ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Iran Tolak Tekanan AS–Eropa, Siap Hadapi Ancaman Sanksi PBB

by admin
August 21, 2025
in Berita
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Seiring berakhirnya masa berlaku kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA), Iran bersiap menghapus pembatasan yang selama ini dijalankan secara sukarela. Pada saat yang sama, laporan media Barat menyebut tiga negara Eropa—Inggris, Prancis, dan Jerman—sepakat menjatuhkan sanksi baru bila kesepakatan pengganti gagal dicapai, sebuah langkah yang menurut Teheran hanya akan merusak sisa-sisa peluang diplomasi. Bila diaktifkan, sanksi itu akan menghidupkan kembali embargo senjata internasional, larangan aktivitas rudal balistik, pembekuan aset sejumlah pejabat dan lembaga, serta sanksi ekonomi yang membatasi perdagangan minyak dan akses perbankan internasional. Ketegangan meningkat sejak Amerika Serikat dan Israel melancarkan serangan mendadak terhadap fasilitas nuklir Iran pada Juni 2025, yang membuat perundingan antara Teheran dan Washington terhenti setelah lima putaran awal.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa agresi militer AS yang dilakukan berkoordinasi dengan Israel adalah wujud frustasi karena Washington gagal memaksa Teheran menghentikan pengayaan uranium sepenuhnya. Menurutnya, sejak awal pembicaraan tidak langsung yang dimediasi Oman, Amerika bersikeras Iran tidak boleh memiliki kemampuan membangun senjata nuklir, dan dalam pandangan mereka itu hanya mungkin dicapai dengan menghentikan total kegiatan pengayaan. “Sebagian pihak meyakinkan mereka bahwa selama pengayaan tetap ada, potensi senjata nuklir akan selalu melekat. Karena itu tuntutan mereka menjadi penghentian total pengayaan—yang sepenuhnya kami tolak,” ujar Araghchi. Ia kembali menegaskan bahwa Iran tidak pernah mengejar senjata nuklir, merujuk pada fatwa Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, dan bahwa kebijakan resmi Teheran adalah mempertahankan hak atas pengayaan untuk tujuan damai sekaligus menjaga capaian ilmiah yang dibangun secara mandiri.

Araghchi mengungkap bahwa sejumlah rencana teknis pernah dibahas dalam perundingan dengan tim AS untuk menyeimbangkan kebutuhan pengayaan dan pencegahan proliferasi, tetapi semuanya ditinggalkan setelah kelompok lobi berpengaruh di Washington menekan pemerintah agar kembali menuntut penghentian total. Ia menolak label “terlalu optimistis” atau “terlalu konservatif” dalam diplomasi, karena menurutnya Kementerian Luar Negeri hanya menjalankan kerangka kebijakan yang sudah direncanakan jauh sebelum perang pecah. Ia menegaskan bahwa diplomasi adalah salah satu alat negara sebagaimana perang, keduanya tidak inheren baik atau buruk, melainkan sarana untuk mencapai kepentingan nasional. “Perang sering lebih mahal dan berisiko, diplomasi lebih murah, meski kadang bisa juga lebih sulit,” katanya, sembari menolak pandangan bahwa perang itu selalu suci dan diplomasi dengan Barat selalu nista.

Ia menyoroti efektivitas diplomasi regional: dalam beberapa bulan terakhir sebelum konflik 12 hari, Iran setidaknya tiga kali hampir terseret perang besar, tetapi dapat dihindari melalui interaksi kawasan. Dari lawatan dan kontak regionalnya, Araghchi menyimpulkan perang hanya membawa kehancuran dan tidak menguntungkan siapa pun, seraya menuding Israel sengaja mendorong konflik untuk melemahkan lawan-lawannya. Namun ia menambahkan, kekuatan dan kesiapan Iran jugalah yang membuat musuh tidak berani memperluas perang. “Kadang perang menjadi tak terhindarkan—terutama ketika pihak lain memaksakan sesuatu yang bagi kami mustahil,” ujarnya.

Tentang rencana pasca perang, Araghchi menjelaskan bahwa Kementerian Luar Negeri hanya melaksanakan keputusan yang ditetapkan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (DKNT). “Jalur dan pilihan ditentukan dalam sistem kenegaraan yang melampaui pemerintah; tugas kami adalah bergerak dalam koridor itu. Orang bisa mengkritik atau memuji, tetapi yang utama adalah bagaimana kami melaksanakan keputusan Dewan,” tegasnya.

Terkait Badan Energi Atom Internasional (IAEA), ia menyinggung kunjungan Deputi Direktur Jenderal Massimo Aparo ke Teheran pasca-serangan Juni. Menurutnya, kunjungan itu memberi kesempatan bagi Iran untuk mendokumentasikan dan menyampaikan pandangan mengenai kemungkinan skema kerja baru berdasarkan undang-undang parlemen. Iran membuka opsi mengirim delegasi ke Wina untuk putaran berikutnya, tetapi menekankan bahwa kembalinya para inspektur harus sesuai aturan parlemen dan persetujuan DKNT. Araghchi menyebut laporan IAEA sering bias dan terlalu mengikuti narasi politik Barat, serta menyesalkan lembaga itu enggan mengutuk agresi AS–Israel. “Kami tidak sampai pada titik memutus kerja sama, tetapi jelas tidak akan sama seperti sebelumnya,” ujarnya.

Mengenai hubungan dengan Inggris, Prancis, dan Jerman, Araghchi mengatakan Teheran sedang menilai apakah masih ada fondasi untuk negosiasi yang bermakna, sembari menolak gagasan “berunding demi berunding.” Ia menuduh ketiganya kini menjadikan sanksi PBB sebagai satu-satunya alat tekan, padahal menurutnya mereka tidak lagi punya legitimasi karena sudah melanggar perjanjian nuklir 2015. Ia menilai Resolusi DK PBB 2231 kini kehilangan bobot, terbukti tidak mampu mencegah perang, menghentikan sanksi ilegal, ataupun melindungi Iran. Karena itu, setiap upaya Eropa mengaktifkan kembali sanksi otomatis (snapback) dianggap tidak sah.

Araghchi memperingatkan bahwa menjatuhkan sanksi PBB akan menandai akhir peran diplomatik Eropa. Ia mengakui dampak ekonomi mungkin terbatas, sebab sanksi sepihak AS yang berlaku saat ini sudah lebih berat dibanding sanksi PBB, tetapi secara politik, psikologis, dan strategis akan berpengaruh. Menurutnya, Iran telah lama menyiapkan rencana bersama Rusia dan Tiongkok untuk menghadapi skenario itu, yang siap dijalankan bila sanksi dipaksakan.

Di tingkat internasional, Rusia melalui pernyataan Duta Besar Mikhail Ulyanov menolak dorongan tiga negara Eropa untuk mengaktifkan kembali sanksi otomatis. Ia menyebut langkah mereka sebagai “pemerasan,” mengingat ketiganya sendiri sudah lama melanggar Resolusi 2231 dan JCPOA, sehingga secara hukum tidak bisa memulihkan sanksi. Ia menegaskan asas hukum internasional: pihak yang tidak memenuhi kewajiban tidak dapat menuntut hak dari perjanjian yang sama. Tiongkok juga menolak keras, menegaskan bahwa kebuntuan implementasi JCPOA bukan salah Iran, melainkan akibat tindakan AS dan Eropa. Beijing memperingatkan konsekuensi “tak terduga dan katastropik” bila pemulihan otomatis sanksi dipaksakan, menilainya sebagai penyalahgunaan kewenangan Dewan, sekaligus menegaskan hak Iran sebagai anggota Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) untuk memanfaatkan energi nuklir damai. Tiongkok berkomitmen terus mendorong dialog, saling hormat, dan kesepakatan baru yang berkelanjutan.

Menutup keterangannya, Araghchi menolak kemungkinan perundingan segera dengan Washington. Menurutnya, Amerika belum berada pada posisi setara untuk negosiasi. Soal kompensasi atas kerusakan akibat serangan, ia menyebut hal itu bisa saja dibicarakan, tetapi bukan prasyarat bagi dialog. “Tidak ada pesan yang koheren dari pihak Amerika. Mungkin mereka belum mencapai kesimpulan akhir,” pungkasnya.

Sumber berita: https://en.irna.ir/

Sumber gambar: https://thisisbeirut.com.lb/

admin

admin

Related Posts

Peringatan Wafat Rasulullah Saw. dan Syahadah Ahlulbait di ICC Jakarta: Meneguhkan Wasiat Tsaqalain dan Otoritas Agama
Berita

Peringatan Wafat Rasulullah Saw. dan Syahadah Ahlulbait di ICC Jakarta: Meneguhkan Wasiat Tsaqalain dan Otoritas Agama

August 21, 2025

Pada Kamis, 21 Agustus 2025, Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta menyelenggarakan majelis peringatan wafat Rasulullah Saw sekaligus memperingati syahadah Imam...

Netanyahu Abaikan Proposal Hamas, Israel Luncurkan Fase Baru Genosida di Gaza
Berita

Netanyahu Abaikan Proposal Hamas, Israel Luncurkan Fase Baru Genosida di Gaza

August 21, 2025

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memutuskan untuk tidak menanggapi proposal gencatan senjata terbaru yang telah disetujui Hamas, meski para mediator...

Tujuh Langkah Mendekatkan Diri dengan Al-Qur’an dalam Kajian Majelis Taklim Akhwat ICC – Zainab Al-Kubro
Berita

Tujuh Langkah Mendekatkan Diri dengan Al-Qur’an dalam Kajian Majelis Taklim Akhwat ICC – Zainab Al-Kubro

August 20, 2025

Majelis Taklim Akhwat ICC – Zainab Al-Kubro kembali diselenggarakan pada Rabu, 20 Agustus 2025, di Aula ICC Jakarta bersama Syaikh...

Makna Doa dalam Spirit Asyura: Ceramah Direktur ICC Syaikh Mohammad Sharifani di Malam Kedelapan Muharram 1447 H
Berita

Tausiah Syekh Mohammad Sharifani: Delapan Utang Manusia yang Tak Bisa Dihindari

August 20, 2025

ICC Jakarta kembali menggelar tausiah rutin bersama Syekh Mohammad Sharifani pada Selasa, 19 Agustus 2025. Dalam kajiannya, beliau menyampaikan tentang...

Menghidupkan Kembali Tradisi Syair Islami: Doa Ziarah Jami’ah Kabirah & Syair Husaini di ICC Jakarta
Berita

Menghidupkan Kembali Tradisi Syair Islami: Doa Ziarah Jami’ah Kabirah & Syair Husaini di ICC Jakarta

August 16, 2025

ICC Jakarta kembali menyelenggarakan doa Ziarah Jami’ah Kabirah yang dilanjutkan dengan acara pembacaan syair dan puisi Husaini. Acara ini dibuka...

Kelas Tafsir Al-Qur’an Tartibi ICC Jakarta bersama Syaikh Mohammad Sharifani: Memahami Tanda Kekafiran dan Kemunafikan
Berita

Kelas Tafsir Al-Qur’an Tartibi ICC Jakarta bersama Syaikh Mohammad Sharifani: Memahami Tanda Kekafiran dan Kemunafikan

August 15, 2025

ICC Jakarta kembali menggelar Kelas Tafsir Al-Qur’an Tartibi sebagai bagian dari agenda mingguan pada Jumat, 15 Agustus 2025, pukul 14.00...

Next Post
Peringatan Wafat Rasulullah Saw. dan Syahadah Ahlulbait di ICC Jakarta: Meneguhkan Wasiat Tsaqalain dan Otoritas Agama

Peringatan Wafat Rasulullah Saw. dan Syahadah Ahlulbait di ICC Jakarta: Meneguhkan Wasiat Tsaqalain dan Otoritas Agama

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist