ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Skema Umum Etika dalam Mazhab Syi’ah: Konsep Manusia, Akhlak, dan Jalan Menuju Kesempurnaan

by admin
August 19, 2025
in Akhlak
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

 


Pendahuluan

Etika atau akhlak adalah salah satu pilar utama dalam ajaran Islam. Selain akidah (keimanan) dan syariat (hukum-hukum ibadah dan muamalah), Islam menekankan pentingnya akhlak sebagai penuntun hidup manusia. Rasulullah saw sendiri pernah bersabda: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (Mizan al-Hikmah, hadis no.1520).

Dalam tradisi mazhab Syi’ah, etika menempati posisi sentral. Etika bukan hanya teori, melainkan pedoman praktis yang mengantarkan manusia menuju kesempurnaan spiritual, kedekatan dengan Allah, dan kehidupan harmonis di tengah masyarakat. Al-Quran menegaskan peran akhlak dengan memuji Rasulullah saw:

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang agung.” (QS. al-Qalam [68]: 4)

Tulisan ini merangkum skema umum etika dalam mazhab Syi’ah sebagaimana dipaparkan oleh Hujjatul Islam wal Muslimin Abdul Hosein Moezzi. Kajian ini berangkat dari dua sumber utama Islam, yakni Al-Quran dan Sunah, serta didukung oleh pandangan ulama Syi’ah.


Etimologi dan Makna Akhlak

Secara bahasa, kata akhlâq adalah bentuk jamak dari khuluq, yang berarti karakter, temperamen, atau tabiat batin. Akhlak berbeda dengan tindakan lahiriah semata, sebab ia berakar pada kondisi jiwa manusia.

Dalam perspektif Islam, akhlak tidak hanya menimbang baik dan buruk, tetapi juga membicarakan pengaruhnya terhadap takdir manusia di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, sebelum membahas etika, penting untuk memahami posisi manusia dalam pandangan Islam.


Konsep Manusia dalam Mazhab Syi’ah

1. Manusia sebagai Khalifah Allah di Bumi

Al-Quran berfirman:

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. al-Baqarah [2]: 30)

Ayat ini menegaskan bahwa manusia memiliki potensi istimewa yang tidak dimiliki makhluk lain: kemampuan untuk menjadi wakil Allah di bumi. Tafsir Al-Mizan menjelaskan bahwa keistimewaan manusia berasal dari akalnya, yang memungkinkannya mengenal kebenaran dan mengatur kehidupan sesuai kehendak Ilahi.

2. Manusia sebagai Makhluk Mulia

Allah menegaskan:

“Sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam…” (QS. al-Isra’ [17]: 70)

Kemuliaan manusia terletak pada dua anugerah besar: akal dan kehendak bebas. Dengan akalnya, manusia dapat membedakan yang benar dan salah. Dengan kehendak bebasnya, ia memilih jalan kebaikan atau keburukan. Imam Ali a.s. menggambarkan bahwa malaikat hanya diberi akal tanpa nafsu, hewan diberi nafsu tanpa akal, sedangkan manusia memiliki keduanya. Jika akal mengalahkan nafsu, manusia lebih tinggi dari malaikat; sebaliknya, jika nafsu menundukkan akal, ia lebih rendah dari hewan.

3. Manusia sebagai Pemegang Amanat Tuhan

Allah berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikulnya… lalu dipikullah amanat itu oleh manusia.” (QS. al-Ahzab [33]: 72)

Ayat ini menunjukkan keistimewaan manusia yang sanggup memikul tanggung jawab moral dan spiritual. Amanat itu adalah kesadaran tauhid, kebebasan memilih, dan kewajiban untuk menaati hukum Ilahi.


Kebebasan dan Tanggung Jawab Manusia

Mazhab Syi’ah menekankan bahwa manusia adalah makhluk bebas memilih. Al-Quran menegaskan:

  • “Tidak ada paksaan dalam agama.” (QS. al-Baqarah [2]: 256)
  • “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. al-Syams [91]: 9-10)

Kebebasan ini menjadi dasar moralitas. Tanpa kebebasan, manusia tidak mungkin layak menerima pahala atau hukuman. Namun kebebasan tidak berarti lepas dari kendali Tuhan. Manusia tetap berada dalam cakupan ilmu dan kehendak Allah.


Fondasi Etika dalam Islam Menurut Mazhab Syi’ah

1. Iman dan Pengetahuan

Motivasi tertinggi manusia untuk berbuat baik adalah iman yang lahir dari pengetahuan benar. Semakin dalam pemahaman seseorang tentang Tuhan, semakin kuat pula imannya. Iman yang kokoh membuat seseorang mampu menghadapi tantangan spiritual dan sosial.

2. Amal Saleh

Iman saja tidak cukup. Al-Quran menegaskan:

“Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh…” (QS. al-‘Ashr [103]: 2-3)

Seperti burung yang membutuhkan dua sayap untuk terbang, manusia membutuhkan iman dan amal saleh untuk mencapai kesempurnaan.

3. Ketaatan terhadap Syariat

Syariat berfungsi sebagai panduan praktis agar manusia tidak terjerumus dalam hawa nafsu. Ketaatan pada perintah Allah adalah sarana untuk menjaga fitrah manusia agar tetap lurus.


Pertarungan Batin: Nafsu dan Akal

Nafsu Amarah

Al-Quran menyebut adanya al-nafs al-ammarah (jiwa yang memerintah pada keburukan). Nafsu ini selalu mendorong manusia memenuhi hasrat hewani secara berlebihan. Inilah medan jihad terbesar manusia: jihad melawan hawa nafsu. Rasulullah menyebutnya sebagai jihad akbar.

Nafsu Lawwamah

Selain itu, Allah menganugerahkan manusia al-nafs al-lawwamah (jiwa yang menyalahkan). Jiwa ini berfungsi sebagai suara hati yang menegur manusia ketika ia salah jalan, sehingga ia terdorong untuk bertobat.

Nafsu Muthmainnah

Jika manusia berhasil menyeimbangkan akal dan nafsu, ia mencapai tingkat al-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang). Allah menyeru jiwa ini dengan penuh kasih:

“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan rida dan diridai. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. al-Fajr [89]: 27-30)


Strategi Mengendalikan Nafsu dalam Etika Syi’ah

  1. Iman kepada Allah dan Hari Akhir
    Kesadaran akan pertanggungjawaban di akhirat adalah benteng terkuat melawan hawa nafsu. Al-Quran menegaskan:

“Dan adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya.” (QS. al-Nazi’at [79]: 40-41)

  1. Pengetahuan dan Makrifatullah
    Pengendalian nafsu harus dibarengi dengan pengetahuan mendalam tentang Allah. Semakin dalam seseorang mengenal keesaan, kekuasaan, dan rahmat Allah, semakin kecil peluang nafsu menguasai dirinya.
  2. Zikir dan Kesadaran Spiritual
    Al-Quran menegaskan:

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. al-Ra’d [13]: 28)

Zikir menjaga manusia dari kelalaian, menghidupkan hati, dan memperkuat keteguhan iman.


Buah Etika: Kesempurnaan Insani

Dalam pandangan Syi’ah, puncak etika adalah menjadi insan kamil (manusia sempurna), yakni manusia yang:

  • Menjadi khalifah Allah di bumi.
  • Memiliki akhlak mulia sebagaimana dicontohkan Rasulullah.
  • Mampu menundukkan hawa nafsu di bawah kendali akal dan iman.
  • Hidup dalam keridaan Allah.

Rasulullah saw adalah teladan utama insan kamil. Allah memuji beliau dengan akhlak agung, dan seluruh perjuangan beliau bertujuan menyempurnakan akhlak manusia.


Kesimpulan

Etika dalam mazhab Syi’ah berakar pada tauhid sebagai prinsip dasar. Jalan menuju kesempurnaan manusia adalah iman yang benar, amal saleh, ketaatan terhadap syariat, serta pengendalian nafsu dengan bantuan akal dan fitrah.

Skema umum etika ini menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi luar biasa: menjadi khalifah Allah, makhluk mulia, dan pemegang amanat Ilahi. Namun potensi ini hanya akan terwujud jika manusia beriman, beramal saleh, dan menjaga akhlak mulia.

Dengan demikian, etika Islam dalam mazhab Syi’ah bukan sekadar ajaran moral, melainkan sistem spiritual yang menuntun manusia menuju kesempurnaan, kedekatan dengan Allah, dan kebahagiaan abadi. (Sumber: Etika Modern dalam Islam, Muhammad Ali Shomali (ed.))


kunjungi link di ini

admin

admin

Related Posts

Perbuatan Maksiat: Hancurnya Sendi Kemaslahatan dan Kenikmatan Ruhani
Akhlak

Perbuatan Maksiat: Hancurnya Sendi Kemaslahatan dan Kenikmatan Ruhani

October 8, 2025

Dalam pandangan Islam, setiap hukum Allah Swt ditetapkan bukan tanpa alasan. Setiap perintah memiliki tujuan, dan setiap larangan membawa hikmah....

Amal Saleh dalam Alquran: Makna, Karakteristik, dan Relevansinya di Kehidupan Modern
Akhlak

Amal Saleh dalam Alquran: Makna, Karakteristik, dan Relevansinya di Kehidupan Modern

October 6, 2025

Pendahuluan Setiap muslim tentu sering mendengar istilah amal saleh. Dalam banyak ayat Alquran, amal saleh disebut berdampingan dengan iman, seakan...

Maksiat dan Krisis Akhlak: Ketidakseimbangan dalam Alam Realitas Menurut Islam
Akhlak

Maksiat dan Krisis Akhlak: Ketidakseimbangan dalam Alam Realitas Menurut Islam

October 2, 2025

Pendahuluan Dalam ajaran Islam, maksiat bukan sekadar pelanggaran terhadap aturan syariat, melainkan juga bentuk penyimpangan yang menciptakan ketidakseimbangan dalam tatanan...

Manfaat Bertobat: Jalan Menuju Ampunan Allah dan Keberkahan Hidup
Akhlak

Manfaat Bertobat: Jalan Menuju Ampunan Allah dan Keberkahan Hidup

September 29, 2025

Manfaat Bertobat: Jalan Menuju Ampunan Allah dan Keberkahan Hidup Pendahuluan Tobat adalah salah satu ajaran paling fundamental dalam Islam yang...

Berkhidmat kepada Makhluk Allah: Jalan Spiritual Menuju Cinta dan Kedekatan dengan Tuhan
Akhlak

Berkhidmat kepada Makhluk Allah: Jalan Spiritual Menuju Cinta dan Kedekatan dengan Tuhan

September 25, 2025

Pendahuluan Dalam khazanah Islam, jalan menuju Allah Swt bukan hanya melalui ibadah ritual, tetapi juga melalui berkhidmat kepada makhluk Allah....

Jangan Sibuk Mengurusi Kepentingan Sendiri: Persatuan dan Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Islam
Akhlak

Jangan Sibuk Mengurusi Kepentingan Sendiri: Persatuan dan Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Islam

September 21, 2025

Pendahuluan Islam adalah agama yang bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga hubungan antarsesama. Alquran berulang-ulang menekankan pentingnya...

Next Post
Makna Doa dalam Spirit Asyura: Ceramah Direktur ICC Syaikh Mohammad Sharifani di Malam Kedelapan Muharram 1447 H

Tausiah Syekh Mohammad Sharifani: Delapan Utang Manusia yang Tak Bisa Dihindari

Makna dan Dampak Kemaksiatan dalam Kehidupan Manusia Menurut Islam

Makna dan Dampak Kemaksiatan dalam Kehidupan Manusia Menurut Islam

Tirakat dalam Budaya Jawa: Pendekatan Filsafat Perennial

Tirakat dalam Budaya Jawa: Pendekatan Filsafat Perennial

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist