyeluruh yang mencakup penarikan penuh seluruh pasukan pendudukan dari Gaza serta rekonstruksi total wilayah yang dihancurkan agresi.
Pernyataan itu disampaikan bersamaan dengan kedatangan delegasi Hamas di Kairo pada Sabtu lalu (12/4/2025), untuk menghadiri perundingan yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar. Naim menyebut perundingan itu sangat kompleks, dan mengecam kegagalan aktor-aktor regional dalam menekan Israel. Ia juga menuduh komunitas internasional turut bertanggung jawab atas kehancuran yang ditimbulkan perang ini.
Pembahasan di Kairo berfokus pada penghentian agresi, pembukaan perlintasan Gaza bagi bantuan kemanusiaan, serta pembentukan badan pengelola masa transisi pasca perang.
Perundingan dijadwalkan berlanjut pekan ini, namun para pengamat menilai kemungkinan tercapainya terobosan besar masih jauh, selama Israel tetap mempertahankan kebijakan pendudukannya.
Sumber berita: https://en.abna24.com/
Sumber gambar: https://en.irna.ir/