Ribuan orang menghadiri Peringatan Asyura Jabodetabek 1447 Hijriah yang digelar di sebuah gedung acara di bilangan Jakarta Timur pada Minggu, 6 Juli 2025. Acara ini diselenggarakan untuk mengenang syahadah cucu Nabi Muhammad, Imam Husain bin Ali (as), di Padang Karbala.
Ketua Panitia Asyura Jabodetabek 2025, Mujib Munawan, mengatakan bahwa kehadiran jemaah dari berbagai komunitas Ahlulbait di wilayah Jabodetabek dan luar daerah menunjukkan komitmen untuk terus meneladani perjuangan keluarga Nabi—terutama dalam membela keadilan dan menolak kezaliman, termasuk yang menimpa rakyat Palestina.
“Asyura bukan sekadar peringatan tahunan. Asyura adalah panggilan untuk mengagregasi potensi, menata niat, dan menjadi bagian dari barisan kebenaran,” ujar Mujib Munawan. Beliau menekankan bahwa air mata umat Syiah di hari Asyura adalah bentuk janji perjuangan yang tak berhenti pada nostalgia belaka.
“Jika Imam Husain (as) hadir hari ini, beliau akan bertanya: apa yang kau lakukan atas cintamu padaku? Maka pastikan, air mata kita adalah janji, sujud kita adalah tekad, dan cinta kita kepada Imam Husain (as) adalah keberpihakan nyata terhadap keadilan,” tegasnya.
Sekitar 3.000 peserta dari Jabodetabek dan berbagai wilayah luar Pulau Jawa turut serta dalam acara ini. Tema tahun ini, “Spirit Perjuangan Al-Husain di Karbala untuk Keutuhan NKRI dan Kemerdekaan Palestina,” merangkum tiga poros utama: sejarah, kebangsaan, dan kemanusiaan global.
Rangkaian acara meliputi pembacaan Ziarah Warits, Maktal (kisah Karbala), maktam (syair duka keluarga Nabi), dan doa bersama. Suasana duka dan perenungan menyelimuti ruangan yang didominasi warna hitam, berpadu ratapan maktam, dentuman gendang, dan pekik solidaritas untuk Palestina serta janji kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ustaz Umar Shahab, selaku Ketua Steering Committee, membuka sesi pidato dengan menegaskan bahwa Asyura bukan sekadar pengingat sejarah, melainkan momen untuk mengukuhkan posisi keberpihakan atas realitas zaman. Beliau menolak bentuk demokrasi liberal yang mengikis nilai agama, dan menegaskan bahwa komunitas Syiah Indonesia tetap setia pada Pancasila, NKRI, dan UUD 1945.
“Kita berdiri di pihak kemanusiaan yang adil dan beradab,” ujar Ustaz Umar Shahab. Beliau mengutip Surah As-Saff ayat 13, “Nasrum minallah wa fathun qarib,” sebagai penegasan bahwa kemenangan atas kezaliman bukan angan-angan, melainkan janji yang semakin dekat.
Menurut Ustaz Umar Shahab, perjuangan umat Islam belum selesai. Keadilan yang diperjuangkan oleh Imam Husain bin Ali (as) masih menuntut pembela di masa kini. Maka membangun kesadaran kolektif dan keyakinan akan kemenangan merupakan bagian dari kesetiaan terhadap jalan kebenaran.
Tausiyah utama disampaikan Ustaz Miqdad Turkan. Beliau menyebut Asyura sebagai al-Furqan, pemisah antara hak dan batil. Karbala, katanya, adalah medan pembebasan dari segala bentuk penghambaan kepada makhluk, dari ketundukan terhadap kekuasaan tirani, dan dari kebodohan yang membutakan nurani.
“Imam Husain (as) bukan hanya milik Syiah. Beliau milik seluruh umat manusia, bahkan bagi mereka yang tak beragama sekalipun, karena perjuangannya adalah untuk keadilan universal,” kata Ustaz Miqdad Turkan.
Dalam lanjutan ceramahnya, Ustaz Miqdad Turkan mengangkat isu Palestina sebagai kelanjutan logis dari pesan Karbala. Beliau menyebut Al-Quds sebagai “Karbala kontemporer” yang menuntut keberanian kolektif umat Islam untuk tidak tunduk pada penjajahan dan hegemoni global.
“Palestina akan merdeka lewat kewibawaan umat Islam yang meneladani ketidaktundukan Imam Husain (as),” tegasnya.
Acara ditutup dengan pembacaan doa dan penggalangan solidaritas nyata: santunan Rp1 juta per anak yatim-piatu, donor darah, serta pengumpulan donasi kemanusiaan untuk rakyat Palestina di Gaza.
Menjelang senja, para peserta mulai meninggalkan lokasi. Di luar gedung acara, relawan masih menyalurkan santunan dan merapikan logistik. Di dalam hati para hadirin, gema takbir dan seruan “Labbaika Ya Husain” terus hidup—menegaskan tekad untuk menolak kezaliman, menjaga NKRI, dan membela Palestina, kini dan selamanya.