Persaudaraan dalam Islam: Landasan dari Alquran
Islam menegaskan bahwa seluruh orang mukmin adalah bersaudara. Ikatan ini bukan hanya sekadar persahabatan sosial, melainkan ikatan spiritual yang lahir dari iman. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. al-Hujurat [49]: 10)
Ayat ini memberikan dasar yang kuat bahwa setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjaga ukhuwah Islamiyah, menyelesaikan konflik, dan selalu mengedepankan kasih sayang. Persaudaraan dalam Islam tidak boleh tercerai-berai oleh ego, hawa nafsu, atau kepentingan duniawi.
Mengelola Konflik Sesuai Ajaran Islam
Konflik dalam masyarakat tidak bisa dihindarkan, termasuk di antara kaum muslimin sendiri. Alquran secara tegas memberi panduan dalam al-Hujurat [49]: 9:
- Damaikan dua kelompok mukmin yang bertikai. Peran ini bisa diemban oleh individu muslim, tokoh masyarakat, maupun pemerintah Islam.
- Perangi kelompok yang zalim. Jika salah satu pihak menolak perdamaian dan berbuat aniaya, umat Islam diperintahkan untuk melawannya hingga ia kembali pada jalan Allah.
- Tegakkan keadilan setelah damai. Perdamaian sejati hanya akan terwujud jika dibangun di atas keadilan, bukan sekadar penghentian konflik.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang tidak membiarkan kezaliman tumbuh. Keadilan dan persatuan harus selalu berjalan seiring.
Nilai Cinta dan Kasih Sayang dalam Ukhuwah
Alquran menekankan pentingnya cinta yang tulus antarsesama muslim. Seorang mukmin diperintahkan untuk mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Prinsip ini berarti:
- Memberikan kebaikan tanpa pamrih.
- Proaktif dalam membantu kesulitan saudara.
- Tidak mudah tersinggung atau berprasangka buruk.
- Selalu mencari solusi terbaik demi kemaslahatan bersama.
Dengan cinta yang berlandaskan iman, umat Islam mampu menghadapi tantangan zaman dan membangun masyarakat yang kokoh.
Larangan Sosial dalam Al-Hujurat
Allah Swt juga memberikan aturan sosial agar umat Islam tidak terjerumus dalam perpecahan. Surah al-Hujurat ayat 11–12 memuat larangan-larangan yang harus dijauhi, yaitu:
- Mengolok-olok orang lain. Baik laki-laki maupun perempuan dilarang merendahkan sesamanya, karena boleh jadi yang dihina lebih mulia di sisi Allah.
- Mencela dan memberi julukan buruk. Julukan yang merendahkan martabat adalah bentuk kezaliman.
- Berprasangka buruk. Sebagian prasangka adalah dosa dan dapat merusak ukhuwah.
- Mencari kesalahan orang lain. Memata-matai atau membuka aib orang lain sangat dilarang.
- Gibah (menggunjing). Allah mengibaratkan gibah seperti memakan bangkai saudara sendiri—sebuah gambaran yang menjijikkan.
Larangan-larangan ini menjadi fondasi etika sosial dalam Islam yang menjaga kehormatan dan martabat manusia.
Penyakit Perpecahan dalam Umat Islam
Beberapa kebiasaan buruk yang merusak ukhuwah diuraikan secara detail dalam tafsir ayat-ayat Al-Hujurat.
- Kebiasaan Menghina
Menghina lahir dari ego dan merasa diri lebih baik. Padahal, tidak ada jaminan bahwa orang yang menghina lebih mulia daripada yang dihina. Menghina hanya melahirkan kebencian dan merusak hubungan persaudaraan.
- Mencari Kekurangan Orang Lain
Orang yang sibuk mencari aib saudaranya seringkali lupa akan kelemahan dirinya sendiri. Perilaku ini menimbulkan permusuhan dan perpecahan yang sulit dipulihkan.
- Memberi Julukan Buruk
Julukan negatif menorehkan luka hati yang dalam. Islam memandang hal ini sebagai bentuk kezaliman yang wajib ditinggalkan.
- Prasangka Buruk
Berprasangka tanpa bukti nyata membuat hati buta terhadap kebaikan. Prasangka buruk juga mengikis rasa percaya dan melemahkan solidaritas sosial.
- Suka Memata-matai
Mencampuri urusan pribadi orang lain demi mencari kesalahannya adalah perilaku yang mencederai ukhuwah. Setiap muslim seharusnya sibuk memperbaiki dirinya, bukan mencari kelemahan orang lain.
- Gibah
Menggunjing adalah penyakit sosial yang paling berbahaya. Ia merusak kehormatan, menebar kebencian, dan menghapus pahala kebaikan. Dalam hadis Nabi, gibah disebut sebagai dosa besar yang harus segera ditinggalkan.
Islam Menjaga Kehormatan dan Martabat Manusia
Islam sangat menjunjung tinggi kehormatan manusia. Larangan gibah, menghina, atau memberi julukan buruk semuanya bermuara pada satu tujuan: menjaga harga diri setiap muslim. Persaudaraan sejati hanya dapat tumbuh jika umat saling menutupi kekurangan, bukan saling membongkar aib.
Allah Swt menegaskan bahwa perbedaan bangsa, suku, atau warna kulit bukanlah alasan untuk merendahkan orang lain. Sebaliknya, perbedaan itu adalah sarana untuk saling mengenal dan bekerja sama. Firman-Nya:
“Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.” (QS. al-Hujurat [49]: 13)
Ayat ini menegaskan bahwa tolok ukur kemuliaan manusia hanyalah takwa, bukan status sosial, etnis, atau kekayaan.
Mengobati Penyakit Sosial: Jalan Tobat dan Perbaikan
Alquran selalu memberi ruang bagi perbaikan. Bagi mereka yang pernah terjerumus dalam kebiasaan menghina, gibah, atau berprasangka buruk, Allah Swt membuka pintu taubat. Bahkan, Allah menegaskan bahwa Dia adalah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Praktik perbaikan yang bisa dilakukan antara lain:
- Meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti.
- Menghentikan kebiasaan buruk secara total.
- Mengisi waktu dengan amal kebaikan, seperti sedekah, doa, dan menolong sesama.
- Mengubah pola pikir negatif menjadi positif dengan mengingat kelebihan orang lain.
Dengan langkah-langkah ini, ukhuwah Islamiyah dapat diperbaiki dan dipulihkan.
Relevansi Surah Al-Hujurat di Era Modern
Di era digital, ayat-ayat Al-Hujurat semakin relevan. Media sosial sering menjadi tempat subur bagi hinaan, gibah, dan penyebaran aib. Padahal, setiap postingan negatif bisa melahirkan kebencian yang meluas.
Menerapkan ajaran Alquran berarti:
- Menyebarkan konten yang positif dan bermanfaat.
- Menghindari komentar merendahkan di media sosial.
- Menggunakan teknologi untuk mempererat persaudaraan, bukan memperlebar jurang perpecahan.
Kesimpulan: Ukhuwah Islamiyah sebagai Pilar Umat
Surah Al-Hujurat mengajarkan bahwa persaudaraan umat Islam harus dijaga dengan cinta, keadilan, dan etika sosial yang tinggi. Larangan menghina, gibah, dan prasangka buruk adalah pedoman penting agar umat tidak terpecah-belah.
Hanya dengan ukhuwah yang kokoh, umat Islam mampu menghadapi tantangan global, menjaga martabat, dan memperoleh rahmat Allah Swt. Persaudaraan sejati adalah warisan iman yang akan terus hidup sepanjang zaman.