Skip to main content

Jumat, 17 Oktober 2025, Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta kembali menggelar salat Jumat di aula utama yang dipenuhi jamaah. Khutbah disampaikan oleh Ustaz Abdullah Beik, yang pada kesempatan kali ini membahas tema penting tentang wasilah — perantara menuju ketakwaan kepada Allah SWT — sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Ma’idah ayat 35.

Beliau membuka khutbah dengan membacakan firman Allah SWT:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah wasilah kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya agar kamu beruntung.” (Al-Ma’idah: 35)

Ustaz Abdullah Beik menjelaskan bahwa untuk mencapai ketakwaan, manusia membutuhkan wasilah atau perantara. Tanpa wasilah, seseorang tidak akan mampu meraih keridaan dan kedekatan dengan Allah SWT. Dalam ayat tersebut, Allah bukan hanya memerintahkan untuk bertakwa, tetapi juga dengan penuh kasih sayang menunjukkan jalan untuk mencapainya, yaitu dengan mencari wasilah.

Menurut beliau, anggapan bahwa seseorang tidak memerlukan perantara menuju Allah adalah kekeliruan besar. Dalam segala aspek kehidupan, manusia membutuhkan perantara — baik dalam melaksanakan perintah Allah maupun dalam memahami larangan-Nya. Allah SWT mengetahui bahwa manusia tidak mungkin mencapai kesempurnaan spiritual tanpa bimbingan, maka diutuslah para nabi dan rasul sebagai duta-duta-Nya untuk menjadi perantara antara manusia dan Tuhan.

Beliau kemudian mengutip Surah Al-Jumu’ah ayat 2:

“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, serta mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Serta Surah Ali ‘Imran ayat 164 yang berbunyi:

“Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci dan hikmah.”

Dari kedua ayat ini, beliau menegaskan bahwa pengutusan Rasulullah SAW merupakan bentuk kasih sayang dan karunia besar dari Allah SWT kepada umat manusia. Namun, sebagaimana diingatkan Ustaz Abdullah Beik, kesesatan tidak hanya terjadi sebelum diutusnya Nabi, melainkan juga bisa terjadi setelahnya — apabila manusia mengabaikan ajaran Rasulullah SAW dan teladan kehidupannya.

Oleh sebab itu, memperingati Maulid Nabi, menurut beliau, bukan sekadar ritual, tetapi momentum untuk memperbarui komitmen mengikuti ajaran Rasulullah SAW sebagai wasilah menuju Allah SWT. Wasilah adalah keniscayaan, dan tanpa itu manusia akan tersesat karena tidak memahami jalan menuju keridaan Ilahi.

Lebih lanjut, Ustaz Abdullah Beik menjelaskan bahwa setelah wafatnya Rasulullah SAW, bimbingan menuju ketakwaan berlanjut melalui para Imam suci Ahlul Bait AS. Ia menukil sabda Nabi SAW:

“Aku tinggalkan kepada kalian dua hal yang berat; jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat: Kitab Allah dan Ahlul Baitku.”

Melalui hadis tersebut, Rasulullah SAW menegaskan bahwa Al-Qur’an dan keluarga sucinya adalah dua pedoman abadi bagi umat Islam. Namun dalam masa ghaibnya Imam Zaman AFS, umat tetap memerlukan perantara, yakni para ulama yang mendalami ilmu-ilmu Islam dan menjadi penghubung antara umat dengan ajaran para Imam.

Beliau menambahkan, setiap mukmin perlu memiliki marja‘ taqlid — ulama rujukan yang dapat dijadikan pedoman dalam memahami kewajiban agama. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 122:

“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”

Ayat ini, kata beliau, menunjukkan pentingnya kedalaman ilmu agama dan keberadaan ulama sebagai penghubung antara masyarakat dengan ajaran ilahi. Seperti halnya dalam disiplin ilmu lain, tidak ada seseorang yang bisa mencapai keahlian tanpa melalui proses dan bimbingan. Begitu juga dalam perjalanan ruhani, manusia membutuhkan wasilah untuk mencapai kesempurnaan.

Dalam khutbah kedua, Ustaz Abdullah Beik menyoroti kondisi terkini di Palestina. Beliau menggambarkan betapa dunia menyaksikan tragedi kemanusiaan besar, ketika sebuah negara yang mengklaim dirinya beradab justru melakukan kezaliman yang sistematis terhadap rakyat Gaza.

Selama dua tahun, lebih dari seratus ribu jiwa telah syahid akibat agresi dan genosida yang terus berlangsung. Meski kini ada upaya gencatan senjata, beliau menegaskan bahwa hal itu tidak mengakhiri kewajiban kaum Muslimin untuk tetap membantu rakyat Palestina.

Beliau juga mengingatkan pentingnya melanjutkan aksi boikot terhadap produk-produk pendukung Zionis agar kekuatan mereka tidak kembali bangkit. Umat Islam, lanjut beliau, memiliki tanggung jawab moral untuk terus menyuarakan penderitaan saudara-saudaranya dan membela hak-hak rakyat Palestina di setiap kesempatan.

Ustaz Abdullah Beik menutup khutbah dengan doa agar Allah SWT memberikan kekuatan kepada kaum Muslimin, meneguhkan hati para pejuang di Palestina, serta menurunkan pertolongan dan pembebasan bagi tanah suci yang diberkahi itu.

Leave a Reply