ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Syekh Siti Jenar: Misteri, Ajaran, dan Warisan Spiritual dalam Sejarah Islam Jawa

by Arif Mulyadi
September 25, 2025
in Islam Nusantara
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

 

Pendahuluan

Sejarah Islam di Jawa tidak hanya dipenuhi dengan kisah Wali Songo yang dikenal sebagai penyebar Islam melalui dakwah syariat, tetapi juga dengan tokoh-tokoh yang penuh kontroversi. Salah satu nama yang hingga kini terus dibicarakan adalah Syekh Siti Jenar.

Namanya diselimuti misteri. Ia digambarkan sebagai seorang ulama sekaligus sufi yang berani menyampaikan ajaran berbeda dari para wali lain pada masanya. Perbedaan ajaran itulah yang membuat dirinya mendapat kecaman, bahkan berujung pada hukuman mati. Namun, kontroversi itu tidak membuat namanya hilang. Justru, hingga kini ia tetap menjadi simbol pencarian kebenaran spiritual dalam sejarah Islam Nusantara.

Artikel ini akan mengulas kisah Syekh Siti Jenar dari latar sejarah, inti ajarannya, konflik dengan Wali Songo, misteri kematian hingga titimangsa wafatnya, serta warisan spiritual yang masih hidup dalam masyarakat Jawa.


Latar Belakang Sejarah Islam di Jawa

Pada abad ke-15, tanah Jawa menjadi pusat perkembangan Islam. Para wali sibuk berdakwah, mengajarkan syariat, dan mengislamkan kerajaan-kerajaan besar. Proses islamisasi ini berjalan seiring dengan perubahan sosial-budaya masyarakat Jawa yang sebelumnya dipengaruhi tradisi Hindu-Buddha.

Di tengah arus dakwah itu, muncul sosok Syekh Siti Jenar. Ia membawa gagasan yang berbeda: tidak sekadar menekankan ibadah lahiriah, melainkan mengajarkan dimensi hakikat yang lebih dalam. Kehadirannya membuat masyarakat terbelah. Sebagian melihatnya sebagai guru sejati pembawa pencerahan, sementara sebagian lain menuduhnya sesat.


Ajaran Utama: Manunggaling Kawula Gusti

Kalimat “manunggaling kawula gusti” menjadi inti ajaran Syekh Siti Jenar. Makna dari ungkapan ini adalah menyatunya hamba dengan Tuhan.

  1. Syariat sebagai kulit
    Ia memandang bahwa ibadah seperti salat, puasa, dan zakat hanyalah sarana, bukan tujuan akhir. Ritual adalah pintu masuk, tetapi yang terpenting adalah memahami makna terdalamnya.
  2. Hakikat sebagai inti
    Menurut Siti Jenar, inti agama adalah kesadaran bahwa manusia sejatinya tidak terpisah dari Tuhan. Dengan kesadaran itu, manusia akan bebas dari nafsu dunia, rasa takut, dan belenggu materi.
  3. Kebebasan spiritual
    Murid-muridnya merasakan ajaran ini sebagai pencerahan batin. Mereka menemukan kebebasan spiritual yang menenangkan jiwa. Namun, bagi para wali, ajaran itu berbahaya karena berpotensi membuat masyarakat awam meninggalkan syariat.

Konflik dengan Wali Songo

Popularitas ajaran Siti Jenar semakin meluas, hingga akhirnya mengundang perhatian Wali Songo. Para wali khawatir ajaran “manunggaling kawula gusti” disalahpahami umat yang baru mengenal Islam. Jika umat menganggap sudah bersatu dengan Tuhan, apa lagi gunanya salat, puasa, dan syariat yang sedang ditegakkan di tanah Jawa?

Pertemuan antara Siti Jenar dan para wali digambarkan berlangsung tegang. Wali Songo meminta Siti Jenar menarik ajarannya. Namun, ia tetap teguh berpegang pada keyakinannya. Baginya, apa yang ia sampaikan adalah kebenaran hakikat yang tidak boleh disembunyikan, meski orang lain belum siap menerimanya.

Pertentangan ini akhirnya memuncak. Para wali memutuskan menjatuhkan hukuman mati. Hingga kini, keputusan itu masih menjadi perdebatan: apakah demi menjaga umat dari kesesatan, atau demi menjaga otoritas dakwah Wali Songo?


Misteri Kematian Syekh Siti Jenar

Kematian Siti Jenar diselimuti berbagai versi:

  • Versi resmi: ia dieksekusi mati di hadapan umum dan jasadnya dikuburkan.
  • Versi spiritual: saat tubuhnya dipenggal, yang jatuh hanyalah segumpal tanah, tanda bahwa ia sudah mencapai maqam spiritual tertinggi.
  • Versi mistis: tubuhnya berubah menjadi cahaya dan lenyap, menandakan ia kembali kepada Tuhan sebagaimana yang selalu diajarkan.

Beragam versi ini membuat kisah kematiannya penuh misteri. Bahkan, makam-makam yang diyakini sebagai tempat peristirahatan Siti Jenar tersebar di berbagai daerah, seperti Cirebon, Kudus, dan Jawa Tengah. Namun sebagian berpendapat makam itu hanya simbol, karena ia tidak benar-benar mati.


Misteri Titimangsa Wafat Syekh Siti Jenar

Hal lain yang masih menjadi teka-teki adalah titimangsa wafatnya. Tidak ada catatan sejarah yang pasti.

  • Beberapa sumber menyebut ia wafat pada awal abad ke-16 M, bertepatan dengan masa awal berdirinya Kesultanan Demak.
  • Ada yang mengaitkan dengan masa pemerintahan Raden Patah (wafat 1518 M), sehingga diperkirakan ia dieksekusi antara 1500–1517 M.
  • Versi lain menolak memberi angka pasti, hanya menyebut peristiwanya berlangsung saat Islam sedang tumbuh pesat di Jawa.

Ketidakpastian ini membuat wafatnya Siti Jenar tetap menjadi misteri sejarah. Bagi sebagian orang Jawa, ketidakjelasan itu justru memperkuat keyakinan bahwa ia tidak mati, melainkan menyatu dengan Tuhan.


Warisan Spiritual dan Pemikiran

Ajaran Siti Jenar tidak berhenti pada kontroversi. Ia meninggalkan jejak pemikiran yang mendalam:

  1. Kerendahan hati
    Dengan menyebut manusia bagian dari Tuhan, ia ingin meruntuhkan kesombongan manusia, bukan meninggikan derajatnya.
  2. Kritik terhadap formalitas agama
    Ia mengingatkan agar agama tidak berhenti pada ritual tanpa pemahaman. Bagi Siti Jenar, ibadah sejati adalah menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap hembusan napas.
  3. Universalitas ajaran
    Pesannya tentang kebebasan batin, kesadaran akan kefanaan dunia, dan penyerahan diri kepada Tuhan bersifat universal. Ia menembus batas ruang, waktu, bahkan agama.

Siti Jenar dalam Sejarah dan Mitos

Kontroversi Siti Jenar memperlihatkan betapa tipis batas antara sejarah, mitos, dan spiritualitas.

  • Bagi sebagian kalangan, ia adalah ulama sesat.
  • Bagi sebagian lain, ia adalah sufi besar yang berhasil menyingkap rahasia tertinggi.

Mitos tentang kematiannya, keberadaan makam-makamnya, dan ajarannya yang masih dikaji hingga kini menunjukkan bahwa sosoknya telah melampaui sejarah. Ia menjadi simbol pencarian kebenaran spiritual yang abadi.


Relevansi Ajaran Syekh Siti Jenar di Era Modern

Meski hidup lebih dari lima abad lalu, ajaran Siti Jenar masih memiliki relevansi kuat dalam kehidupan modern:

  • Kesadaran diri: mengingatkan manusia bahwa kita hanyalah debu di hadapan Tuhan.
  • Kebebasan batin: menjadi jawaban atas krisis materialisme dan stres kehidupan modern.
  • Spirit toleransi: membuka ruang bagi pemahaman bahwa jalan menuju Tuhan bisa beragam.
  • Inspirasi spiritual Nusantara: memperkaya tasawuf lokal yang memadukan Islam dengan kearifan budaya Jawa.

Kesimpulan

Kisah Syekh Siti Jenar adalah kisah yang tidak pernah selesai. Ia hidup di masa transisi penting dalam sejarah Islam Jawa, membawa ajaran manunggaling kawula gusti yang mengguncang tatanan dakwah.

Kontroversinya dengan Wali Songo, misteri kematiannya, hingga kaburnya titimangsa wafatnya, membuat sosoknya tidak pernah benar-benar hilang. Justru dari kontroversi itulah ia dikenang sebagai simbol pencarian kebenaran.

Warisan spiritualnya menegaskan pentingnya kerendahan hati, kesadaran diri, dan kebebasan batin. Nilai-nilai ini tetap relevan hingga hari ini, bahkan bisa menjadi inspirasi bagi manusia modern yang haus makna di tengah hiruk-pikuk dunia.

Pada akhirnya, kisah Siti Jenar mengajarkan bahwa kebenaran sering kali menuntut keberanian. Dan tidak semua yang berani menyuarakan kebenaran akan diterima. Namun, justru karena keberanian itulah namanya abadi dalam sejarah, mitos, dan spiritualitas Nusantara.


 

Arif Mulyadi

Arif Mulyadi

Related Posts

Hamzah Fansuri: Pelopor Tasawuf Wujudiyah di Nusantara dan Pengaruhnya Hingga Kini
Islam Nusantara

Hamzah Fansuri: Pelopor Tasawuf Wujudiyah di Nusantara dan Pengaruhnya Hingga Kini

September 9, 2025

Pendahuluan Dalam sejarah Islam Nusantara, nama Hamzah Fansuri menempati posisi penting sebagai ulama, sufi, sekaligus sastrawan. Ia dikenal sebagai tokoh...

Puasa Mutih dan Tradisi Tirakat dalam Budaya Nusantara
Islam Nusantara

Puasa Mutih dan Tradisi Tirakat dalam Budaya Nusantara

September 1, 2025

Pendahuluan Budaya Nusantara memiliki kekayaan spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi tersebut lahir dari perpaduan antara kepercayaan lokal,...

Kiai Saleh Darat: Ulama Visioner, Guru Para Kiai, dan Inspirasi RA Kartini
Islam Nusantara

Kiai Saleh Darat: Ulama Visioner, Guru Para Kiai, dan Inspirasi RA Kartini

August 28, 2025

Pendahuluan Sejarah Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama yang tidak hanya berdakwah, tetapi juga membangun basis...

Epistemologi Rasa: Membandingkan Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram dan KPPH Mustopa dalam Tradisi Jawa dan Sunda
Islam Nusantara

Epistemologi Rasa: Membandingkan Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram dan KPPH Mustopa dalam Tradisi Jawa dan Sunda

August 25, 2025

Pendahuluan Indonesia memiliki kekayaan intelektual dan budaya yang lahir dari para pujangga, ulama, dan budayawan yang tidak hanya berkarya dalam...

Tirakat dalam Budaya Jawa: Pendekatan Filsafat Perennial
Islam Nusantara

Tirakat dalam Budaya Jawa: Pendekatan Filsafat Perennial

August 20, 2025

Pendahuluan Budaya Jawa dikenal kaya dengan simbol, laku spiritual, dan filosofi hidup yang sarat makna. Salah satu aspek penting dari...

Filsafat Stoa dan Relevansinya dengan Pandangan Ronggowarsito III
Islam Nusantara

Filsafat Stoa dan Relevansinya dengan Pandangan Ronggowarsito III

August 19, 2025

Filsafat Stoa dan Relevansinya dengan Pandangan Ronggowarsito III Pendahuluan Filsafat adalah refleksi mendalam tentang kehidupan, kebahagiaan, dan makna eksistensi. Sejak...

Next Post
Berkhidmat kepada Makhluk Allah: Jalan Spiritual Menuju Cinta dan Kedekatan dengan Tuhan

Berkhidmat kepada Makhluk Allah: Jalan Spiritual Menuju Cinta dan Kedekatan dengan Tuhan

Khutbah Jumat ICC Jakarta: Syaikh Mohammad Sharifani Tekankan Tawakal sebagai Kunci Kesuksesan Rasulullah SAW

Khutbah Jumat ICC Jakarta: Syaikh Mohammad Sharifani Tekankan Tawakal sebagai Kunci Kesuksesan Rasulullah SAW

Kelas Tafsir Maudhu’i ICC Jakarta: Menyelami Makna dan Etika dalam Beristighfar

Kelas Tafsir Maudhu’i ICC Jakarta: Menyelami Makna dan Etika dalam Beristighfar

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist