Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1447 H/2025 M diselenggarakan oleh Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta pada Rabu, 10 September 2025, di Aula ICC Jakarta. Acara ini dihadiri jamaah dari berbagai kalangan dengan penuh antusiasme. Rangkaian dimulai dengan pembukaan oleh Mujib Munawan, yang mengingatkan jamaah akan firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 21: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” Beliau menegaskan bahwa peringatan Maulid bukan sekadar mengenang kelahiran Nabi secara historis, tetapi juga wujud nyata kecintaan dengan menapaki setiap langkah Rasulullah Saw. Mujib juga menyampaikan bahwa ICC Jakarta akan mengadakan pawai Maulid Nabi pada Ahad, 21 September 2025, di area Car Free Day depan Gelora Bung Karno, dan mengundang jamaah untuk hadir meramaikan acara tersebut.
Acara dilanjutkan dengan tilawah Al-Qur’an yang dibawakan oleh Ustaz Zainus Sulthon, pembacaan puisi Maulid oleh Ibu Hana, serta pembacaan Simtudduror dan doa maulid yang dipimpin Ustaz Umar Shahab bersama tim hadrah Sajjad dkk. Suasana semakin khidmat ketika jamaah bersama-sama melantunkan shalawat sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah Saw.
Puncak acara adalah ceramah dan mau‘idhoh hasanah yang disampaikan oleh Ustaz Rusli Malik. Beliau membuka dengan rasa syukur karena dapat berkumpul untuk memperingati hari kelahiran Rasulullah Saw, sebuah momentum yang senantiasa relevan di setiap zaman. Menurut beliau, semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin terasa urgensi sosok Rasulullah Saw. Dunia kini semakin terkoneksi, manusia dapat berhubungan kapan saja dan di mana saja, dan pengetahuan tidak lagi bisa berdiri sendiri secara terisolasi. Konsekuensinya, figur kepemimpinan yang hanya menonjol pada satu aspek kehidupan tidak lagi mencukupi.
Beliau mencontohkan tokoh modern seperti Elon Musk yang dianggap jenius dalam inovasi dan teknologi, tetapi ketika dikaitkan dengan dimensi sosial atau politik, muncul anomali. Begitu juga dengan negara besar seperti Tiongkok (RRT) yang unggul dalam ekonomi, namun kekurangan dalam aspek spiritualitas. Hal ini memperlihatkan bahwa figur parsial selalu menghadirkan paradoks. Karena itu, manusia membutuhkan figur komprehensif, yang mampu menyatukan seluruh dimensi kehidupan lahir dan batin. Di sinilah posisi Rasulullah Saw menjadi sentral.
Ustaz Rusli Malik menekankan bahwa Rasulullah Saw adalah teladan paripurna. Secara lahiriah, beliau pernah mengalami seluruh fase kehidupan manusia: anak yatim piatu, penggembala, pedagang, suami, ayah, kakek, kepala negara, panglima perang, diplomat, hingga guru. Hampir tidak ada satu aspek kehidupan pun yang tidak pernah dijalani Nabi. Dalam aspek sosial-politik, beliau mencontohkan bagaimana Rasulullah Saw ketika tiba di Madinah langsung menginisiasi kontrak sosial yang kemudian dikenal sebagai Piagam Madinah. Dokumen ini bukan hanya mengatur umat Islam, tetapi juga mengakomodasi kelompok Yahudi, Nasrani, dan berbagai suku, sehingga melahirkan keteraturan dan persatuan. Apa yang kelak disebut para filsuf Perancis sebagai kontrak sosial sebenarnya sudah lebih dulu dipraktikkan Rasulullah Saw.
Beliau kemudian mengutip firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 128: “Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” Ayat ini, jelas beliau, menunjukkan betapa Nabi hadir untuk merasakan seluruh aspek kehidupan umatnya.
Ustaz Rusli Malik juga menegaskan bahwa semakin halus sesuatu, semakin tinggi kualitasnya. Ia mengibaratkan dengan fisika kuantum, yang meski tidak terlihat, justru menjadi dasar dari kemajuan sains modern. Demikian pula, kualitas manusia terletak pada yang batin, yang tidak nampak. Rasulullah Saw hadir bukan hanya untuk mengatur hal-hal lahiriah, tetapi juga untuk membimbing manusia dalam dimensi terdalam, yakni ruhani. Karena itu, beliau dikatakan sebagai uswah hasanah bagi mereka yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan kehidupan abadi di akhirat.
Untuk memperkuat pesan ini, beliau membandingkan Nabi dengan figur-figur sejarah seperti Firaun, Namrud, dan Qarun. Secara lahiriah mereka tampak sempurna: memiliki kekuasaan dan harta melimpah. Namun, justru itulah penyebab keruntuhan mereka. Allah berfirman dalam surah Al-Qashash ayat 79-80 tentang Qarun yang dipuja karena kekayaannya, tetapi hancur karena kesombongannya. Di hadapan manusia, tokoh seperti itu terlihat agung, tetapi di hadapan Allah tidak bernilai. Sebaliknya, Nabi Muhammad Saw memadukan seluruh aspek lahiriah dan batiniah tanpa kontradiksi.
Beliau juga mengingatkan bahaya meninggalkan jalan Rasulullah Saw dengan mengutip firman Allah dalam surah Al-Furqan ayat 27-29, tentang orang zalim yang menyesal karena tidak mengikuti Rasul dan lebih memilih teman yang menyesatkannya. Begitu pula surah Al-Mu’minun ayat 99-100 yang menggambarkan penyesalan orang kafir di alam barzakh ketika meminta kembali ke dunia untuk beramal saleh, namun terlambat. Semua ini, jelas beliau, menjadi pelajaran bahwa kehidupan parsial selalu berakhir dengan kekecewaan, sementara mengikuti Rasulullah Saw membawa kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
Ceramah Ustaz Rusli Malik ditutup dengan ajakan untuk menjadikan Rasulullah Saw sebagai figur menyeluruh dalam kehidupan. Nabi adalah teladan dalam rumah tangga, sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam urusan ruhani terdalam. Dengan menjadikan beliau sebagai panutan, umat Islam tidak akan terjebak dalam keterpecahan figur parsial, melainkan akan memperoleh kebahagiaan sejati yang menyatukan dunia dan akhirat.
Acara peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di ICC Jakarta kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin Ustaz Abdullah Beik, dilanjutkan dengan pembagian hadiah oleh Ustaz Umar Shahab dan Ustaz Zaki Amami. Suasana penuh syukur dan kebersamaan menyelimuti jamaah, menandai cinta yang tulus kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw.