ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

ADAB JIHAD DAN AKHLAK PARA MUJAHID

by Syafrudin mbojo
September 7, 2025
in Maarif Islam
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Sayid Sami Khadra

Jihad memiliki pentingnya yang luar biasa, karena merupakan jalan untuk meraih pahala tertinggi dan balasan terbaik. Cukuplah bahwa jihad adalah salah satu pintu dari pintu-pintu surga, dan cukup bagi kita bahwa Allah Swt mencintai orang-orang yang berjihad di jalan-Nya, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”(1)

Islam telah menetapkan hukum, aturan, dan batasan-batasan bagi jihad, yang harus kita patuhi dan perhatikan agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

 

Daftar Isi:

  1. Mengingatkan untuk Bertakwa kepada Allah Swt
  2. Mengingatkan bahwa Jihad Tidak Mempercepat atau Memperlambat Ajal
  3. Sifat-sifat Pemimpin Militer
  4. Menjaga Salat di Awal Waktunya
  5. Tidak Takut kepada Musuh
  6. Menyerahkan Bendera kepada Orang yang Dikenal Keberaniannya
  7. Tidak Melakukan Mutilasi terhadap Mayat atau Menodai Kehormatan Mereka
  8. Tidak Mengganggu Wanita meskipun Ia Bertindak Bodoh
  9. Saling Membantu di Medan Perang
  10. Bersabar di Semua Medan
  11. Membawa Panji-panji dan Mengangkat Slogan
  12. Belajar Memanah
  13. Tidak Meniru Musuh-musuh Islam
  14. Memuji Anggota yang Pemberani
  15. Mengingatkan bahwa Mereka adalah Tentara Allah Swt
  16. Mengajak Mereka untuk Mentaati dan Mempercayai Pemimpin
  17. Melatih Mereka agar Tidak Meremehkan Musuh
  18. Boleh Berjalan dengan Gaya yang Membuat Musuh Geram

 

Sebagian dari hukum-hukum ini bersifat wajib, dan sebagian lagi sunnah (dianjurkan). Namun terkadang yang wajib bisa menjadi sunnah atau sebaliknya, tergantung pada situasi dan kondisi politik serta medan yang berkembang. Hal ini seperti hukum berperang, mengintai, menjaga perbatasan, latihan senjata, dan lain sebagainya, yang masing-masing membutuhkan kajian tersendiri.

Karena jihad adalah ibadah, maka dia memiliki adab, akhlak, dan sunnah-sunnah yang wajib kita hidupkan. Kita sebagai umat Islam lebih pantas untuk menjaganya agar mendapatkan pahala, dan pahala siapa pun yang mengamalkannya hingga hari kiamat.

Berikut adalah beberapa adab dan akhlak jihad di jalan Allah Swt:

  1. Mengingatkan untuk Bertakwa kepada Allah Swt

Sesuai sunnah, pemimpin atau orang yang mewakilinya hendaknya mengingatkan para mujahidin untuk bertakwa kepada Allah Swt, baik dalam keadaan menetap maupun berperang, dan juga mengenai tujuan jihad.

Karena dalam jihad terdapat risiko bahaya, luka, kematian, serta keterlibatan dengan harta, kehormatan, nyawa, dan keamanan orang lain, maka harus ada peringatan agar tidak bertindak gegabah atau emosional, seperti yang sering kita lihat pada peperangan bangsa non-muslim yang menganggap hal tersebut sebagai “konsekuensi perang”.

Rasulullah saw, saat mengutus seorang panglima, selalu memerintahkannya untuk bertakwa kepada Allah dalam dirinya sendiri, lalu terhadap para pasukannya. Beliau bersabda, “Berperanglah dengan menyebut nama Allah dan di jalan Allah. Perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah. Jangan bakar pohon kurma, jangan tenggelamkan dengan air, jangan tebang pohon yang berbuah, dan jangan bakar ladang (tanaman).”(2)

  1. Mengingatkan bahwa Jihad Tidak Mempercepat atau Memperlambat Ajal

Keyakinan ini adalah tanda keimanan dan kepasrahan yang hakiki. Dia menghilangkan rasa takut, pengecut, atau lari dari medan perang. Seorang mujahid akan tetap maju dan tabah.

Dalam ajakan Sayidina Ali as kepada para sahabatnya untuk berperang, beliau berkata, “Demi Allah! Jika kalian lari dari pedang dunia, kalian tidak akan selamat dari pedang akhirat… Dan orang yang tertipu tidak akan ditambah umurnya, dan tidak ada tabir antara dia dan hari kematiannya.”(3)

  1. Sifat-sifat Pemimpin Militer

Saat memilih pemimpin lapangan atau kepala pasukan, harus dipilih mereka yang memiliki sifat ikhlas, taat, takwa, tidak mudah marah karena urusan pribadi, dan rendah hati dalam segala keadaan, agar tidak menyalahgunakan posisi militer untuk tujuan pribadi. Mereka juga harus peka terhadap kaum miskin dan tertindas.

Imam Ali as menulis kepada Malik Asytar, “Pilihlah dari pasukanmu orang yang paling ikhlas kepada Allah, rasul-Nya, dan Imammu; yang paling bersih hatinya, paling penyabar, lambat marah, mudah menerima alasan, sayang kepada yang lemah, tegas terhadap orang kuat, yang tidak mudah tersulut oleh kekerasan, dan tidak lemah oleh kelembutan.”(4)

  1. Menjaga Salat di Awal Waktunya

Ini adalah prinsip yang seharusnya menjadi kebiasaan setiap muslim. Namun dalam jihad, hal ini perlu ditekankan lebih agar tidak dijadikan alasan untuk meninggalkannya karena kondisi sekitar.

Imam Ali as berkata, “Jaga dan peliharalah salat, perbanyaklah salat, dan dekatkan dirimu kepada Allah dengannya. Karena salat adalah kewajiban yang ditetapkan atas orang-orang beriman pada waktu-waktu tertentu.”(5)

  1. Tidak Takut kepada Musuh

Karena musuh berperang demi dunia atau penguasa yang fana, dan syaitan adalah pemimpin mereka. Sedangkan orang-orang beriman berperang untuk meninggikan kalimat Allah, demi akhirat, dan Allah adalah pelindung mereka.

Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang kafir berperang di jalan thagut. Maka perangilah para pengikut syaitan. Sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah.”(6)

Imam Ali as juga berkata, “Sesungguhnya rasa takut dan gentar terhadap jihad melawan orang-orang yang memang pantas untuk diperangi, serta mereka yang saling membantu dalam kesesatan, merupakan kesesatan dalam agama, dan juga mengakibatkan hilangnya dunia dengan kehinaan dan kerendahan. Bahkan hal itu bisa mengantarkan kepada neraka, karena termasuk dalam larangan lari dari medan perang ketika sudah berada di hadapan musuh.”

Allah Swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).” (QS. al-Anfal:15)

  1. Menjadikan Panji di Tangan Orang yang Dikenal Pemberani

Panji adalah simbol dan tanda, juga merupakan indikasi keteguhan dan kemenangan. Mengangkatnya adalah bentuk tantangan terhadap musuh Allah Swt dan membuat mereka geram.

Imam Ali as berkata, “Janganlah kamu condongkan panji-panji kalian, dan janganlah kalian pindahkan kecuali bersama orang-orang pemberani kalian.”(7)

  1. Tidak Memutilasi Mayat atau Membuka Aib Mereka

Ketika musuh-musuh Allah telah terbunuh, maka bumi telah tersucikan dari najis keberadaan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasulullah saw… Dan saat itu, neraka lebih layak bagi mereka. Maka bukanlah bagian dari akhlak kita untuk memutilasi tubuh mereka, mencacati mayat, atau memotong-motong anggota tubuh sebagaimana yang biasa dilakukan oleh musuh-musuh kita.

Imam Ali as berkata, “Jangan kalian mutilasi orang yang terbunuh, dan jika kalian mencapai tempat tinggal suatu kaum, jangan kalian buka tabir (aib) mereka, jangan masuk ke dalam rumah mereka, dan jangan ambil apa pun dari harta mereka kecuali yang kalian temukan di perkemahan mereka.”

Itu pun menjadi harta rampasan perang (ghanimah) setelahnya.

  1. Tidak Mengganggu Perempuan, Sekalipun Ia Bersikap Kurang Ajar

Terkadang, sebagian wanita dari kalangan musyrikin atau musuh bertindak berani terhadap para mujahid karena mereka tahu bahwa para mujahid memiliki akhlak yang tinggi dan penjagaan moral yang kuat. Maka, sebagian dari mereka bisa terdorong oleh emosinya dan melontarkan kata-kata kasar untuk memancing emosi para mujahid.

Namun, biarkan saja dia, biarkan ia mati dalam kedengkiannya, dan jangan kita teralihkan dari misi utama yang jauh lebih mulia dan bernilai.

Diriwayatkan dari Imam Ali as, “Jangan kalian menyakiti wanita, walaupun mereka mencaci kehormatan kalian atau menghina pemimpin-pemimpin dan orang-orang saleh kalian. Karena mereka itu lemah dalam kekuatan, jiwa, dan akal. Kami pun diperintahkan untuk menahan diri dari menyakiti mereka padahal mereka dalam keadaan musyrik. Dan dahulu, jika ada laki-laki yang menyerang wanita, maka ia dan keturunannya akan dicela setelah itu…”

Catatan

Semua ini tentu berlaku selama wanita itu tidak membawa senjata, tidak menjadi mata-mata, atau tidak membantu secara militer. Jika ia terlibat demikian, maka ia memiliki hukum tersendiri yang dibahas dalam kitab-kitab fikih.

  1. Saling Menolong di Medan Perang

Seorang mukmin itu kuat bersama saudaranya, dan perumpamaan mereka adalah seperti bangunan yang kokoh. Maka musibah yang menimpa saudaramu adalah musibahmu juga, dan kegembiraan mereka adalah kegembiraanmu.

Karena itu, wajib melindungi saudara sesama mujahid, agar tidak terkepung dan diserang sendirian. Bahkan jika dia terluka atau kehilangan sesuatu yang berharga di medan perang, jangan tinggalkan dia, agar tidak menjadi mangsa musuh.

Imam Ali as berkata, “Semoga Allah merahmati orang yang menolong saudaranya dengan dirinya sendiri, dan tidak menyerahkan musuhnya kepada saudaranya, sehingga lawan saudaranya dan lawannya sendiri bersatu menghadapi saudaranya, maka ia akan mendapat celaan dan menunjukkan kehinaan. Bagaimana tidak hina, padahal ia membiarkan saudaranya menghadapi dua musuh sekaligus, sementara dia diam tidak membantu. Allah Ta’ala berfirman, ‘Katakanlah, ‘Lari itu tidak akan berguna bagi kalian jika kalian lari dari kematian atau pembunuhan, dan jika demikian kalian tidak akan menikmati (kehidupan) kecuali sebentar’.’”(10)

Dan dalam riwayat lain, “Jika kalian melihat saudara kalian yang terluka, atau yang telah disiksa, atau yang menjadi sasaran musuh kalian, maka bantulah ia dengan diri kalian sendiri.”

  1. Bersabar di Semua Keadaan

Tidak ada sesuatu pun yang bisa diraih tanpa kesabaran di setiap keadaan.

Imam Ali as berkata, “Bersabarlah, saling menguatkanlah dalam kesabaran, mohonlah pertolongan, dan persiapkan diri kalian untuk berperang…”

Dalam riwayat lain, “Mintalah pertolongan dengan kesabaran dan kejujuran, karena sesungguhnya kemenangan datang setelah kesabaran. Maka berjihadlah di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Tiada kekuatan kecuali dengan Allah…”

  1. Membawa Panji dan Mengangkat Slogan

Setiap pasukan atau negara di dunia pasti memiliki slogan atau panji yang menjadi identitas mereka… Maka termasuk dari adab Islam dalam jihad adalah membawa panji atau slogan yang menunjukkan identitas dan keyakinan mereka, seperti: tauhid, Alquran, nama suci, atau seruan tertentu.

Diriwayatkan dari Imam Ja’far Shadiq as, “Orang pertama yang berperang adalah Nabi Ibrahim as, ketika pasukan Romawi menawan Nabi Luth as. Maka Nabi Ibrahim as keluar hingga menyelamatkan Luth dari tangan mereka. Dan orang pertama yang mengangkat panji adalah Ibrahim as, dengan tulisan, ‘La ilaha illallah’.”

Rasulullah saw pernah mengutus Imam Ali as pada Perang Bani Quraizhah dengan membawa panji berwarna hitam yang dinamai ‘Al-Uqab’ (Elang), sedangkan benderanya berwarna putih.(10)

Dari Imam Ja’far Shadiq as,  “Slogan kami adalah ‘Ya Muhammad, Ya Muhammad’.”

Slogan kaum muslim di berbagai pertempuran:

  • Hari Perang Badar: “Wahai pertolongan Allah, datanglah, datanglah!”
  • Hari Uhud: “Wahai pertolongan Allah, datanglah!”
  • Hari Bani Nadhir: “Wahai Ruhul Kudus, rehatlah!”
  • Hari Bani Qainuqa’: “Wahai Rabb kami! Jangan sampai Engkau dikalahkan!”
  • Hari Thaif: “Wahai Ridwan!”
  • Hari Hunain: “Wahai Bani Abdullah, wahai Bani Abdullah!”
  • Hari Khandaq (Ahzab): “Mereka tidak melihat!”
  • Hari Bani Quraizhah: “Wahai Salam! Tundukkan mereka!”
  • Hari Bani Musthaliq: “Ketahuilah! Kepada Allah-lah kembalinya segala urusan!”
  • Hari Hudaibiyah: “Ketahuilah! Laknat Allah atas orang-orang zalim!”
  • Hari Fathu Makkah: “Kami adalah hamba-hamba Allah, sungguh-sungguh hamba Allah!”
  • Hari Tabuk: “Wahai Ahad, wahai Shamad!”
  • Hari Bani Maluh (Al-Mulawwih): “Matilah, matilah!”
  • Hari Shiffin: “Wahai pertolongan Allah!”
  • Slogan Imam Husain as: “Ya Muhammad!”
  • Slogan kami: “Ya Muhammad!”
  1. Mempelajari Menembak

Setiap muslim, terutama para mujahid, harus berlatih menembak dari waktu ke waktu untuk menjaga kebugaran dan efisiensi tempur mereka. Paling tidak, mereka harus bisa menggunakan pistol dan senapan ringan yang umum digunakan saat ini.

Rasulullah saw menafsirkan ayat persiapan, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, padahal Allah mengetahuinya. Dan apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah akan dibalas kepadamu secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi” (QS. al-Anfal:60), dengan “memanah.”(11)

Beliau saw juga bersabda, “Tunggulah dan menembaklah. Dan menembak lebih aku cintai daripada menunggang kuda.” Kemudian beliau bersabda, “Setiap hiburan seorang mukmin adalah sia-sia, kecuali dalam tiga hal: melatih kudanya, menembak dengan busurnya, dan bermain-main dengan istrinya, karena ketiganya adalah kebenaran. Ketahuilah! Sesungguhnya Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung akan memasukkan tiga orang ke surga karena satu anak panah: pembuat kayunya, orang yang mempersiapkannya di jalan Allah, dan orang yang menembakkannya di jalan Allah.”(12)

  1. Meninggalkan Peniruan terhadap Musuh-musuh Islam

Terkadang, terlihat bahwa sebagian orang suka meniru musuh-musuh agama dalam cara mereka memegang senjata, perilaku, dan kegagahan mereka. Hal ini dipengaruhi oleh film-film Amerika yang menjijikkan dan konyol, yang mengandung banyak arogansi dan kesombongan.

Diriwayatkan dari Maulana Muhammad Baqir as, “Allah mewahyukan kepada salah satu nabi, ‘Katakanlah kepada kaummu, janganlah kalian memakai pakaian musuh-Ku, janganlah kalian memakan makanan musuh-Ku, dan janganlah kalian meniru-niru perbuatan musuh-Ku, agar kalian tidak menjadi musuh-Ku seperti mereka adalah musuh-Ku’.”

  1. Memuji Anggota yang Pemberani

Memuji seseorang yang berani akan mendorongnya untuk mengulangi tindakan keberaniannya, dan juga memotivasi saudara-saudaranya untuk menirunya. Mungkin pemberian medali, pangkat, dan penghargaan di militer dunia saat ini adalah cerminan dari hal ini.

Diriwayatkan dari Maulana Amirul Mukminin Ali as, “… Dan berilah pujian yang baik kepada mereka, dan sebutkanlah pengorbanan yang telah diberikan oleh mereka yang berkorban. Karena seringnya penyebutan perbuatan baik mereka akan menggetarkan orang yang berani dan memotivasi orang yang pengecut, insya Allah…” Beliau as juga berkata, “Barang siapa yang meninggalkan tentaranya, ia telah menolong musuh-musuhnya.”

  1. Mengingatkan Mereka bahwa Mereka adalah Tentara Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung

Mereka adalah tentara Allah di bumi, sebagaimana tentara-Nya di langit. Oleh karena itu, mereka harus menyadari hak-hak keanggotaan ini, memikul tanggung jawabnya, dan mengikhlaskan niat untuk tujuannya.

Allah Yang Mahaagung berfirman, “Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi…”(13)

  1. Mengajak Mereka untuk Mentaati dan Mempercayai Pemimpin

Meskipun hal itu bertentangan dengan pandangan mereka, karena pengetahuan, ilmu, dan pengalaman pemimpin lebih luas dan komprehensif. Diriwayatkan dari Ali Amirul Mukminin as, “Bala tentara adalah bencana bagi pemimpin yang tidak sejalan.”

  1. Melatih Mereka untuk Tidak Pernah Meremehkan Musuh

Ini adalah strategi metodologis yang permanen untuk tidak meremehkan musuh, karena hal itu akan menyebabkan melemahnya semangat dan kelambanan. Diriwayatkan dari pemimpin para mujahidin, Ali as, “Bencana bagi orang yang kuat adalah meremehkan musuhnya.”

  1. Diperbolehkannya Berjalan dengan Cara yang Membuat Musuh Marah

Sudah menjadi rahasia umum bahwa seorang mukmin bersikap rendah hati dalam jalannya, tidak berjalan di muka bumi dengan sombong, dan tidak angkuh. Pengecualiannya adalah ketika dia berada di hadapan musuh, dan ingin membanggakan diri dan menunjukkan kehormatannya. Oleh karena itu, diperbolehkan berjalan dengan cara “formasi padat” dan yang sejenisnya yang umum di militer saat ini.

Imam Ja’far Shadiq as meriwayatkan bahwa Abu Dujanah Anshari pada hari Perang Uhud mengenakan serban miliknya, dan membiarkan ujung serban menjuntai di punggungnya di antara kedua pundaknya, kemudian ia berjalan dengan angkuh di antara dua barisan. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya cara berjalan ini dibenci oleh Allah Ta’ala, kecuali saat berperang di jalan Allah.”

Ini adalah beberapa etika jihad dan akhlak para mujahid, dan hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan untuk keikhlasan niat dan akhir yang baik.(14)

 

Sumber Rujukan:

  1. QS al-Shaff [61]:4, hal.551.
  2. Wasail al-Syi’ah, jil.11, halaman 43, hadis ke-3.
  3. Ibid, hal.45, hadis ke-5.
  4. Nahj al-Balaghah.
  5. Wasail al-Syi’ah, jil.11, hal.70, Bab 34.
  6. QS. al-Nisa [4]:76, hal.90.
  7. Ibid.
  8. QS. al-Anfal [8]:15, hal.178.
  9. QS. al-Ahzab [33]:16, hal.420.
  10. Wasail al-Syi’ah, jil.11, hal.110.
  11. QS. al-Anfal [8]:60, hal.184.
  12. Wasail al-Syi’ah, jil.11, hal.107, hadis ke-2.
  13. QS. al-Fath [48]:7, hal.511.

Situs Resmi YM. Sayid Sami Khadra (semoga Allah melindunginya).

Syafrudin mbojo

Syafrudin mbojo

Related Posts

AGAMA ANTARA AKAL DAN TRADISI
Maarif Islam

AGAMA ANTARA AKAL DAN TRADISI

September 8, 2025

Oleh: Syekh Hasan Shaffar Jika mayoritas orang mewarisi agama dan keyakinan mereka dari orang tua dan leluhur mereka, maka ada...

KELAPANGAN DADA RASULULLAH SAW
Ahlulbait

KELAPANGAN DADA RASULULLAH SAW

September 8, 2025

Oleh: Syekh Abdullah al-Yusuf Lapang dada dan kelapangan hati adalah sifat seorang mukmin. Itu merupakan sifat yang sangat penting untuk...

RASULULLAH YANG AGUNG ADALAH MADRASAH AKHLAK
Ahlulbait

RASULULLAH YANG AGUNG ADALAH MADRASAH AKHLAK

September 4, 2025

Oleh: Syekh Abdullah al-Yusuf Alquran memuji akhlak Nabi kita Muhammad saw dengan firman-Nya, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang...

KEYAKINAN KAMI (IMAMIYAH) TERHADAP KETAATAN KEPADA PARA IMAM AS
Teologi

KEYAKINAN KAMI (IMAMIYAH) TERHADAP KETAATAN KEPADA PARA IMAM AS

August 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Ridha Muzhaffar Kami meyakini bahwa para Imam adalah para pemilik otoritas (ulil amri) yang telah diperintahkan Allah...

HAK-HAK MASYARAKAT DALAM HADIS NABI SAW
Maarif Islam

HAK-HAK MASYARAKAT DALAM HADIS NABI SAW

August 29, 2025

Oleh: Sayid Sa’id Kazhim al-‘Adzari Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya as telah menekankan pentingnya tolong-menolong, kerja sama, saling berhubungan, dan saling...

AKIDAH KITA (IMAMIYAH) TENTANG HAK SEORANG MUSLIM ATAS MUSLIM LAINNYA
Teologi

AKIDAH KITA (IMAMIYAH) TENTANG HAK SEORANG MUSLIM ATAS MUSLIM LAINNYA

August 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Ridha Muzhaffar Sesungguhnya salah satu hal paling agung dan indah yang diserukan oleh agama Islam adalah persaudaraan...

Next Post
Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1447 H di ICC Jakarta: Pesan KH. Mahfudz Abdul Ghani tentang Iman, Keluarga, dan Kebersamaan Umat

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1447 H di ICC Jakarta: Pesan KH. Mahfudz Abdul Ghani tentang Iman, Keluarga, dan Kebersamaan Umat

Kelas Tafsir Tartibi ICC: Syaikh Mohammad Sharifani Kupas Adab Beribadah dalam Al-Qur’an

Kelas Tafsir Tartibi ICC: Syaikh Mohammad Sharifani Kupas Adab Beribadah dalam Al-Qur’an

Khutbah Direktur ICC Jakarta: Tekankan Pentingnya Musyawarah sebagai Metode Dakwah Rasulullah SAW

Khutbah Direktur ICC Jakarta: Tekankan Pentingnya Musyawarah sebagai Metode Dakwah Rasulullah SAW

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist