Oleh: Syekh ‘Alaa al-Hassun
Dalil-Dalil yang Membatalkan Paham Jabr
- Batalnya Syariat dan Taklif (Pembebanan Hukum)
Salah satu tugas para nabi adalah membimbing manusia kepada kewajiban-kewajiban syariat dari Allah. Kewajiban ini tidak dapat dijalankan kecuali jika manusia memiliki kemampuan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Oleh karena itu, diutusnya para nabi dan datangnya syariat serta taklif merupakan bukti bahwa manusia tidak dipaksa (jabr) dalam perbuatan dan tingkah lakunya. Karena keyakinan terhadap jabr berarti menganggap syariat dan taklif menjadi batal dan tidak bermakna. - Menghilangkan Pahala dan Hukuman
Tidaklah layak memberikan pahala kepada seseorang atau menyiksanya atas suatu perbuatan yang bukan berasal dari dirinya. Jika manusia dipaksa dalam perbuatannya dan tidak memiliki andil dalam perbuatan yang muncul darinya, bagaimana mungkin ia diberi pahala atas ketaatan yang tidak ia lakukan atau disiksa atas maksiat yang tidak ia kerjakan? - Persamaan antara Orang Baik dan Jahat
Seandainya manusia dipaksa dalam perbuatannya, maka orang baik tidak memiliki keutamaan atas orang jahat, dan tidak akan ada perbedaan antara mukmin dan kafir. Karena keduanya hanyalah alat yang mencerminkan apa yang dipaksakan atas mereka. Maka, pujian dan celaan atas perbuatan menjadi tidak relevan. - Sia-sianya Dorongan dan Ancaman
Mendorong manusia untuk melakukan perbuatan baik dan menakut-nakuti mereka dari meninggalkannya menjadi tidak ada gunanya jika manusia dipaksa dalam perbuatannya. Karena dorongan dan ancaman hanya berguna jika manusia memiliki pilihan dan kemampuan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan atau dilarang. - Sia-sianya Upaya Para Pendidik
Keyakinan terhadap jabr menyebabkan upaya para pendidik dalam memperbaiki masyarakat dan mendorong mereka kepada keutamaan dan akhlak menjadi sia-sia, karena usaha mereka akan sia-sia jika manusia tidak memiliki kemampuan dan pilihan untuk mengubah perilaku dan perbuatannya. - Menisbatkan Kezaliman kepada Allah Ta’ala
Jika kita meyakini jabr, maka akan timbul keyakinan bahwa Allah Ta’ala bersifat zalim—na’udzubillah—karena memaksa hamba-Nya melakukan maksiat lalu menyiksa mereka atas maksiat yang dipaksakan atas mereka. Bahkan, kezaliman yang terjadi antar manusia akan dinisbatkan kepada Allah jika kita meyakini bahwa Allah adalah pelaku satu-satunya dan manusia tidak punya peran dalam perbuatannya. Padahal pelaku kezaliman disebut sebagai orang zalim. - Hak Pelaku Maksiat untuk Protes kepada Allah Ta’ala
Jika manusia dipaksa dalam perbuatannya, maka orang yang bermaksiat berhak memprotes Allah ketika Allah hendak menyiksanya atas maksiat-maksiat tersebut. Ia akan berkata, “Aku dipaksa untuk berbuat maksiat, lalu bagaimana Engkau menyiksaku atas sesuatu yang aku tidak punya pilihan di dalamnya?” Padahal, tidak sah bagi seorang hamba untuk memprotes Allah Ta’ala.
Dalil-Dalil yang Menetapkan Pilihan Bebas (Ikhtiar)
- Setiap manusia merasakan dari lubuk hatinya bahwa ia mampu melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan, sesuai dengan apa yang ia lihat sebagai maslahat atau mafsadat, manfaat atau bahaya.
- Setiap manusia yang berakal dapat membedakan antara perbuatan yang dilakukan secara sadar (ikhtiari) seperti menggerakkan tangannya, dengan perbuatan yang terjadi secara terpaksa (idzhtirari) seperti gerakan tangan orang yang gemetar, aliran darah dalam pembuluh, proses pencernaan, dan sekresi kelenjar—semua itu terjadi tanpa ada kehendak dari manusia.
Bantahan Alquran terhadap Paham Jabr
- Firman Allah Ta’ala:
“Orang-orang musyrik akan berkata, ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan nenek moyang kami tidak akan mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) mengharamkan sesuatu pun.’ Demikian pula orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) hingga mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah, ‘Apakah kamu mempunyai ilmu (untuk mengatakan hal itu) sehingga kamu dapat mengemukakannya kepada Kami? Kamu hanya mengikuti dugaan semata, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta semata.’” (QS. al-An’am:148)
Penjelasan:
Orang-orang musyrik berkata bahwa Allah memaksa mereka untuk melakukan kesyirikan, dan bahwa mereka tidak akan melakukannya jika Allah tidak menghendakinya. Maka Allah membantah ucapan mereka ini dan menyatakan bahwa ucapan tersebut tidak berdasarkan ilmu, melainkan hanya sangkaan dan kebohongan. - Firman Allah Ta’ala:
“Dan mereka berkata, ‘Jika Allah Yang Maha Pengasih menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah mereka (berhala-berhala itu).’ Mereka tidak memiliki ilmu tentang itu, mereka tidak lain hanyalah berdusta semata.” (QS. al-Zukhruf:20)
Penjelasan:
Ayat ini serupa dengan ayat sebelumnya. Orang-orang musyrik mengklaim bahwa Allah memaksa mereka menyembah berhala. Namun klaim ini lahir dari kebodohan dan kedustaan mereka terhadap Allah. - Iblis adalah makhluk pertama yang mengatakan jabr, sebagaimana dikisahkan dalam Alquran:
“(Iblis) berkata, ‘Wahai Tuhanku! Karena Engkau telah menyesatkanku, niscaya aku akan menghiasi perbuatan (buruk) mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya.’” (QS. al-Hijr:39)
Ucapan ini menjadi salah satu penyebab diusirnya Iblis dari rahmat Allah Ta’ala.
Beberapa Ayat Alquran yang Menafikan Jabr dan Menetapkan Ikhtiar
Alquran dipenuhi dengan ayat-ayat yang jelas yang menafikan paham jabr dalam perbuatan manusia dan menegaskan adanya pilihan bebas dalam tingkah laku dan perilakunya, di antaranya:
Jenis Pertama:
Ayat-ayat yang menisbatkan perbuatan kepada hamba, dan bahwa ia memiliki pilihan dalam melakukan kebaikan atau keburukan, di antaranya:
- “Maka celakalah orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka mengatakan, ‘Ini dari Allah,’ untuk memperoleh keuntungan yang sedikit darinya. Maka celakalah mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka usahakan.” (QS. al-Baqarah:79)
- “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. al-Ra’d:11)
- “Dia (Ya’qub) berkata, ‘(Tidak demikian), tetapi dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (buruk) itu, maka kesabaran yang baik (itulah kesabaranku). Allah sajalah yang dimohonkan pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.’” (QS. Yusuf:18)
- “Maka hawa nafsunya mendorongnya untuk membunuh saudaranya, lalu dia pun membunuhnya, sehingga dia menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. al-Maidah:30)
- “Setiap jiwa tergadai dengan apa yang telah diperbuatnya.” (QS. al-Muddatstsir:38)
- “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah ia usahakan.” (QS. al-Thur:21)
- “Barang siapa berbuat baik, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri; dan barang siapa berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. Dan Tuhanmu tidaklah berbuat zalim kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushshilat:46)
- “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Ia mendapat pahala dari (kebaikan) yang diusahakannya dan mendapat dosa dari (kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. al-Baqarah:286)
Jenis Kedua:
Ayat-ayat yang menisbatkan perbuatan kepada manusia dan menafikan kezaliman dari Allah Ta’ala:
- “Itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan sesungguhnya Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali Imran:182)
- “Itu disebabkan oleh apa yang telah diperbuat oleh kedua tanganmu, dan sesungguhnya Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya.” (QS. al-Hajj:10)
- “Pada hari ini tiap-tiap jiwa dibalas sesuai dengan apa yang telah ia usahakan. Tidak ada kezaliman pada hari ini. Sesungguhnya Allah Mahacepat perhitungan-Nya.” (QS. Ghafir:17)
- “Sesungguhnya Allah tidak menzalimi seberat zarrah pun. Dan jika ada kebaikan, maka Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS. al-Nisa’:40)
- “Dan Kami tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (QS. al-Nahl:118)
- “… dan mereka tidak akan dizalimi walau seujung kulit biji.” (QS. al-Nisa’:49)
- “Maka pada hari itu tidak ada satu jiwa pun yang akan dizalimi sedikit pun, dan kalian tidak dibalas kecuali sesuai dengan apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Yasin:54)
Kelompok Ketiga:
Ayat-ayat yang menunjukkan adanya kehendak dan pilihan pada manusia dalam melakukan perbuatannya, baik kebaikan maupun keburukan, di antaranya:
- “Kerjakanlah apa yang kalian kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.” (QS. Fushshilat:40)
- “(Yaitu) bagi siapa di antara kalian yang ingin maju atau mundur.” (QS. al-Muddatstsir:37)
- “… Maka siapa yang ingin beriman, silakan beriman; dan siapa yang ingin kafir, silakan kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim neraka…” (QS. al-Kahfi:29)
- “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya ini adalah peringatan. Maka siapa yang menghendaki, akan mengambil pelajaran darinya.” (QS. Abasa:11-12)
- “Sesungguhnya ini adalah peringatan. Maka siapa yang menghendaki, hendaklah ia menempuh jalan kepada Tuhannya.” (QS. al-Insan:29)
Kelompok Keempat:
Ayat-ayat yang mencela orang-orang yang menyelisihi perintah Allah, dengan gaya pertanyaan bernada kecaman (istifham inkari), yang menunjukkan bahwa manusia memiliki pilihan dalam perbuatannya. Sebab jika manusia dipaksa, maka celaan dan teguran tersebut tidak relevan. Di antaranya:
- “Dan tidak ada yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk datang kepada mereka, kecuali mereka berkata, ‘Apakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?’” (QS. al-Isra’:94)
- “Dan apa ruginya mereka kalau mereka beriman kepada Allah dan hari akhir…” (QS. al-Nisa’:39)
- “Bagaimana bisa kalian kafir kepada Allah, padahal kalian dahulu mati lalu Dia menghidupkan kalian, lalu Dia mematikan kalian dan menghidupkan kalian kembali, kemudian kepada-Nyalah kalian dikembalikan?” (QS. al-Baqarah:28)
- “Maka mengapa mereka berpaling dari peringatan?” (QS. al-Muddatstsir:49)
- “… Mengapa kalian mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan menyembunyikan kebenaran, padahal kalian mengetahuinya?” (QS. al-Baqarah:42)
Kelompok Kelima:
Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah membalas manusia atas perbuatannya dan atas apa yang diusahakannya, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki pilihan bebas (ikhtiar). Sebab jika manusia dipaksa, pembalasan tidak akan masuk akal. Di antaranya:
- “Hari ini setiap jiwa dibalas atas apa yang telah diperbuatnya. Tidak ada kezaliman pada hari ini. Sesungguhnya Allah Mahacepat perhitungan-Nya.” (QS. Ghafir:17)
- “… Hari ini kalian dibalas atas apa yang dahulu kalian kerjakan.” (QS. al-Jatsiyah:28)
- “Barang siapa datang dengan membawa satu kebaikan, maka ia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya…” (QS. al-An’am:160)
- “…agar tiap-tiap jiwa dibalas atas apa yang diusahakannya.” (QS. al-Najm:39-41)
- “… Hari ini kalian akan dibalas dengan azab yang menghinakan, karena dahulu kalian berkata terhadap Allah tanpa kebenaran…” (QS. al-An’am:93)
- “Agar Allah membalas setiap jiwa sesuai dengan apa yang telah diusahakannya. Sesungguhnya Allah Mahacepat perhitungan-Nya.” (QS. Ibrahim:51)
- “Dan siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya kehidupan yang sempit…”
(QS. Thaha:124)
Kelompok Keenam:
Ayat-ayat yang mendorong untuk bersegera melakukan kebaikan dan memohon ampunan kepada Allah serta menjalankan perintah-perintah-Nya, yang menunjukkan bahwa manusia memiliki ikhtiar (pilihan bebas). Sebab jika manusia dipaksa, dorongan tersebut menjadi sia-sia. Di antaranya:
- “Berlomba-lombalah kalian menuju ampunan dari Tuhan kalian…”
(QS. Ali ‘Imran:133) - “Dan siapa yang tidak memenuhi panggilan Allah, maka dia tidak akan dapat lolos di bumi ini…”
(QS. al-Ahqaf:32) - “Kembalilah kalian kepada Tuhan kalian dan berserah dirilah kepada-Nya…”
(QS. al-Zumar:54) - “Ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian…”
(QS. al-Zumar:55)
Kelompok Ketujuh:
Ayat-ayat yang menunjukkan pengakuan para pendosa terhadap dosa-dosa mereka pada hari kiamat, yang menandakan bahwa mereka memiliki ikhtiar saat melakukan dosa tersebut. Karena jika mereka dipaksa, tentu mereka akan menyangkal dan menyalahkan Allah. Di antaranya:
- “Setiap kali satu kelompok dilemparkan ke dalamnya (neraka), penjaga-penjaganya bertanya kepada mereka, ‘Apakah belum pernah datang kepada kalian seorang pemberi peringatan?’
Mereka menjawab, ‘Benar, sungguh telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, tetapi kami mendustakannya dan berkata:Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kalian tidak lain hanyalah dalam kesesatan yang besar.’”
(QS. al-Mulk:8–9) - “Maka mereka mengakui dosa-dosa mereka, maka kebinasaanlah bagi para penghuni neraka yang menyala-nyala.”
(QS. al-Mulk:11) - “Apa yang memasukkan kalian ke dalam neraka Saqar?’
Mereka menjawab, ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang shalat, dan kami tidak memberi makan orang miskin, dan kami biasa berbicara sia-sia bersama orang-orang yang melakukannya, dan kami mendustakan hari pembalasan, sampai datang kepada kami kematian yang meyakinkan. Maka tidak bermanfaat bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberi syafaat.”
(QS. al-Muddatsir:42–48)
Kelompok Kedelapan:
Ayat-ayat yang menunjukkan penyesalan para pelaku kejahatan dan permintaan mereka untuk kembali ke dunia agar mereka bisa melakukan amal saleh ketika azab sudah di depan mata. Mereka juga mengakui dosa dan perbuatan buruk yang mereka lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tahu bahwa mereka memiliki kehendak bebas dalam perbuatannya. Kalau mereka dipaksa, maka mereka tidak akan menyesal, bahkan akan membela diri dan mengatakan bahwa mereka dipaksa melakukan dosa. Di antara ayat-ayat tersebut adalah:
- “Mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan menghidupkan kami dua kali; maka kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan untuk keluar (dari siksa ini)?’”
(QS. Ghafir:11) - “(Sehingga dia berkata), ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku dapat beramal saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan.’”
(QS. al-Mu’minun:99–100) - “Dan (alangkah ngerinya) jika kamu melihat orang-orang yang berdosa menundukkan kepalanya di hadapan Tuhan mereka, ‘Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh. Sesungguhnya kami sekarang adalah orang-orang yang yakin.’”
(QS. As-Sajdah:12) - “Atau agar dia berkata ketika dia melihat azab, ‘Seandainya aku mendapatkan kesempatan (kembali ke dunia), niscaya aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.’”
(QS. al-Zumar:58) - “(Mereka berkata), ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (kembali ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan amal saleh yang berbeda dari yang dahulu kami kerjakan.’”
(QS. Fathir:37)
Kelompok Kesembilan:
Ayat-ayat yang menunjukkan perintah untuk memohon pertolongan kepada Allah, dan meminta rahmat serta petunjuk-Nya dalam amal-amal kebaikan. Jika manusia itu dipaksa dalam perbuatannya, maka tidak ada artinya anjuran untuk meminta pertolongan kepada Allah. Karena anjuran semacam ini hanya relevan bagi mereka yang memiliki kemampuan memilih untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan. Di antara ayat-ayat tersebut adalah:
- “Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat.”
(QS. al-Baqarah:45) - “Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. al-A’raf:200) - “Apabila kamu membaca Alquran, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”
(QS. al-Nahl:98) - “Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu lah kami mohon pertolongan.”
(QS. al-Fatihah:5)
Kelompok Kesepuluh:
Ayat-ayat yang menunjukkan permohonan ampunan dari para hamba kepada Allah akibat telah melanggar perintah-perintah-Nya. Jika mereka dipaksa dalam perbuatannya, maka tidak ada gunanya mereka memohon ampun, karena memohon ampun itu hanya datang dari perasaan bersalah, sedangkan orang yang dipaksa tidak akan merasa bersalah. Di antara ayat-ayat tersebut:
- “Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.’”
(QS. al-A’raf:23)—(Doa Nabi Adam dan Hawa) - “Mereka berkata, ‘Kami mendengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami. Dan kepada-Mulah tempat kembali.’”
(QS. al-Baqarah:285) - “Maka dia memohon ampun kepada Tuhannya dan bersujud serta bertobat.”
(QS. Shad:24)—(Nabi Dawud a.s.) - “Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka—dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?—dan mereka tidak meneruskan perbuatan buruk itu, sedang mereka mengetahui.”
(QS. Ali ‘Imran:135)
Beberapa Hadis Mulia yang Membatalkan Paham Jabr dan Menetapkan Adanya Pilihan Bebas (Ikhtiar):
- Imam Ali (a.s.) berkata, menolak paham jabr dalam perbuatan:
“… Jika memang begitu (yakni manusia dipaksa), maka gugurlah makna pahala dan siksa, serta perintah dan larangan dari Allah. Maka tidak ada lagi arti dari janji dan ancaman. Tidak layak mencela pelaku dosa, dan tidak layak memuji pelaku kebaikan…”
(Hadis ke-57) - Imam Ja’far Ash-Shadiq (a.s.) berkata:
“… Allah lebih adil daripada memaksa hamba-hamba-Nya untuk melakukan maksiat, lalu menyiksa mereka atas maksiat tersebut…”
(Hadis ke-58) - Imam Ja’far Ash-Shadiq (a.s.) berkata:
“… Sesungguhnya Allah lebih penyayang kepada makhluk-Nya daripada memaksa mereka melakukan dosa, lalu menghukum mereka atas dosa tersebut…”
(Hadis ke-59) - Imam Ja’far Ash-Shadiq (a.s.) berkata:
“… Orang yang mengaku bahwa Allah telah memaksa manusia untuk berbuat maksiat, maka ia telah menzalimi Allah dalam hukum-Nya…”
(Hadis ke-60) - Imam Ja’far Ash-Shadiq (a.s.) berkata:
“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, lalu mengetahui kepada apa mereka akan berakhir. Dia memerintahkan dan melarang mereka, dan apa pun yang diperintahkan-Nya kepada mereka, Dia menjadikan jalan untuk meninggalkannya. Mereka tidak melakukan sesuatu dan tidak pula meninggalkan sesuatu kecuali dengan izin Allah.”
(Hadis ke-61)
Dampak Ikhtiar (Kebebasan Memilih) terhadap Perbuatan Manusia:
- Nilai dan keunggulan manusia dibandingkan makhluk lainnya terletak pada akal dan kebebasan memilih yang dimilikinya. Jika kita mengatakan bahwa manusia dipaksa dalam perbuatannya, maka itu akan menghilangkan nilainya, dan menjadikannya seperti benda mati di dunia ini.
- Ikhtiar adalah sebab manusia menjadi bertanggung jawab atas perbuatan dan tindakannya.
- Ikhtiar pula yang membuat manusia pantas untuk dipuji atau dicela, diberi pahala atau dihukum.
(Referensi ke-62)
Daftar Referensi
- Lihat: Nahj al-Haqq (Jalan Kebenaran), oleh al-‘Allamah al-Hilli, Masalah Kedua, pembahasan: Penyangkalan Kaum Jabariyah (Fatalis) Berdasarkan Keharusan Akal, hlm. 102.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-An‘am (6), Ayat 148, Halaman 148.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah az-Zukhruf (43), Ayat 20, Halaman 490.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Hijr (15), Ayat 39, Halaman 264.
- Lihat: Nahj al-Haqq (Jalan Kebenaran), oleh al-‘Allamah al-Hilli, Masalah Ketiga, hlm. 105–112.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Baqarah (2), Ayat 79, Halaman 12.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah ar-Ra‘d (13), Ayat 11, Halaman 250.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Yusuf (12), Ayat 18, Halaman 237.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Ma’idah (5), Ayat 30, Halaman 112.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Muddaththir (74), Ayat 38, Halaman 576.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah ath-Thur (52), Ayat 21, Halaman 524.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Fussilat (41), Ayat 46, Halaman 481.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Baqarah (2), Ayat 286, Halaman 49.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Ali ‘Imran (3), Ayat 182, Halaman 74.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Hajj (22), Ayat 10, Halaman 333.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Ghafir (40), Ayat 17, Halaman 469.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah an-Nisa’ (4), Ayat 40, Halaman 85.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah an-Nahl (16), Ayat 118, Halaman 280.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah an-Nisa’ (4), Ayat 49, Halaman 86.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Yasin (36), Ayat 54, Halaman 443.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Fussilat (41), Ayat 40, Halaman 481.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Muddaththir (74), Ayat 37, Halaman 576.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Kahf (18), Ayat 29, Halaman 297.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Muddaththir (74), Ayat 54–55, Halaman 577.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Muzammil (73), Ayat 19, Halaman 574.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Isra’ (17), Ayat 94, Halaman 291.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah an-Nisa’ (4), Ayat 39, Halaman 85.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Baqarah (2), Ayat 28, Halaman 5.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Muddaththir (74), Ayat 49, Halaman 577.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Ali ‘Imran (3), Ayat 71, Halaman 59.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Jathiyah (45), Ayat 28, Halaman 501.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-An‘am (6), Ayat 160, Halaman 150.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Taha (20), Ayat 15, Halaman 313.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-An‘am (6), Ayat 93, Halaman 139.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Ibrahim (14), Ayat 51, Halaman 261.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Taha (20), Ayat 124, Halaman 320.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Ali ‘Imran (3), Ayat 133, Halaman 67.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Ahqaf (46), Ayat 32, Halaman 506.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah az-Zumar (39), Ayat 54, Halaman 464.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah az-Zumar (39), Ayat 55, Halaman 464.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Mulk (67), Ayat 8–9, Halaman 562.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Mulk (67), Ayat 11, Halaman 562.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Muddaththir (74), Ayat 42–48, Halaman 576.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Ghafir (40), Ayat 11, Halaman 468.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Mu’minun (23), Ayat 99–100, Halaman 348.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah as-Sajdah (32), Ayat 12, Halaman 416.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah az-Zumar (39), Ayat 58, Halaman 465.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Fatir (35), Ayat 37, Halaman 438.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-A‘raf (7), Ayat 128, Halaman 165.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-A‘raf (7), Ayat 200, Halaman 176.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah an-Nahl (16), Ayat 98, Halaman 278.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Fatihah (1), Ayat 5, Halaman 1.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-A‘raf (7), Ayat 23, Halaman 153.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah al-Baqarah (2), Ayat 285, Halaman 49.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Sad (38), Ayat 24, Halaman 454.
- Al-Qur’an al-Karim, Surah Ali ‘Imran (3), Ayat 135, Halaman 67.
- Al-Usul min al-Kafi (Prinsip-prinsip dari al-Kafi), oleh al-Kulayni, Jilid 1, Kitab at-Tawhid (Tauhid), Bab al-Jabr wa al-Qadar wa… (Determinisme dan Takdir), Hadis 1, hlm. 155.
- Al-Usul min al-Kafi, oleh al-Kulayni, Jilid 1, Kitab at-Tawhid, Bab al-Jabr wa al-Qadar wa…, Hadis 11, hlm. 159.
- At-Tawhid (Tauhid), oleh asy-Syaikh as-Saduq, Bab Penolakan Determinisme (al-Jabr) dan Pendelegasian (at-Tafwid), Hadis 3, hlm. 350.
- At-Tawhid, hadis sebelumnya, Hadis 5, hlm. 351.
- Al-Usul min al-Kafi, oleh al-Kulayni, Jilid 1, Kitab at-Tawhid, Bab al-Jabr wa al-Qadar wa…, Hadis 5, hlm. 158.
- Sumber: Kitab al-‘Adl ‘inda Madzhab Ahl al-Bayt (Keadilan Menurut Mazhab Ahlulbait), oleh Syaikh ‘Ala’ al-Hassun.



