ICC Jakarta – Menjelang Idul Ghadir, sering dikupas mengenai kepribadian agung Imam Ali as dan pentingnya peristiwa besar ini. Pada kesempatan ini kita juga akan menggali keagungan Imam Ali as melalui penjelasan Rahbar. Beliau menjelaskan tentang kepribadian Imam Ali as, dan mengatakan spiritualitas yang tinggi, keimanan yang kuat, dan keikhlasan beliau adalah sesuatu yang tidak bisa kita pahami, namun sifat-sifat luhur kemanusiaan Imam Ali as bisa kita pahami dan kita teladani. Menurut Rahbar, di antara sifat kemanusiaan Imam Ali as adalah keberanian, kasih sayang, pengorbanan, dan pemaaf.
“Semua nilai-nilai dan sifat yang membuat manusia dihormati dan dimuliakan terdapat dalam diri Ali bin Abi Thalib; yaitu ia adalah sosok yang dihormati oleh kalangan Syiah dan Sunni, dan bahkan oleh orang-orang yang tidak beragama sekalipun. Ketika mereka mengenal kepribadian Imam Ali as, mereka akan merendah diri dan memuliakan beliau,” terang Rahbar.
Ayatullah Khamenei kemudian berbicara tentang metode dan tata kelola pemerintahan oleh Imam Ali as seperti, prinsip keadilan, kesetaraan semua lapisan masyarakat, menolak gaya hidup hedonis, bijaksana, bertindak cepat dalam melaksanakan tugas, serta mengarahkan masyarakat kepada takwa dan tidak takut dalam berbuat kebenaran dan berlaku adil.
Rahbar menekankan pentingnya berpegang pada kepemimpinan imam maksum dan mengatakan, “Satu sisi dari berpegang di sini berhubungan dengan hati yaitu, kita menerima wilayah ini dan keyakinan hati ini perlu dimiliki dan ia punya pengaruh besar. Namun semua tidak terbatas pada hati, sisi lain berpegang di sini adalah bahwa kita mempelajari sifat-sifat yang mungkin untuk kita tumbuhkan dalam diri kita, meskipun kita tidak pernah bisa sama seperti beliau (imam maksum), tapi kita bisa bergerak di jalannya dan inilah yang dimaksud berpegang pada kepemimpinan Imam Ali as.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menuturkan bahwa perilaku kita pengikut Syiah adalah cerminan diri kita dan dengan meneladani Ahlul Bait as, kita harus menjadi hiasan mereka. “Orang yang menerima suap atau melakukan korupsi, atau menutup mata dari keburukan dan sama sekali tidak merasa bertanggung jawab dalam urusan membimbing masyarakat, maka ia bukan hiasan untuk pemerintah dan masyarakat Islam. Pada dasarnya ia adalah aib bagi Syiah,” tegasnya.
Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Wahai pengikut Syiah, kalian dinisbatkan kepada kami, oleh karena itu jadilah hiasan kami, bukan perusak kehormatan kami.” Beliau juga berkata, “Syiah kami adalah yang mengedepankan apa saja yang baik dan menghindari apa saja yang buruk, yang menampakkan keindahan, selalu terdepan dalam perkara kebaikan, mengharapkan rahmat-Nya, maka mereka adalah golongan dari kami, dan menuju kami, serta bersama kami di manapun kami berada.”
Rahbar menegaskan bahwa masyarakat kita harus bergerak di jalan kezuhudan Imam Ali as dan menambahkan, “Kita tidak mampu dan tidak berkewajiban untuk bersikap zuhud sama seperti beliau, tapi kita harus melangkah di jalan itu yakni; kita harus menjauhi sikap boros, bermegah-megahan, dan tamak sehingga kita bisa menjadi Syiah Amirul Mukminin.” (Ceramah Rahbar bertepatan dengan perayaan hari raya Ghadir Khum di Tehran pada 20 September 2016)