ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

ASIYAH BINTI MUZAHIM: TELADAN WANITA PEJUANG LAGI SYAHIDAH

by Syafrudin mbojo
September 24, 2025
in Tokoh
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Sayid Ja’far Murtadha Amili

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Salawat dan salam tercurah kepada Muhammad, Rasul Allah, dan keluarga beliau yang baik dan suci.

Amma ba’du.

Sesungguhnya, ada sebagian orang yang beranggapan bahwa perempuan harus hidup dalam ketergantungan total terhadap laki-laki. Mereka menganggap perempuan hanyalah gema atau bayangan laki-laki, menerima perintahnya dan tunduk pada kehendaknya. Mereka menyangka bahwa perempuan tidak mampu mandiri, tidak punya pendapat, pemikiran, atau keyakinan sendiri selain mengikuti apa yang diyakini oleh laki-laki.

Bahkan, sebagian orang mencoba menjadikan hadis yang mengatakan “perempuan mengikuti agama suaminya” sebagai dalih untuk memperkuat pandangan tersebut…

Namun, yang jelas adalah, meskipun perempuan sangat mudah terpengaruh oleh suaminya, hal itu tidak berarti ia kehilangan kehendak dan kebebasannya secara total. Ungkapan tersebut lebih merupakan bentuk hiperbola yang menunjukkan bahwa mayoritas perempuan memang cenderung demikian.

Fakta-fakta sejarah dan realitas membuktikan apa yang kami sampaikan. Demikian pula ajaran Islam, baik yang disebutkan dalam Alquran maupun yang disampaikan oleh Rasulullah saw dan para Imam as, menegaskan hal ini.

Dalam Islam, perempuan adalah manusia yang sempurna, yang diberi kehormatan oleh Allah. Ia menerima seruan Ilahi dan beban taklif dari Tuhan. Ia juga menjadi sasaran perintah dan larangan yang sesuai dengan kodrat penciptaannya, dan sejalan dengan kesempurnaan yang diharapkan dari struktur penciptaan manusia. Semuanya itu merupakan bagian dari proses bimbingan ilahi dalam membawa manusia menuju kesempurnaan dan mencapai tujuan besar yang telah Allah tetapkan.

Dengan demikian, perempuan adalah makhluk yang tidak bisa dipaksa untuk menerima suatu pandangan atau keyakinan jika ia memiliki akal, kemampuan membedakan, kehendak, dan pilihan. Prinsip ini berlaku dalam segala aspek kehidupan, terutama dalam hal keyakinan dan keimanan.

Buktinya adalah bahwa orang paling sombong dan paling zalim dalam sejarah—yang sampai mengaku sebagai Tuhan—tidak mampu memaksakan kehendaknya kepada seorang perempuan, meskipun perempuan itu dikelilingi oleh kekuatan dan tekanan yang sangat berat, yang seharusnya mampu menghancurkan kehendaknya. Namun kenyataannya, perempuan ini lebih kuat dari semua itu, ia memaksakan keimanannya, mempertahankan kehendaknya, dan berhasil mengalahkan seluruh kekuatan tirani tersebut. Akhirnya, sang penguasa sombong yang mengklaim ketuhanan itu mengalami kegagalan dan kehancuran.

Perempuan yang dimaksud di sini adalah: Asiyah binti Muzahim, istri Firaun itu sendiri.

Benar, dialah perempuan yang dikehendaki oleh Islam—sebagaimana juga Maryam binti Imran, Khadijah, dan Fathimah Zahra as—menjadi teladan dan panutan utama bagi seluruh perempuan dalam kehidupan ini. Ia menjadi manifestasi dari kehendak Allah di muka bumi, perwujudan kebijaksanaan-Nya, dan bukti keindahan ciptaan-Nya.

 

Siapakah Wanita yang Luar Biasa Ini?

Seorang perempuan yang melampaui semua perempuan sezamannya, yang mendapatkan penghargaan tertinggi, bukan dari manusia yang terbatas dan lemah, tetapi dari sumber kesempurnaan dan kemuliaan sejati, dari Allah Swt Sendiri. Dialah yang dijadikan oleh Allah dan rasul-Nya saw sebagai teladan, panutan, dan contoh yang harus diikuti. Ia adalah puncak dari kesempurnaan manusiawi dan pemimpin seluruh perempuan di zamannya.

 

Asiyah binti Muzahim: Sang Syahidah

Asiyah binti Muzahim, istri Firaun—sebagaimana dikatakan oleh Allamah Majlisi—, “Adalah seorang wanita dari Bani Israil yang beriman dan tulus, dan ia menyembah Allah secara sembunyi-sembunyi.”

Ia tetap dalam keadaan seperti itu hingga Firaun membunuh seorang perempuan bernama Hizbil. Saat itu, Asiyah melihat para malaikat sedang membawa ruh wanita tersebut ke langit, sebagaimana kehendak Allah untuk wanita itu. Peristiwa itu menambah keyakinan, ketulusan, dan keimanannya.

Ketika ia sedang berada dalam kondisi seperti itu, Firaun datang menemuinya dan menceritakan apa yang telah ia lakukan pada wanita itu. Asiyah berkata, “Celakalah engkau, wahai Firaun! Betapa lancangnya engkau terhadap Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung.”

Firaun menjawab, “Apakah kau juga terkena kegilaan seperti yang menimpa temanmu itu?”

Asiyah menjawab, “Aku tidak gila, tetapi aku telah beriman kepada Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu, serta Tuhan seluruh alam.”

Lalu Firaun memanggil ibunya dan berkata, “Putrimu telah terkena gangguan jiwa. Demi Allah, ia akan merasakan kematian, atau ia harus mengingkari Tuhan Musa.”

Ibunya pun berbicara secara pribadi dengannya, dan memintanya untuk mengikuti keinginan Firaun, tetapi Asiyah menolak dan berkata, “Demi Allah, aku tidak akan pernah mengingkari Allah.”

Maka Firaun memerintah agar Asiyah diikat dengan empat pasak, dan ia terus disiksa hingga wafat. Allah menyebutnya dalam Alquran, “Dan [juga] Firaun yang mempunyai pasak-pasak.”(1&2)

Menurut riwayat dari Ibnu Abbas, “Firaun menyiksa istrinya Asiyah setelah mengetahui keimanannya agar ia kembali pada agama Firaun. Saat itu, Musa as lewat di dekatnya dan melihat Asiyah disiksa. Asiyah memberi isyarat dengan jarinya kepada Musa, maka Musa berdoa kepada Allah agar meringankan siksaan atasnya. Maka, Asiyah tidak lagi merasakan sakit dari siksaan itu, meskipun ia akhirnya wafat karena siksaan Firaun. Dalam kondisi disiksa, ia berkata, ﴿رَبِّ ٱبْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِيْ ٱلْجَنَّةِ﴾
‘Ya Tuhanku! Bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di surga.’(3) Lalu Allah mewahyukan kepadanya, ‘Angkatlah kepalamu.’ Saat ia mengangkat kepalanya, ia diperlihatkan rumah di surga yang terbuat dari permata, maka ia pun tersenyum. Firaun berkata, ‘Lihatlah kegilaan yang ada padanya. Ia tersenyum dalam keadaan disiksa!’”(4)

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Asiyah masuk Islam setelah menyaksikan mukjizat tongkat Nabi Musa as dan kekalahan para penyihir. Setelah Firaun mengetahui keimanannya, ia memintanya untuk meninggalkan keimanannya, tetapi Asiyah menolak. Firaun lalu memerintahkan agar tangan dan kakinya diikat pada empat pasak, dan ia dibiarkan di bawah terik matahari. Kemudian Firaun memerintahkan agar dijatuhkan batu besar padanya.

Sebelum ajal menjemput, Asiyah berkata, “Ya Tuhanku! Bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di surga.”

Maka Allah mengangkatnya ke surga. Ia kini hidup di sana, makan dan minum—menurut riwayat dari Hasan dan Ibnu Kaisan.

Riwayat dari Salman menyebutkan bahwa Asiyah disiksa di bawah terik matahari. Namun saat para penyiksa pergi, para malaikat menaunginya dan memperlihatkan rumahnya di surga.(5)

 

Untuk Penjelasan dan Klarifikasi

Dan untuk menjelaskan sebagian hal yang berkaitan dengan wanita mujahidah yang sabar ini, yaitu Asiyah binti Muzahim, sang syahidah, kami sebutkan kutipan berikut dari kitab “Ma’sat al-Zahra’”, dan kami katakan bahwa Asiyah binti Muzahim adalah seorang wanita yang berhadapan langsung dengan seorang laki-laki, yaitu Firaun itu sendiri.

Dan Firaun ini adalah suami yang dominan dan kuat, yang memperlakukan wanita salehah ini dari posisinya sebagai suami.

Firaun, sebagai laki-laki dan suami, tidak memiliki sedikit pun nilai-nilai moral dan kemanusiaan, apalagi nilai-nilai risalah (misi ketuhanan). Tidak ada yang bisa mencegahnya dari melakukan apa pun, dalam situasi apa pun dalam hidupnya. Dia terus mengikuti hawa nafsu, ambisi, dan kepentingannya tanpa batas dan tanpa kendali, serta tanpa adanya nurani atau penghalang moral.

Sementara Asiyah adalah kebalikannya—ia menganggap dirinya terikat oleh aturan agama, nilai-nilai, dan etika, yang menguasai seluruh keberadaannya, sehingga dia tidak bisa sembarangan bertindak atau menggunakan segala cara yang ia sukai.

Firaun mewakili tingkat tertinggi kesombongan dalam eksistensinya, sampai-sampai dia mengklaim dirinya sebagai Tuhan, dan berkata kepada rakyatnya, “Akulah Tuhanmu yang Mahatinggi.”(6)

Dia tidak menganggap ada satu pun orang yang mampu mengalahkannya atau memaksanya untuk menerima pendapat dan kehendak selain dirinya. Bahkan, dia memiliki dorongan kuat dalam dirinya untuk menghancurkan siapa pun yang menentang ambisi dan hawa nafsunya.

Namun justru istrinya yang menantangnya! Menentang puncak kesombongannya, simbol kesewenang-wenangannya, keangkuhannya, ambisinya yang meluap, bahkan pengakuannya sebagai Tuhan, serta segala kebejatan dan penyimpangan yang dilakukannya.

Firaun adalah seorang raja yang memiliki kekuasaan luas, kesombongan kekuasaan, dan pesona serta keangkuhan. Dan betapa umumnya wanita mencintai tampilan-tampilan yang menipu ini, serta betapa tergodanya mereka olehnya.

Jika wanita cenderung menyukai kebanggaan, maka mereka lebih tertarik lagi kepada kebanggaan seorang raja. Jika kekuasaan besar bisa memikat mereka, maka adakah kekuasaan yang lebih besar dari kekuasaan raja? Apalagi seorang raja yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan?

Adapun berbagai godaan—dalam segala bentuk dan pada tingkat paling tinggi—semuanya tersedia bagi Firaun. Ia memiliki istana-istana megah, kebun-kebun indah, kenikmatan, harta, pelayan, dan segala perhiasan serta keindahan dunia.

Dan bukankah yang paling disukai wanita adalah istana tinggi, perabotan mewah, pelayan-pelayan cantik seperti bidadari, dan hal-hal lain yang membawa kebahagiaan dan kegembiraan?

Firaun juga memiliki pasukan laki-laki bersenjata, serta segala kekuatan penindas, kekuasaan, dan dominasi. Dan ini memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan rasa takut dan teror di hati siapa pun yang berniat memberontak atau menentang.

Firaun juga memiliki para penjilat, orang-orang tamak, dan mereka yang ambisius, yang menjadi alat dan sarana penurut untuk memenuhi semua keinginannya, tak peduli seperti apa permintaannya dan ke arah mana ia bergerak.

Di lingkungan Firaun terdapat realitas masyarakat yang menyimpang, yang dikuasai oleh nilai-nilai jahiliyah, kebodohan yang parah, dan kecintaan yang berlebihan terhadap dunia. Lingkungan ini dipenuhi bau busuk dari hawa nafsu hewani, serta kebisingan dosa dan kejahatan.

Di lingkungan seperti inilah, istri Firaun ingin meninggalkan kenikmatan-kenikmatan nyata dan tersedia demi kenikmatan yang tidak terlihat—padahal, manusia cenderung lebih terikat dengan apa yang dapat ia rasakan dan alami langsung, daripada dengan apa yang hanya ia bayangkan atau dengar.

Bahkan, seseorang merasa berat untuk berpindah dari satu kenikmatan yang nyata ke kenikmatan lain yang sebanding, apalagi jika harus meninggalkan kenikmatan nyata untuk sesuatu yang belum nyata, yang hanya hidup dalam angan dan harapan, dengan berpegang pada janji Allah.

Bahkan, Asiyah (rahimahallah) ingin menggantikan kebahagiaan dan kenikmatan nyata dengan rasa sakit, penderitaan, dan siksaan, bahkan dengan kematian yang pasti, demi kenikmatan yang dijanjikan.

Selain semua itu, wanita ini tidak berhadapan dengan lelaki biasa, melainkan dengan lelaki yang dikenal cerdik, licik, dan pandai.

Jadi, selain menghadapi kesombongannya, kekuasaannya, kezalimannya, terornya, dan godaannya, dia juga harus menghadapi tipu daya, rekayasa, dan cara-cara cerdas dan menipu yang dimiliki oleh Firaun—yang berhasil membodohi kaumnya sehingga mereka menaatinya.

Sebagian dari kelicikan dan tipu dayanya terekam dalam dialog yang Allah catat antara dia dan Nabi Musa as, serta antara dia dengan para penyihir yang awalnya dia panggil, namun akhirnya beriman kepada Tuhan Musa as.

 

Ringkasan

Itulah sebagian gambaran dari realitas sulit yang dihadapi oleh istri Firaun, seorang manusia biasa yang terdiri dari daging dan darah, dengan keinginan, naluri, ambisi, emosi, dan perasaannya.

Namun ia menghadapi seluruh kenyataan sulit itu dengan sabar dan teguh. Ia tidak memiliki apa pun kecuali dirinya sendiri, kekuatan kemauannya, dan kesadaran yang lurus, yang membuatnya menyadari bahwa apa yang terjadi di sekitarnya adalah kesalahan, kejahatan, penyimpangan, dan kehinaan. Maka ia menolak semua itu dari posisi pandangan tajam dan keimanan.

Ia menghadapi segala bentuk godaan dan penindasan, tanpa peduli pada pasukan Firaun, harta bendanya, kekuasaannya yang besar, perhiasan dan rayuannya, tipu dayanya, serta segala rekayasa dan rencananya.

Ia memohon kepada Allah Swt agar memberinya jalan keluar dari Firaun, dari perbuatannya, dan dari kaum yang zalim, “Ya Tuhanku! Bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di surga, dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim” (QS. al-Tahrim:11).

Ia menganggap menjauh dari Firaun dan perbuatannya sebagai keselamatan, dan menjauh dari penyimpangan dan keluar dari lingkungan yang zalim juga sebagai keselamatan.

Ia tidak meminta kepada Allah istana, perhiasan, emas, atau kedudukan, tetapi yang ia inginkan adalah kenikmatan untuk dekat dengan Allah Swt, yang diekspresikan dalam kata, “Di sisi-Mu (عِنْدَكَ)” dan dalam kedudukan rida, berdasarkan prinsip,
“Rida Allah adalah ridha kami, Ahlulbait,” sebagaimana yang dikatakan oleh Sayidah Zainab as.

Segala puji bagi Allah, dan salawat serta salam atas hamba-hamba-Nya yang terpilih, yaitu Nabi Muhammad dan keluarganya yang suci.

Catatan Kaki:

  1. QS. al-Fajr [89]:10, hal.593. Terjemahan ayat, “Dan (kaum) Firaun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan-bangunan yang besar)?” (QS. al-Fajr:10)
  2. Kitab Bihar al-Anwar, disusun oleh Allamah Syekh Muhammad Baqir Majlisi. Lahir di Isfahan pada tahun 1037 H dan wafat di sana pada tahun 1110 H, cetakan: Muassasah al-Wafa’, Beirut/Lebanon, tahun 1414 H, juz 13, hal.164
  3. QS. al-Tahrim [66]:11, hal.561. Terjemahan ayat, “Dan Allah membuat isteri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: ‘Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim’“ (QS. al-Tahrim:11).
  4. Bihar al-Anwar, juz 13, hal.164. Dikutip dari ‘Arais al-Tsa’labi, hal.106 dan 107, cetakan Mesir.
  5. Bihar al-Anwar, juz 13, hal.164 dan 165. Dikutip dari Majma’ al-Bayan, jil.10, hal.319.
  6. 6. QS. al-Nazi’at [79]:24, hal.584. Terjemahan ayat, “Lalu dia (Firaun) berkata, ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi’” (QS. al-Nazi’at:24).
Syafrudin mbojo

Syafrudin mbojo

Related Posts

KEISTIMEWAAN FIKIH SYIAH DARI SEGI KELUASAN, UNIVERSALITAS, KEDALAMAN DAN KEMAMPUAN MENGIKUTI TUNTUTAN KEHIDUPAN YANG TERBARUKAN
Fikih

KEISTIMEWAAN FIKIH SYIAH DARI SEGI KELUASAN, UNIVERSALITAS, KEDALAMAN DAN KEMAMPUAN MENGIKUTI TUNTUTAN KEHIDUPAN YANG TERBARUKAN

October 1, 2025

Oleh: Syekh Ja’far Subhani Sesungguhnya Fikih Syiah adalah pohon yang baik, yang akarnya kokoh, dan fondasinya terhubung dengan kenabian. Ia...

BIOGRAFI SINGKAT PARA TOKOH DAN ULAMA BESAR AHLULBAIT AS: SYEKH KULAINI (1)
Tokoh

BIOGRAFI SINGKAT PARA TOKOH DAN ULAMA BESAR AHLULBAIT AS: SYEKH KULAINI (1)

August 20, 2025

Setelah Imam Mahdi as memasuki periode kegaiban panjang, muncul ribuan fakih dan ulama besar di kalangan Syi’ah untuk memberikan pencerahan...

Islam Indonesia

SELAMAT & SUKSES ATAS MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-48

November 20, 2022

Keluarga BesarIslamic Cultural Centermengucapkan SELAMAT & SUKSES ATAS MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-48DAN ATAS TERPILIHNYAPROF. HAEDAR NASHIRsebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah Periode...

Tokoh

Keluarga Besar Islamic Cultural Center Jakarta
menyampaikan duka cita

September 18, 2022

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun Keluarga Besar Islamic Cultural Center Jakartamenyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Prof. Azyumardi Azra,...

Ahlulbait

Syahadah IMAM MUHAMMAD AL JAWAD

March 2, 2023

Keluarga BesarIslamic Cultural Center JakartaMenyampaikanDuka Cita yang MendalamAtas Hari Syahadah IMAM MUHAMMAD AL JAWAD29 Zulqaidah Sesungguhnya Imam Jawad adalah manifestasi...

Ahlulbait

Kelahiran Imam Ali bin Musa Ridha

March 2, 2023

Hari ini bertepatan dengan kelahiran Imam Ali bin Musa Ridha yang dimakamkan di kota Mashhad. Beliau digelari berbagai nama dan...

Next Post
ABORSI: KEJAHATAN KEMANUSIAAN DAN MORAL

ABORSI: KEJAHATAN KEMANUSIAAN DAN MORAL

RAHIM IBU DAN PENGARUHNYA TERHADAP JANIN

RAHIM IBU DAN PENGARUHNYA TERHADAP JANIN

METODE ALQURAN DALAM MEMBUKTIKAN KEBANGKITAN (SETELAH MATI)

METODE ALQURAN DALAM MEMBUKTIKAN KEBANGKITAN (SETELAH MATI)

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist