Konferensi internasional yang berjudul “Palestina: Dari Nakba Hingga Operasi Banjir Al-Aqsa – Pentingnya Peran Perlawanan Palestina dalam Mencegah Penjajahan” diselenggarakan di Sana’a pada hari Minggu (02/03/2025). Acara ini dihadiri oleh pejabat, diplomat, serta lebih dari 50 peneliti dan akademisi dari berbagai negara.
Di antara para peserta terdapat Wakil Menteri Luar Negeri, Duta Besar Ismail Al-Mutawakel, dan Kepala Tim Nasional Komunikasi Eksternal, Duta Besar Dr. Ahmed Al-Imad. Perwakilan partai-partai, organisasi, partai politik, dan faksi-faksi Palestina turut berpartisipasi dalam forum tersebut. Daifallah al-Shami, anggota Komite Tertinggi Pendukung Al-Aqsa, menekankan pentingnya konferensi ini untuk mengkaji eskalasi konflik Arab-Israel.
Ia juga mengulas tahapan-tahapan penting perlawanan terhadap Israel sejak diselenggarakannya konferensi Zionis pertama di Basel, Swiss, pada Agustus 1897, yang dipimpin oleh Theodor Herzl yang menyerukan pendirian tanah air bagi bangsa Yahudi. Selain itu, Al-Shami menekankan pentingnya posisi Yaman dalam mendukung Operasi Banjir Al-Aqsa dengan memblokir pelayaran Israel melalui Laut Merah, Selat Bab al-Mandab, Laut Arab, dan Samudra Hindia, baik bagi kapal-kapal Israel maupun kapal yang menuju pelabuhan di wilayah Palestina yang diduduki Israel.
Sementara itu, perwakilan Hamas di Sana’a, Moaz Abu Shamala, menyatakan bahwa rezim Zionis menunda pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata dengan memanfaatkan krisis kemanusiaan di Gaza untuk mengusir penduduk Palestina dari tanah air mereka. Abu Shamala juga menegaskan bahwa Zionis mencegah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza di depan mata dan telinga dunia, dengan dukungan dari Amerika. Ia menekankan keteguhan Hamas pada persatuan Palestina dan penolakannya terhadap kehadiran pasukan asing di Jalur Gaza.
Lebih lanjut, Abu Shamala meminta para peserta untuk menyatakan penolakan terhadap pemindahan paksa rakyat Palestina dari Gaza dan Tepi Barat, yang bertujuan memperkuat kendali musuh atas Masjid Al-Aqsa dan tanah Palestina. Ia juga mengingatkan pentingnya pengiriman bantuan kemanusiaan secara berkelanjutan kepada rakyat Palestina serta partisipasi aktif dalam pembangunan Jalur Gaza.
Konferensi virtual ini turut dihadiri oleh akademisi, peneliti, aktivis, aktivis HAM, dan politisi dari berbagai negara di seluruh dunia. Para peserta kompak mendukung hak rakyat Palestina untuk memiliki negara berdaulat dengan al-Quds sebagai ibukotanya, serta berdiri teguh menentang rencana pemindahan paksa rakyat Palestina. Para panelis juga mengutuk memburuknya situasi kemanusiaan yang dialami oleh rakyat Gaza, Tepi Barat, al-Quds, dan wilayah Palestina lainnya, yang membutuhkan upaya bersama untuk mendukung ketabahan rakyat Palestina dan memperkuat perlawanan mereka.
Selain itu, peserta konferensi mengimbau komunitas internasional untuk memenuhi komitmennya dalam melindungi rakyat Palestina, serta menekankan pentingnya menyatukan suara orang merdeka di seluruh dunia dan para aktivis dalam menolak rencana Amerika untuk memindahkan paksa rakyat Palestina dari tanah air mereka.
Sumber Artikel: https://www.tehrantimes.com/
Sumber Gambar: https://www.saba.ye/