Pada Jumat, 31 Oktober 2025, dalam Kelas Tafsir Tartibi ICC, Ustaz Umar Shahab menyampaikan kajian tentang perintah Allah swt kepada para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam as, serta pembahasan mengenai keberadaan Nabi Adam as di dalam surga dan kisah turunnya ke bumi. Dalam penjelasannya, beliau menguraikan secara runtut ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan peristiwa tersebut.
Beliau memulai dengan firman Allah swt:
Wa idz qulnâ lil-malâ’ikatisjudû li’âdama fa sajadû illâ iblîs, abâ wastakbara wa kâna minal-kâfirîn
“(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 34)
Kemudian Allah swt berfirman:
Wa qulnâ yâ âdamuskun anta wa zaujukal-jannata wa kulâ min-hâ raghadan ḫaitsu syi’tumâ wa lâ taqrabâ hâdzihisy-syajarata fa takûnâ minadh-dhâlimîn
“Kami berfirman, ‘Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat berbagai makanan yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!’” (QS. Al-Baqarah [2]: 35)
Namun, setan menggoda keduanya hingga mereka tergelincir. Allah berfirman:
Fa azallahumasy-syaithânu ‘an-hâ fa akhrajahumâ mimmâ kânâ fîhi wa qulnahbithû ba‘dlukum liba‘dlin ‘aduww, wa lakum fil-ardli mustaqarruw wa matâ‘un ilâ ḫîn
“Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, ‘Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.’” (QS. Al-Baqarah [2]: 36)
Dalam penjelasannya, Ustaz Umar Shahab menyampaikan bahwa untuk memahami ayat ini, terlebih dahulu perlu dipahami makna sujud yang dimaksud. Beliau mengingatkan bahwa di ayat lain, Allah swt berfirman:
Lâ tasjudû lisy-syamsi wa lâ lil-qamari wasjudû lillâhilladzî khalaqahunna in kuntum iyyâhu ta‘budûn
“Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan. Bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Fushshilat [41]: 37)
Namun, dalam kasus Nabi Adam as, Allah swt justru memerintahkan para malaikat dan iblis untuk bersujud kepada beliau. Menurut Ustaz Umar Shahab, sujud dalam konteks ini bukanlah sujud penyembahan, melainkan sujud penghormatan. Sujud penyembahan hanya boleh ditujukan kepada Allah swt, sedangkan sujud penghormatan dapat dibenarkan, sebagaimana yang juga disebutkan dalam kisah Nabi Yusuf as:
Wa rafa‘a abawaihi ‘alal-‘arsyi wa kharrû lahû sujjadâ…
“Dia (Yusuf) menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Mereka tunduk bersujud kepadanya (Yusuf)…” (QS. Yusuf [12]: 100)
Beliau menegaskan bahwa sujud para malaikat kepada Nabi Adam as adalah bentuk pengakuan atas kelebihan ilmu yang Allah berikan kepada beliau, bukan penyembahan. Iblis yang menolak perintah itu bersikap sombong karena merasa lebih mulia dari Nabi Adam as, dengan alasan ia diciptakan dari api sementara Nabi Adam as diciptakan dari tanah. Karena kesombongan dan penolakannya terhadap perintah Allah, iblis digolongkan sebagai kafir.
Ustaz Umar Shahab juga menjelaskan bahwa kata “kecuali” (illâ iblîs) dalam ayat tersebut menarik untuk diperhatikan, karena secara gramatikal biasanya menunjukkan sesuatu yang termasuk dalam kelompok sebelumnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah iblis tergolong malaikat. Beliau menjelaskan bahwa jika dilihat dari perilakunya, iblis jelas bukan malaikat. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah swt:
Wa idz qulnâ lil-malâ’ikatisjudû li’âdama fa sajadû illâ iblîs, kâna minal-jinni fa fasaqa ‘an amri rabbih
“(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu semua kepada Adam!’ Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Dia termasuk golongan jin, kemudian dia mendurhakai perintah Tuhannya.” (QS. Al-Kahf [18]: 50)
Beliau menambahkan bahwa Al-Qur’an juga menyebut iblis sebagai setan, sebagaimana dalam ayat:
Fa azallahumasy-syaithânu ‘an-hâ…
“Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya…” (QS. Al-Baqarah [2]: 36)
Menurut Ustaz Umar Shahab, secara bahasa setan bukanlah nama makhluk tertentu, tetapi sebutan bagi sifat yang menyesatkan manusia dari jalan Allah. Maka, setiap jin atau manusia yang menyesatkan disebut setan. Hal ini sebagaimana firman Allah swt:
Wa kadzâlika ja‘alnâ likulli nabiyyin ‘aduwwan syayâthînal-insi wal-jinni…
“Demikianlah Kami telah menjadikan bagi setiap nabi musuh yang terdiri atas setan-setan (berupa) manusia dan jin.” (QS. Al-An‘am [6]: 112)
Dalam penjelasan beliau, iblis berasal dari golongan jin, sementara dalam Al-Qur’an juga disebut adanya golongan jin lain seperti ifrit pada kisah Nabi Sulaiman as. Dengan demikian, jin terbagi dalam beberapa golongan, dan tidak semua jin sama dengan iblis.
Ustaz Umar Shahab kemudian membahas tentang makna surga tempat Nabi Adam as tinggal. Beliau menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis surga yang disebut dalam Al-Qur’an. Pertama, Jannatul Khuld, yakni surga kekal yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa. Kedua, surga barzakh yang diperuntukkan bagi ruh orang beriman sebagaimana disebut dalam kisah lelaki beriman pada surah Yasin ayat 26–27. Dan ketiga, surga yang menjadi tempat Nabi Adam as tinggal, yang bukan Jannatul Khuld dan bukan pula surga barzakh.
Menurut beliau, surga Nabi Adam as adalah tempat penuh kenikmatan yang dapat dimasuki oleh iblis, namun bukan berada di bumi. Hal ini menunjukkan bahwa tempat tersebut bersifat khusus, sebagai bagian dari skenario ilahi. Ujian berupa pohon terlarang menjadi bagian dari proses pembentukan Nabi Adam as sebagai khalifah di muka bumi.
Beliau menegaskan bahwa turunnya Nabi Adam as ke bumi bukan semata akibat dari makan buah terlarang, melainkan bagian dari rencana Allah swt yang telah menetapkan manusia sebagai khalifah di bumi. Iblis hanya menjadi sebab yang mempercepat proses tersebut. Ustaz Umar Shahab juga meluruskan pandangan yang keliru bahwa Siti Hawa semata yang digoda oleh iblis, sementara Adam as tergoda karenanya. Menurut beliau, Al-Qur’an dengan jelas menyebut bahwa iblis menggoda keduanya hingga tergelincir dari surga.



