Skip to main content

Majelis Taklim Akhwat ICC Jakarta Zainab Al-Kubro pada Rabu, 29 Oktober 2025, menghadirkan Ustaz Umar Shahab dalam kajian dengan tema memahami Syiah dengan benar dari sumber aslinya. Dalam penjelasannya, Ustaz Umar Shahab menyampaikan bahwa pembahasan ini penting untuk menyegarkan kembali pemahaman umat terhadap Syiah berdasarkan sumber yang autentik. Menurut beliau, Syiah bukanlah sesuatu yang asing, tetapi sering kali disalahpahami. Syiah, sebagaimana beliau jelaskan, adalah Islam dalam perspektif Ahlul Bait as. Jika Islam dipahami melalui perspektif Ahlul Bait as, maka Ahlul Bait as memiliki pemahaman khusus terhadap Islam, dan karenanya terdapat perbedaan dengan penjelasan Islam dari selain Ahlul Bait as.

Beliau menegaskan bahwa Syiah bukan hanya sebuah paham, melainkan juga merupakan kelompok umat Islam yang mengikuti ajaran tersebut. Jumlah penganut Syiah di dunia, menurut beliau, tidak sedikit, bahkan mencapai sekitar dua puluh lima hingga tiga puluh persen dari keseluruhan populasi Muslim. Para pengikut Syiah ini tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia sendiri, jumlah penganut Syiah cukup banyak dan terdapat di hampir seluruh kota besar, khususnya di ibu kota provinsi.

Ustaz Umar Shahab menjelaskan bahwa sejarah kehadiran Syiah di Indonesia bukanlah hal baru. Syiah telah hadir bersamaan dengan masuknya Islam ke Nusantara. Bahkan ada teori yang mengatakan bahwa Islam yang pertama kali masuk ke Indonesia adalah Islam Syiah. Sementara dikenalnya Syiah secara luas pada tahun 1980-an lebih merupakan dampak dari Revolusi Iran, sehingga sesungguhnya yang terjadi bukanlah kemunculan baru, melainkan kembalinya kesadaran terhadap akar yang telah ada sebelumnya. Sepanjang sejarah Islam di Indonesia, Syiah senantiasa hadir, meskipun tidak selalu tampak di permukaan. Kemunculan Syiah yang mulai terlihat secara terbuka terjadi pada abad ke-19, di mana misalnya di Padang Pariaman sudah terdapat penganut Syiah pada masa Inggris masuk ke wilayah tersebut.

Menurut penjelasan beliau, Syiah adalah Islam yang dipahami melalui penjelasan Ahlul Bait as. Pada masa Rasulullah saw masih hidup, umat Islam bertanya langsung kepada beliau mengenai ajaran Islam. Namun setelah Rasulullah saw wafat, umat tidak lagi memiliki tempat untuk bertanya kepada beliau dan kemudian merujuk kepada tokoh-tokoh dari Ahlul Bait as, terutama Imam Ali as. Dalam hal ini, Imam Ali as menjadi figur yang mewakili keluarga Rasulullah saw, sehingga dikenal istilah Syiah Ali. Rasulullah saw sendiri telah menggunakan istilah Syiah Ali ketika beliau bersabda kepada Imam Ali as bahwa beliau dan pengikutnya adalah orang-orang yang beruntung di hari kiamat. Dengan demikian, istilah Syiah Ali berasal dari Rasulullah saw, bukan dari manusia setelahnya.

Ustaz Umar Shahab menjelaskan bahwa setelah masa Rasulullah saw, umat Islam menghadapi berbagai persoalan dan perbedaan pandangan yang kemudian dijelaskan oleh Imam Ali as sebagai representasi Ahlul Bait as. Dari sinilah muncul apa yang disebut sebagai Islam perspektif Ahlul Bait as. Orang yang memahami Islam melalui jalur penjelasan Ahlul Bait as disebut sebagai Syiah Ali.

Beliau kemudian menjelaskan bahwa dalam perjalanan sejarah, para pengikut Syiah terbagi menjadi tiga kelompok utama akibat perbedaan pemahaman yang muncul di masa-masa setelah wafatnya para imam. Kelompok pertama adalah Syiah Zaidiyah yang muncul setelah wafatnya Imam Ali Zainal Abidin as. Kelompok ini mengikuti Zaid bin Ali, putra Imam Ali Zainal Abidin as, yang dikenal berilmu dan memiliki semangat revolusioner melawan kezaliman. Meskipun Zaid bukan seorang imam, Imam Muhammad al-Baqir as merestui perjuangan beliau sebagai bagian dari dakwah Islam yang menentang kezaliman. Dari sini kemudian lahir kelompok yang dikenal dengan nama Syiah Zaidiyah.

Kelompok kedua adalah Syiah Ismailiyah yang muncul pada masa Imam Ja‘far Shadiq as. Imam Ja‘far as memiliki putra tertua bernama Ismail. Sebagian pengikut beranggapan bahwa imamah akan diteruskan kepada Ismail sebagaimana tradisi sebelumnya, di mana kepemimpinan diteruskan kepada anak laki-laki tertua. Namun Imam Ja‘far as telah menjelaskan bahwa imamah akan berlanjut kepada Imam Musa as. Karena sebagian orang tidak mengetahui hal tersebut dan masih beranggapan bahwa Ismail adalah penerus, maka lahirlah kelompok baru yang dikenal dengan nama Syiah Ismailiyah.

Kelompok ketiga adalah Syiah Imamiyah atau Syiah Itsna Asyariah, yaitu kelompok utama pengikut Ahlul Bait as yang ajarannya bersumber dari Rasulullah saw dan diteruskan oleh para Imam as hingga Imam Mahdi as. Selain tiga kelompok tersebut, terdapat kelompok ekstrem yang disebut ghulat. Kelompok ini dikategorikan melampaui batas karena menyimpangkan ajaran, misalnya dengan menuhankan Imam Ali as atau menganggap bahwa Imam Ali as seharusnya menjadi nabi. Ustaz Umar Shahab menjelaskan bahwa kelompok ghulat ini muncul sebagai rekayasa penguasa Bani Umayyah untuk merusak citra Ahlul Bait as, sebagaimana pada masa kini muncul kelompok-kelompok ekstrem seperti ISIS dan Al-Qaeda yang dibuat untuk merusak citra Islam.

Dalam penjelasan beliau selanjutnya, Ustaz Umar Shahab memaparkan bahwa Syiah memainkan peran penting dalam sejarah Islam. Syiah tidak hanya berperan dalam bidang politik, tetapi juga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Islam. Menurut beliau, banyak ilmuwan besar dalam sejarah Islam yang berasal dari kalangan Syiah, seperti Ibnu Sina dan Jabir bin Hayyan. Keduanya dikenal sebagai pelopor dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat yang berakar pada pemikiran rasional dan spiritualitas Islam.

Beliau juga menguraikan fase-fase sejarah Islam, dimulai dari masa Rasulullah saw, masa Khulafa Rasyidin, pemerintahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, hingga munculnya kerajaan-kerajaan besar seperti Ottoman di Turki, Safawi di Iran, dan Mughal di India. Pada masa-masa tersebut, Islam menyebar ke berbagai penjuru dunia termasuk ke Indonesia. Setelah itu, dunia Islam memasuki fase penjajahan oleh kekuatan Barat dan kemudian fase kebangkitan nasionalisme pada abad ke-20 dengan munculnya negara-negara Islam modern. Dalam seluruh perjalanan sejarah tersebut, Syiah tetap hadir dan memainkan peranan penting, baik dalam bidang politik maupun pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa wilayah Islam bahkan pernah berada di bawah pemerintahan Syiah, seperti Mesir yang dalam waktu lama diperintah oleh Syiah Ismailiyah, serta Yaman yang dikuasai penguasa Syiah hingga pertengahan abad ke-20.

Ustaz Umar Shahab menegaskan bahwa perbedaan antara Syiah Imamiyah, Zaidiyah, dan Ismailiyah bukan hanya pada aspek politik, tetapi juga dalam pengembangan ilmu. Menurut beliau, Syiah Imamiyah tidak hanya berfokus pada kekuasaan politik, tetapi juga mengembangkan keilmuan Islam. Beliau menekankan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam dunia Islam banyak berhutang pada para ulama Syiah.

Leave a Reply