ICC- Jakarta 28 Oktober 2019, Stadium General dengan tema: Pilar-pilar Peradaban Baru Islam Perspektif Imam Ali Khamenei Ayatullah Dr.Ali Reza di STIFI Sadra Jakarta,
Dalam kesempatan ini ada dua tema yang beliau sampaikan di hadapan para mahasiswa/i STIFI Sadra:
Tema pertama, sesuai dengan beberapa riwayat Nabi Muhamad SAW tentang adanya pengenalan terhadap agama, saya akan menyebutkan 3 point :
1-Jika Allah SWT menginginkan kebaikan seorang hamba maka Allah SWT akan menggerakkan dan menunjukkan jalan untuk mengenal Agama.
2-Jika Allah SWT menginginkan kebaikan dalam keluarga maka Allah akan mengaruniakan dan memudahkan anak-anak nya untuk memahami Agama.
3-Jika Allah SWT menginginkan kebaikan untuk satu kaum Allah swt akan mengirimkan orang Alim, Faqih dan bertaqwa diantara mereka.
Tiga hadis tersebut memberikan pemahaman dengan tingkat yg berbeda; pertama personal, kedua untuk keluarga dan ketiga untuk bangsa. Namun kunci dari semua itu adalah bahwa kebahagiaan akan didapatkan dengan mengenal Agama.
Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa/i di sini mendapatkan inayah dan bimbingan dari Allah swt. Keluarga mereka juga demikian, dan selanjutnya bangsa ini juga akan mendapatkan inayah dan bantuan dari Allah SWT. Sebab sudah terjun ke dunia keilmuan. Maka patutlah kita bersyukur atas karunia ini.
Di dalam Alquran dan Sunnah tentang penuntut ilmu atau ulama terdapat dua kelompok;
Pertama, kedudukan penuntut Ilmu dengan deskripsi yang sangat menakjubkan sehingga malaikat membentangkan sayapnya untuk mereka, mereka senantiasa meningkatkan kualitas mereka dan menggunakannya untuk kemajuan masyarakat.
Kedua, kelompok penuntut lainnya dicela dikarenakan tidak menggunakan ilmunya dengan baik, justru menggunakannya di jalan yang tidak baik bahkan bersama orang-orang buruk. Kelompok ini diumpamakan dengan anjing dan keledai.
Penuntut Ilmu dan orang-orang yang berilmu seharusnya senantiasa:
1- Meningkatkan akhlak dan spiritual.
2- Melaksanakan tugas diemban dalam rangka mencerahkan manusia dengan ilmunya.
Oleh karena itu para penuntut Ilmu dan orang berilmu, mengemban tugas berikut:
1- Berusaha sekuat tenaga memajukan ilmu pengetahuannya untuk berkontribusi dalam kemajuan ummat, dan jadilah kalian pionir dalam melakukan penelitian dan kemajuan masyarakat sekarang dan masa datang.
2- Masing-masing kita secara pribadi menjadi simbol ketaqwaan, kita perbaiki hati, jiwa dan jasad kita seperti sahabat Setia Nabi dan sahabat setia para Imam ma’shum as.
3- Misi sosial, bagaimana menjadi pribadi yang sangat besar dan memberikan kontribusi dalam kemajuan masyarakat.
4- Para Alumni Jamiatul Mustafa Iran, Himja dan Alumni sadra sehrusnya menjadi pionir persatuan dan persaudaraan antar umat.
Tema kedua, (dalam hemat beliau) sudah tiba saatnya kaum muslimin menguatkan pondasi peradaban Islam yang pernah bersinar di zamannya.
Di sini saya akan menyampaikan data umat Islam yang perlu kita ketahui, bahwa jumlah Muslimin mencapai 1.7 Milyar di 55 negara Islam, minoritas muslim tinggal di 200 negara non muslim, dan jumlah muslimin terbesar adalah di Indonesia.
Lebih dari 60% dari kekayaan dunia ada Di negara-negara Islam, terdiri dari beragam suku dan beragam bahasa, pasar ekonomi juga di Negara Islam bahkan tempat pariwisata ada di negara islam, pulau subur dan samudra ada di negara islam, dari sisi intelektualitas banyak SDM unggul berasal dari negara ini, terlebih lagi kaum muslimin memiliki sebuah agama yang kaya hazanah keilmuan dan telah berabad-abad pernah menjadi umat jaya dan memiliki masa keemasan dalam kemajuan keilmuan dan peradaban.
Bagaimana dengan Islam kini? Berikut beberapa hal atau kondisi yang dialami muslimin saat ini:
- Kita disibukkan dengan konflik perbedaan dan perpecahan.
- Ekonomi rendah.
- Masih bertindak sebagai konsumen produk luar.
- Kekayaan alam dijual dalam keadaan mentah dengan harga rendah dan diolah oleh Asing dan dijual kembali ke kita dengan harga mahal.
- Banyak negara-negara Muslim masih terjajah.
- Ada dominasi dari negara islam yang bekerja untuk kepentingan asing.
- Kekayaan alam dipindahkan ke negara Asing.
- Mereka menciptakan negara fiktif yaitu Israel dan tidak ada yang mampu melawan mereka.
- Merusak dan Mendoktrin nilai-nilai buruk kepada pemuda.
- Negara Islam diembargo sehingga tidak berkembang.
- Bahkan tidak satu suarapun yang membela kepentingan Islam di PBB.
Pertanyaannya: Apakah kaum muslimin sadar akan semua ini?
Apa tugas negara, pemerintah, para Akademisi, aktivis, mahasiswa dan lain-lain. Bukankah mereka seharusnya bangkit dan bergandengan tangan dan mengesampingkan perbedaan?
Sudah saatnya kita menjadi butiran tasbih yang diikat dengan benang yaitu benang islam. Kita bersama memajukan ilmu.
Sudah saatnya pasar islam dikuatkan; sudah seharusnya memiliki kekuatan militer yg tangguh dan tak tertandingi; sudah saatnya kita perkuat pondasi keilmuan sehingg Islam dan muslimin memiliki kekuatan yg tak tertandingi. Kita seharusnya berada di garis terdepan..
Kita harus kembali ke risalah Nabi saw. Alqur’an harus menjadi hakim bagi diri kita. Pemerintahan Islami layak menjadi payung untuk semuanya.
Untuk berpindah dari keterbelakangan tadi, para akademisi dan mahasiswa harus maju dalam ilmu, akhlak dan lain sebagainya. Inilah yang diupayakan dalam dua abad terakhir oleh para pejuang Islam. Indonesia harus menjadi pionir. Untuk merealisasikan hal itu maka:
- Persatuan dan kerjasama harus terus digalakkan.
- Segala gerakan ekstrimisme harus ditinggalkan dan diberantas.
- Semangat perlawanan terhadap ketidak adilan harus dikuatkan.
- Menghidupkan peradaban klasik dengan model dan budaya baru sesuai tantangan zaman.
Semua itu menjadi visi Imam khomeini lalu dilanjutkan oleh Sayed Ali khamenei hingga sekarang ini.
Kabar gembira dari Iran untuk semua, bahwa dengan kemajuan dan gerakan negara islami ini; dengan rasa persahabatan dan persaudaraan sedang kembali menjadi teladan untuk kembali pada peradaban Islam yang baru. Iran mengulurkan tangan untuk kerja sama, dan Alhamdulillah kita menyaksikan Indonesia punya tekad untuk kembali ke peradaban yg pernah jaya dan bersinar seperti dulu. Kerja sama dua negara ini akan memberikan kemajuan. Harapannya, pusat-pusat keilmuan memiliki kontribusi dalam mewujudkan misi ini.