ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

BIOGRAFI SINGKAT PARA TOKOH DAN ULAMA BESAR AHLULBAIT AS: SYEKH KULAINI (1)

by admin
August 20, 2025
in Tokoh
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Setelah Imam Mahdi as memasuki periode kegaiban panjang, muncul ribuan fakih dan ulama besar di kalangan Syi’ah untuk memberikan pencerahan dan membimbing masyarakat ke jalan Allah Swt.

Sejarah kehidupan dan perjuangan ilmiah mereka cukup menarik untuk disimak. Pada seri acara ini, kita akan menelusuri sejarah para ulama besar, kegiatan ilmiah mereka, karya-karyanya, dan kiprah mereka dalam menyebarkan ajaran agama. Selain itu, kita juga akan mempelajari tentang kepribadian dan kehidupan irfani mereka.

Dalam budaya Islam, para ilmuwan dan ulama memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia. Rasulullah saw–utusan terakhir dan penghulu para nabi–menyebut ulama sebagai pelita bumi dan pewaris para nabi.

Islam adalah agama langit yang terakhir dan setelah Muhammad saw, tidak ada lagi nabi baru yang diutus oleh Allah Swt, karena manusia telah mencapai sebuah fase dari perkembangan dan kesempurnaan. Mereka menerima ajaran agama untuk kebahagiaan abadi dari Rasulullah saw dan menjaganya sebagai sebuah warisan yang berharga.

Rasulullah saw–sebagai hamba Allah Swt–telah menjalani kehidupan untuk beberapa saat di dunia ini dan kemudian dipanggil menghadap Sang Kuasa, tapi ajaran Islam harus tetap hidup sampai hari terakhir kehidupan umat manusia di bumi ini.

Keberadaan para Imam maksum as dari keturunan Rasulullah saw–lebih dari dua abad setelah kemunculan Islam–telah menyebabkan pertumbuhan dan penyebaran ajaran Islam. Mereka menjaga Islam dari berbagai terjangan badai fitnah, nifak, dan penyimpangan. Para Imam maksum mempersembahkan jiwa dan raganya untuk menjaga agama terakhir Ilahi ini.

Atas kehendak Allah, Imam Keduabelas (Imam Mahdi as) disembunyikan dari orang-orang sehingga tidak hanya manusia, tetapi alam penciptaan juga bisa tetap eksis dan jiwanya terselamatkan dari kejahatan para durjana.

Menurut sejumlah riwayat, alasan kegaiban Imam Mahdi as adalah bagian dari rahasia Allah yang akan diketahui setelah kemunculannya. Namun, ada beberapa alasan rasional yang disebutkan oleh riwayat seperti, untuk menguji masyarakat, memperlihatkan ketidakmampuan pemerintahan tiran dalam membahagiakan manusia, mendidik manusia, menjaga Imam sebagai perantaraan rahmat Ilahi, dan mempersiapkan dunia untuk mendirikan sebuah pemerintahan Ilahi yang adil.

Selama Imam Mahdi as menjalani fase kegaiban, para ulama yang bertakwa bertugas untuk menyebarluaskan Islam, menjelaskan persoalan agama, dan membimbing masyarakat. Berdasarkan banyak riwayat, kedudukan ulama di sisi Allah lebih tinggi daripada para nabi Bani Israil.

Ulama memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah. Tuhan memperkenalkan orang-orang yang berilmu–setelah Diri-Nya dan para malaikat–sebagai pemberi kesaksian atas keesaan-Nya.

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Ali Imran:18)

Di ayat tersebut, para pemilik ilmu yang bertauhid dan hatinya diterangi dengan cahaya iman, berada di urutan berikutnya setelah Tuhan dan para malaikat. Para Imam maksum juga mengisyaratkan mengenai peran penting ulama di masa kegaiban panjang.

Imam Ali Hadi as berkata, “Andaikan tidak terdapat seorang ulama setelah kegaiban pemimpin kalian yang menyeru kepada-Nya, membimbing kepada-Nya, dan lebur pada agama-Nya dengan hujah-hujah Allah serta membela orang-orang yang lemah di antara manusia dari cengkraman iblis dan tipu -ayanya, maka tidak tersisa seorang pun kecuali murtad dari agama Allah.”

Ada banyak ayat dan riwayat yang menyeru manusia untuk mengenali dan mengikuti ulama. Imam Ali Zainal Abidin al-Sajjad as berkata, “Allah Swt berfirman kepada Nabi Daniel as bahwa hamba-Ku yang paling dibenci di sisi-Ku adalah orang bodoh yang meremehkan hak orang alim dan tidak mengikutinya, dan hamba-Ku yang paling dicintai di sisi-Ku adalah orang bertakwa yang mengejar banyak pahala, bersama orang-orang alim, mengikuti orang-orang yang sabar, dan menerima orang-orang yang bijak.”

Posisi istimewa yang diberikan Islam kepada ulama, bukan tanpa alasan. Berdasarkan kehendak Allah, Islam adalah agama terakhir yang membawa aturan yang paling sempurna untuk kebahagiaan manusia. Sepeninggal Nabi Muhammad saw, agama ini melalui masa-masanya tanpa kehadiran seorang nabi pun dan untuk itu, dia membutuhkan kehadiran para ulama yang bisa menjawab tantangan dan tuntutan baru umat manusia.

Allah Swt melalui Alquran, telah menjelaskan panduan umum dan kaidah yang tetap untuk kebahagiaan abadi manusia. Dengan merujuk ke sumber-sumber hukum agama, manusia diharapkan dapat menemukan landasan hukum untuk masalah-masalah parsial yang dihadapinya di berbagai bidang.

Upaya menyingkap landasan hukum ini disebut ijtihad, yaitu usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ulama untuk mencapai suatu putusan (simpulan) hukum syar’i mengenai kasus yang penyelesaiannya belum tertera dalam Alquran dan hadis.

Para ulama perlu menguasai sumber-sumber agama secara penuh untuk dapat melakukan ijtihad dan mengeluarkan sebuah hukum fikih. Mereka berjuang siang-malam untuk menjaga agama dan memberikan pencerahan kepada manusia.

Anda bisa mengikuti sejarah kehidupan para ulama besar Syi’ah dan kontribusi mereka di masyarakat di seri-seri berikutnya.

Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq Kulaini Razi, lebih dikenal dengan Tsiqatul Islam Kulaini adalah penulis kitab hadis yang paling populer, al-Kafi dan termasuk salah satu ahli hadis paling kesohor di kalangan Syi’ah.

Syekh Kulaini memiliki keahlian khusus dalam mengidentifikasi hadis dan riwayat sehingga ia dianggap sebagai referensi di kalangan Syi’ah dan Sunni. Oleh sebab itu, dia dijuluki sebagai Tsiqatul Islam, yaitu orang kepercayaan Islam. Syekh Kulaini adalah penulis kitab al-Kafi, karyanya yang paling penting dan menjadi salah satu dari empat kitab hadis rujukan Syi’ah.

Syekh Kulaini adalah seorang ulama besar, fakih, dan ahli hadis yang paling terkenal di kalangan Syi’ah pada abad ke-3 Hijriah. Menurut catatan sejarah, dia lahir bersamaan dengan masa kepemimpinan Imam Hasan Askari as pada tahun 258 H di sebuah keluarga religi di Desa Kulain yang berjarak sekitar 38 kilometer dari kota Rey, salah satu kota kuno yang paling masyhur di Iran. Ayah dan pamannya termasuk ulama dan ahli hadis yang terkenal di masanya.

Setelah memberikan kontribusi besar untuk kemajuan dunia Islam, muhaddis besar ini meninggal dunia pada tahun 329 H, bertepatan dengan periode kegaiban besar Imam Mahdi as.

Penelitian dan kegiatan ilmiah Syekh Kulaini berlangsung pada periode kegaiban kecil (ghaibah shugra) Imam Mahdi as. Dengan kata lain, dia hidup sezaman dengan empat orang wakil khusus Imam as yang menjadi perantara antara dirinya dan masyarakat dan tentu saja tidak ada halangan bagi Syekh Kulaini untuk membangun hubungan dengan Imam Mahdi as, paling tidak lewat para wakil khusus tersebut.

Syekh Kulaini menempuh jenjang pendidikan dasar agama di bawah asuhan sang ayah dan pamannya sendiri. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya di kota Rey. Pada masa itu, kebanyakan masyarakat Rey bermazhab Syafi’i dan Hanafi, tetapi desa-desa di kota itu menjadi pusat konsentrasi penduduk Syi’ah dan pecinta Ahlulbait Nabi as.

Mayoritas warga Sunni tingga di kota Rey pada masa itu, tapi masyarakat Syi’ah dihormati di sana karena akhlaknya. Oleh karena itu, Rey kemudian terkenal sebagai kota penduduk Syi’ah.

Pengikut mazhab Ismailiyah juga memilih kota Rey sebagai pusat kegiatan mereka. Dengan demikian, kota Rey menjadi pusat pertukaran pemikiran antara pengikut mazhab Ismailiyah, Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Syi’ah Imamiyah.

Di kota ini, Syekh Kulaini mempelajari ilmu hadis dari Abul Hasan Muhammad bin Asadi Kufi. Pada masa itu pula, kaum Qaramatian–yang memadukan ajaran Zoroaster, Manichean, dan Islam–melakukan serangan terhadap akidah dan kesucian kaum muslim. Syekh Kulaini meladeni kaum Qarmatian dengan menulis buku, ”Al-Radd ‘ala al-Qaramithah.” kitab ini bertujuan untuk menjaga kaum muslim dari penyimpangan akidah dan penyesatan.

Syekh Kulaini kemudian hijrah ke Qom untuk memperdalam ilmu agamanya. Di sana, dia bertemu dengan banyak ahli hadis yang menukil hadis langsung dari lisan Imam Hasan Askari atau Imam Ali Hadi as serta berguru kepada para ulama besar.

Setelah dari Qom, ilmuwan besar ini bertolak ke kota Kufah untuk meningkatkan kapasitas keilmuannya. Kufah di masa itu merupakan salah satu pusat besar ilmu pengetahuan, di mana para ulama besar datang ke kota itu untuk mengajar dan menuntut ilmu.

Tsiqatul Islam kemudian berangkat ke Baghdad dan di sana, dia memperoleh popularitas yang besar di mana masyarakat Syi’ah dan Sunni merujuk kepadanya untuk memecahkan persoalan agama. Syekh Kulaini kemudian menjadi kepercayaan kelompok Syi’ah dan Sunni dalam urusan agama.

Pada periode kegaiban sughra, masyarakat tidak bisa lagi membangun hubungan langsung dengan Imam Mahdi as. Sebagian pihak memanfaatkan kevakuman ini untuk memproduksi hadis palsu atau mendistorsi hadis-hadis yang sudah ada.

Dalam situasi seperti itu, para ulama dari semua mazhab melakukan upaya serius untuk melindungi riwayat dan hadis dari penyimpangan sehingga era itu juga dikenal dengan “Periode Hadis.”

Perlu dicatat bahwa Kutubus Sittah (enam buah kitab induk hadis di kalangan Ahlusunnah) ditulis pada periode itu, tapi mazhab Sunni tidak membedakan antara Ahlulbait as dengan sahabat lain dan para muhaddits dalam menukil hadisnya. Ketika mereka melakukan pengumpulan hadis pada abad ke-3 Hijriah, mereka memiliki jarak 300 tahun dari sumber hadis.

Namun, mazhab Syi’ah memiliki para Imam maksum dari Ahlulbait yang merupakan khalifah setelah wafatnya Rasulullah saw. Setelah beliau saw wafat, pengikut Syi’ah menukil hadis dan riwayat dari para Imam maksum serta mempelajari agama dari mereka.

Ketika Syekh Kulaini melakukan pengumpulan hadis pada periode kegaiban sughra, para ulama masih bisa membangun kontak dengan Imam Mahdi as melalui wakil-wakil khususunya. Di samping itu, ada juga para ahli hadis yang menukil langsung hadis dari Imam Ali Hadi as dan Imam Hasan Askari as.

Syekh Kulaini memahami dengan baik apa yang dibutuhkan umat pada periode genting itu. Dia mulai mengumpulkan hadis dan makrifat (ilmu) Ahlulbait untuk menyelamatkan masyarakat dari penyimpangan. Ulama besar ini kemudian melakukan perjalanan ke berbagai kota Islam untuk mengumpulkan hadis dari para perawi sehingga masyarakat bisa memanfaatkan peninggalan Rasulullah saw dan Ahlulbait sebagai petunjuk.

Kerja keras dan perjuangan Syekh Kulaini dituangkan dalam sebuah kitab dengan judul, al-Kafi untuk dimanfaatkan oleh para ulama dan kaum muslim. Para ulama dari berbagai mazhab sampai sekarang masih menjadikan kitab ini sebagai salah satu rujukan mereka. Kumpulan hadis Rasulullah saw dan para Imam maksum yang dilakukan Syekh Kulaini menjadi sangat berharga.

Menurut Najasyi, Syekh Kulaini adalah pemimpin ulama Syi’ah dan sosok cemerlang di zamannya yang paling dapat diandalkan dalam hadis. Dia menjadi salah satu figur besar ulama yang mendermakan hidupnya demi Islam dan kepentingan kaum muslim. Dengan menerbitkan banyak buku, Syekh Kulaini menunjukkan kontribusi besarnya untuk Islam.

Di zamannya, para ulama Syi’ah dan Sunni memberikan penghormatan yang tinggi terhadap keilmuan dan kiprah besarnya, terutama di bidang hadis. Beliau digaliri sebagai Tsiqatul Islam karena tingginya kepercayaannya masyarakat dan ulama terhadap keilmuan dan keluhuran akhlaknya.

Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq Kulaini Razi, lebih dikenal dengan Syekh Kulaini, meninggalkan banyak karya berharga dan salah satu yang paling fenomenal adalah kitab al-Kafi yang ditulisnya selama 20 tahun.

Kitab al-Kafi adalah kitab pertama dari empat kitab hadis rujukan Syi’ah (Kutub al-Arba’ah). Dia tidak hanya tercatat sebagai mahakarya Syekh Kulaini, tapi di tengah masyarakat Islam, tidak ada kitab yang lebih terpercaya dari al-Kafi di bidang hadis.

Syekh Kulaini adalah ulama besar Syi’ah pada abad ke-3 Hijriah dan dia mendapatkan kepercayaan dari kalangan Syi’ah dan Sunni. Dia tercatat sebagai ilmuwan Muslim pertama yang mendapat gelar Tsiqatul Islam (Kepercayaan Islam).

Cendekiawan Muslim ini lahir pada periode kepemimpinan Imam Hasan Askari as dan hidup sezaman dengan empat orang wakil khusus Imam Mahdi as. Namun karena gerak-gerik mereka dibatasi dan dipantau oleh penguasa, Syekh Kulaini memikul tanggung jawab budaya dan ilmiah kaum Syi’ah dan secara leluasa dapat menyebarkan ajaran Syi’ah Imamiyah dan pengetahuan Ahlulbait as.

Setelah menempuh jenjang pendidikan dasar di bawah asuhan sang ayah dan pamannya sendiri, Syekh Kulaini melanjutkan studinya di kota Rey, Qum, Kufah, dan kemudian hijrah ke kota Baghdad untuk memperdalam ilmunya di bidang agama.

Pada masa itu, dia menyaksikan banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai sekte untuk mendistorsi ajaran Islam. Ulama besar ini membulatkan tekadnya untuk menjaga ajaran Ahlulbait dari penyimpangan dan menghabiskan hidupnya untuk menyampaikan kebenaran kepada umat.

Muhammad bin Ya’qub Kulaini, selain al-Kafi, juga memiliki karya lain yang juga mendapat banyak perhatian dari kalangan ulama dan ilmuan. Di antara karya-karyanya adalah kitab al-Rijal, al-Radd ‘ala al-Qaramithah, Rasa’il al-Aimmah as, Ta’bir al-Ru’ya, dan kumpulan syair tentang keutamaan Ahlulbait as.

Namun, kitab al-Kafi merupakan mahakarya Syekh Kulaini di mana sampai sekarang masih menjadi referensi para ulama hadis, fakih, dan mujtahid besar Syi’ah dalam menyimpulkan hukum-hukum agama.

Syekh Kulaini dalam kitab al-Kafi telah mengumpulkan 16.000 hadis dari Rasulullah saw dan Ahlulbait as. Kitab ini terdiri atas tiga bagian yaitu, Ushul al-Kafi, Furu’, dan Rawdhah.

Ushul al-Kafi memuat riwayat mengenai persoalan akidah dan akhlak yang terdiri dari delapan kitab. Syekh Kulaini dengan sangat teliti dan rasional, menukil berbagai riwayat yang berbicara tentang pentingnya akal dalam mengenal makrifat.

Dia kemudian menukil riwayat yang berbicara tentang keutamaan menuntut ilmu dan akhlak dalam mencari ilmu serta pentingnya ilmu untuk memperkuat basis akidah. Syekh Kulaini selanjutnya menjabarkan prinpsip-prinsip utama akidah, yaitu tauhid dan makrifatullah.

Di dalam kitab al-Hujjah, Syekh Kulaini mengumpulkan hadis-hadis yang berbicara tentang kenabian dan imamah. Bagian lain dari Ushul al-Kafi membahas masalah akhlak dan pendidikan seperti tawaduk, kesabaran, kana’ah, perkara gibah, keutamaan doa, keutamaan Alquran, adab berinteraksi, dan lain-lain. Bab ini memuat pelajaran yang sangat menarik dan bisa dimanfaatkan untuk umum.

Furu’ al-Kafi memuat riwayat-riwayat mengenai masalah fikih seperti salat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya. Mempelajari kitab Furu’ al-Kafi membutuhkan keahlian khusus dan dia biasanya menjadi rujukan para ulama fikih.

Bagian ketiga al-Kafi disebut Rawdhah, yang memuat 597 hadis mengenai beragam tema seperti khotbah dan surat para Imam maksum, nasihat, cerita-cerita, dan materi sejarah. Karena keragaman temanya, dia disebut Raudhah atau taman.

Syekh Kulaini yang pernah merasakan era kepemimpinan Imam Hasan Askari dan empat wakil khusus Imam Mahdi as, memiliki kesempatan menukil riwayat dengan perantaraan yang lebih singkat. Sebagian dari riwayat al-Kafi bahkan dinukilnya melalui tiga perantara dan ini menjadi salah satu keistimewaan kitab tersebut.

Al-Kafi memilih kata yang singkat dan jelas dalam penulisan tema hadis sehingga kandungannya mudah ditangkap oleh pembaca. Penukilan hadis dan riwayat dilakukan tanpa intervensi penulis, adapun keterangan penulis tentang hadis benar-benar ditulis terpisah.

Syekh Kulaini dalam kitabnya meletakkan urutan riwayat dari yang mudah dipahami dan jelas sampai kategori yang sulit dan rumit. Salah satu keistimewaan al-Kafi adalah Syekh Kulaini menukil silsilah perawi dari setiap hadis sampai kepada Imam maksum as.

Syekh Kulaini mengumpulkan riwayat al-Kafi berdasarkan kaidah tidak adanya pertentangan hadis dengan kandungan Alquran. Kehati-hatian dan perhatiannya yang besar dalam menerima nukilan hadis membuat sebagian orang berpendapat akan kesahihan semua riwayat yang terdapat dalam kitab ini.

Sekelompok ulama Syi’ah meyakini keshahihan seluruh riwayat yang dimuat kitab al-Kafi, sekelompok lain percaya bahwa sebagian riwayat dalam kitab itu tergolong lemah.

Syekh Kulaini dalam mukaddimah kitab al-Kafi menulis bahwa sebuah riwayat dikategorikan shahih dan benar ketika ia sejalan dengan Alquran. Mengenai kitab al-Kafi, Syekh Mufid berkata, “Kitab ini adalah kitab terbaik Syi’ah yang memiliki fadhilah yang sangat besar. Para ulama kita memanfaatkan kitab ini melebihi kitab-kitab lain.” Muhammad Taqi Majlisi menulis, “Kitab al-Kafi dari semua kitab Ushul adalah yang terlengkap dan terbaik yang disusun oleh mazhab Syi’ah Imamiyah.”

Syekh Kulaini meninggal dunia pada bulan Syakban tahun 328 H, bertepatan dengan awal dimulainya masa gaibah panjang Imam Mahdi as di kota Baghdad pada usia 70 tahun. Dia dimakamkan di Bab al-Kufah, Irak yang terletak di bagian Timur Sungai Tigris dan makamnya masih diramaikan oleh peziarah sampai hari ini.

Rasulullah saw dalam sebuah hadis bersabda, “Lukman berpesan kepada putranya, ‘Wahai anakku! Duduklah selalu di majelis para ulama dan dengarkalah kata-kata ahli hikmah dengan penuh perhatian. Dengan cahaya hikmah itu, Allah Swt akan menghidupkan hati yang mati sebagaimana Dia menghidupkan tanah yang mati (kering) dengan hujan lebat.’“(SM)

admin

admin

Related Posts

Islam Indonesia

SELAMAT & SUKSES ATAS MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-48

November 20, 2022

Keluarga BesarIslamic Cultural Centermengucapkan SELAMAT & SUKSES ATAS MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-48DAN ATAS TERPILIHNYAPROF. HAEDAR NASHIRsebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah Periode...

Tokoh

Keluarga Besar Islamic Cultural Center Jakarta
menyampaikan duka cita

September 18, 2022

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun Keluarga Besar Islamic Cultural Center Jakartamenyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Prof. Azyumardi Azra,...

Ahlulbait

Syahadah IMAM MUHAMMAD AL JAWAD

March 2, 2023

Keluarga BesarIslamic Cultural Center JakartaMenyampaikanDuka Cita yang MendalamAtas Hari Syahadah IMAM MUHAMMAD AL JAWAD29 Zulqaidah Sesungguhnya Imam Jawad adalah manifestasi...

Ahlulbait

Kelahiran Imam Ali bin Musa Ridha

March 2, 2023

Hari ini bertepatan dengan kelahiran Imam Ali bin Musa Ridha yang dimakamkan di kota Mashhad. Beliau digelari berbagai nama dan...

Dunia Islam

Cinta dan Kasih Sayang

March 2, 2023

Gerakan Imam Khomeini muncul dari fitrah. Fitrah yang bukan hanya tidak dapat dicukupi dengan dimensi material dan kesenangan duniawi yang...

Dunia Islam

33 Tahun Kembalinya Imam Khomeini ke Pangkuan Sang Kekasih.

March 2, 2023

Dengan hati yang tenang, hati yang percaya diri, dan jiwa yang bahagia dan ikhlas, mengharap rahmat Tuhan, saya akan dibebaskan...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist