Krisis Lingkungan: Masalah Kita Bersama
Dunia hari ini menghadapi krisis lingkungan: perubahan iklim, hutan gundul, polusi, hingga punahnya spesies. Banyak orang masih berpikir alam boleh dieksploitasi sesuka hati. Padahal, kerusakan alam pada akhirnya kembali menyakiti manusia sendiri.
Islam sejak awal sudah memberikan pedoman etika tentang bagaimana manusia harus memperlakukan alam. Alquran dan hadis Nabi Muhammad saw berulang-ulang menekankan bahwa alam bukan sekadar objek eksploitasi, tapi amanah dari Allah yang harus dijaga.
Alam dalam Perspektif Alquran
Alquran menyebut lebih dari 750 ayat tentang fenomena alam. Bahkan, ada surat yang dinamai sesuai elemen alam, seperti Al-Baqarah (Sapi), Al-Nahl (Lebah), Al-Naml (Semut), hingga Al-Syams (Matahari).
Allah sering bersumpah dengan fenomena alam: “Demi subuh” (QS. Al-Fajr: 1), “Demi buah tin dan zaitun” (QS. Al-Tin: 1). Ini menandakan betapa pentingnya alam dalam pandangan Islam.
Alam bukan benda mati, melainkan makhluk yang bertasbih kepada Allah: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya… (QS. Al-Isra: 44)
Gunung, guruh, burung, semua tunduk kepada Allah. Fenomena alam adalah tanda kekuasaan-Nya yang mengajarkan manusia untuk berpikir dan bersyukur.
Air dan Tanah: Unsur Kehidupan yang Suci
Dalam Islam, air disebut lebih dari 60 kali di Alquran. Allah berfirman: Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (QS. Al-Anbiya: 30)
Air bukan sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga sarana penyucian (wudu, mandi wajib). Begitu juga tanah, yang dipakai untuk tayamum dan tempat sujud. Rasulullah saw bersabda: “Peliharalah tanah karena ia adalah ibumu.”
Kesucian air dan tanah mengajarkan kita pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Mencemari air atau merusak tanah sama dengan merusak fondasi kehidupan.
Manusia sebagai Khalifah di Bumi
Alquran menegaskan manusia adalah khalifah (wakil Allah) di bumi (QS. Al-Baqarah: 30). Namun posisi ini bukan “izin mengeksploitasi alam”, melainkan amanah untuk merawatnya.
Allah menciptakan manusia dari tanah dan memerintahkannya untuk memakmurkan bumi (QS. Hud: 61). Itu berarti manusia harus membangun, menanam, merawat, dan tidak merusak.
Sayangnya, krisis lingkungan modern justru lahir karena manusia gagal menjaga amanah ini. Bukan agama penyebab kerusakan, melainkan hawa nafsu manusia:
“Andaikan kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini…” (QS. Al-Mu’minun: 71)
Prinsip Etika Lingkungan dalam Islam
Islam memiliki prinsip umum yang bisa dijadikan pedoman etika lingkungan:
- Menjaga Kebersihan
Kebersihan adalah bagian dari iman. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah itu bersih dan menyukai kebersihan.”
Artinya, menjaga kebersihan lingkungan bukan sekadar etika sosial, tetapi ibadah.
- Menjaga Amanah
Alam adalah titipan Allah dan juga amanah generasi mendatang. Merusak hutan, mencemari sungai, atau menghabiskan sumber daya berarti mengkhianati amanah tersebut.
- Hidup Seimbang dan Sederhana
Islam menolak sikap berlebihan. Alquran menegaskan: Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf: 31)
- Bersyukur dengan Tindakan
Syukur bukan hanya ucapan, tetapi menggunakan nikmat sesuai aturan Allah. Menghancurkan alam sama saja dengan kufur nikmat.
- Menghindari Perusakan
Rasulullah saw melarang merusak tanah, air, maupun makhluk hidup. Alquran pun menegaskan: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya. (QS. Al-A’raf: 56)
Panduan Praktis dari Alquran dan Hadis
Selain prinsip umum, Islam juga memberi perintah khusus terkait etika lingkungan:
- Menanam pohon adalah ibadah. Nabi saw bersabda: “Siapa pun yang menanam pohon, lalu buahnya dimakan manusia atau hewan, maka itu menjadi sedekah baginya.”
- Dilarang mencemari air. Imam Baqir berkata: “Jangan buang air kecil di air yang suci.”
- Sayangi hewan. Nabi saw bersabda: “Seorang perempuan dimasukkan ke neraka karena mengurung kucing hingga mati.”
- Larangan menebang pohon tanpa alasan. Bahkan dalam perang, Nabi saw melarang pasukannya merusak kebun dan tanaman.
- Menjaga suara. Polusi suara juga diingatkan dalam Alquran (QS. Luqman: 19).
Relevansi Etika Islam dengan Krisis Lingkungan Modern
Etika lingkungan dalam Islam sangat relevan untuk menjawab masalah dunia saat ini:
- Perubahan iklim → Islam mengajarkan hidup hemat energi, tidak boros, dan tidak berlebih-lebihan.
- Krisis air → Islam menekankan kesucian air dan larangan mencemarinya.
- Deforestasi → Islam memerintahkan menanam pohon dan melarang menebangnya tanpa alasan.
- Kepunahan hewan → Islam menegaskan hak-hak hewan dan larangan menyiksanya.
Dengan kata lain, solusi krisis lingkungan global sudah ada dalam ajaran Islam sejak 14 abad lalu.
Penutup
Etika lingkungan dalam Islam mengajarkan kita bahwa alam adalah tanda kekuasaan Allah sekaligus amanah yang harus dijaga. Air, tanah, hewan, dan tumbuhan bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagai khalifah di bumi, manusia dituntut bertanggung jawab: menjaga kebersihan, hidup seimbang, menghargai hak makhluk lain, serta menjauhi perusakan. Jika prinsip ini diamalkan, bukan hanya krisis lingkungan dapat teratasi, tetapi juga lahir peradaban yang selaras dengan nilai ilahiah.
🌱 Menjaga lingkungan bukan sekadar kewajiban ekologis, tapi ibadah. Dengan melestarikan bumi, kita sekaligus menjaga amanah Allah untuk generasi sekarang dan mendatang.