ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

TUJUAN UTAMA KEBERADAAN IMAM ADALAH MENGHILANGKAN PERSELISIHAN, LALU MENGAPA PERSELISIHAN TETAP ADA PADAHAL SYIAH MEYAKINI KEBERADAAN IMAM YANG MASIH HIDUP?

by Syafrudin mbojo
October 2, 2025
in Teologi
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Syekh Ja’far Subhani

 

Teks Syubhat (Kerancuan/Kecurigaan):

Penyusun pertanyaan ini mengajukan dua hal: Pertama, bahwa tujuan maksimal dari keberadaan Imam adalah menghilangkan perbedaan. Dengan adanya keyakinan kaum Syiah akan keberadaan Imam yang hidup, bagaimana perbedaan masih bisa dibenarkan? Kedua, telah disebutkan bahwa tiga puluh orang ulama Syiah telah bertemu dengan Imam. Allamah Majlisi menyebutkan bahwa Imam Gaib tidak dapat dilihat, dan barang siapa mengklaim melihat Imam Mahdi as, maka dia telah berdusta. Bagaimana hal ini dapat sejalan dengan klaim bahwa tiga puluh ulama telah melihat beliau as?

 

Jawaban:

Adapun mengenai masalah pertama, hal itu didasarkan pada anggapan bahwa keberadaan Hujah Ilahiah (Bukti Allah) akan menghilangkan perbedaan secara total, padahal ini tidak benar. Keberadaannya hanya mengurangi perbedaan, bukan menghilangkannya.

Buktinya adalah bahwa Isa bin Maryam as diutus kepada Bani Israil, dan salah satu tugasnya adalah menghilangkan perbedaan di antara mereka. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah, dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan…”(1)

Adapun mereka yang mencintai kebenaran dan hakikat, mereka mengikuti Isa as dan menerima kebenaran. Tetapi, bagi mereka yang mengikuti hawa nafsu mereka, mereka tetap terjerumus dalam perbedaan dan mengikuti jalan kesesatan.

Karena itu, keberadaan hujah dari Allah Ta’ala (baik itu Nabi atau Imam) tidak berarti hilangnya perbedaan secara mutlak.

Hal ini diperkuat oleh sabda Rasulullah saw, “Bintang-bintang adalah pengaman bagi penduduk bumi dari tenggelam, dan Ahlulbaitku adalah pengaman bagi umatku dari perbedaan. Jika ada satu kabilah Arab yang menentang mereka, niscaya mereka akan berselisih dan menjadi kelompok Iblis.”(2)

Dengan adanya hujah, kita melihat Nabi mengabarkan tentang adanya perbedaan. Ini adalah bukti paling jelas bahwa keberadaan Hujah Ilahiah tidak berarti menghilangkan perbedaan secara total, melainkan meringankannya. Barang siapa yang baik perilakunya akan mengikuti hujah, sedangkan barang siapa yang buruk akan menempuh jalan yang menyimpang.

Semua ini adalah mengenai kaidah umum. Adapun mengenai adanya perbedaan–meskipun diyakini adanya para Imam maksum setelah wafatnya Rasul saw dari masa ke masa–jawabannya adalah:

Pertama, bahwa tugas Imam adalah menjelaskan prinsip-prinsip (uṣūl) yang terkait dengan kehidupan akhirat. Adapun perbedaan dalam masalah-masalah kalam (teologi) yang umum diperbincangkan para ahli kalam (teolologi), menghilangkan perbedaan di dalamnya bukanlah tugas Imam as. Meskipun demikian, jika Imam ditanya, beliau mungkin menjelaskan kebenaran di dalamnya sebagai karunia (tafaḍḍulan), bukan sebagai kewajiban.

Riwayat-riwayat yang terdapat dalam kitab al-Kafi dan Tawḥid al-Ṣhaduq mengenai prinsip-prinsip dan akidah sudah cukup untuk menghilangkan perbedaan dalam masalah akidah yang mendasar. Kita bersyukur kepada Allah Swt bahwa kaum Syiah sepakat dalam prinsip-prinsip ini berkat riwayat-riwayat tersebut.

Adapun perbedaan dalam masalah akal (‘aqliyyah) seperti terpecahnya bagian dalam tubuh alami (tajazzu’ al-juz’) dan kemungkinan atau ketidakmungkinannya, atau al–ṭafrah (lompatan) dan ketiadaannya, hal ini tidak ada hubungannya dengan kedudukan Imamah.

Adapun hukum-hukum (aḥkām), perbedaan di dalamnya adalah hal yang wajar. Sebab, para Imam Ahlulbait berada di Madinah atau dibatasi di Irak dan Marwu (Merv), dan tidak selalu mungkin bagi para fukaha (ahli fikih) untuk selalu menghubungi mereka as. Oleh karena itu, mereka terpaksa melakukan ijtihad berdasarkan riwayat yang mereka miliki. Dengan demikian, perbedaan menjadi hal yang wajar, sebagaimana yang terjadi pada Ahlusunnah terkait riwayat yang mereka miliki dari Nabi saw.

Kemudian, orang-orang yang menerima ajaran dari Imam berbeda dalam kemampuan dan kapasitas intelektual serta ilmiah mereka. Dari situ, mereka berbeda dalam pemahaman mereka terhadap apa yang disampaikan kepada mereka. Dan dengan demikian, pendapat mereka dalam masalah dan hukum pun beragam.

 

Mengenai Imam Mahdi as

Adapun yang merujuk pada Imam Mahdi as, dan klaim bahwa perbedaan tetap ada meskipun beliau as ada, jawabannya ada dua sisi:

Pertama, bahwa klaim yang disebutkan tentang (30) ulama yang mendapat kehormatan bertemu beliau adalah hal yang tidak pasti, dan tidak disebutkan sumbernya. Seandainya pun ada yang menukilnya, itu adalah khabar wāḥid (riwayat tunggal) yang tidak dapat dijadikan sandaran dalam bidang akidah.

Kedua, bahwa pertemuan para tokoh Syiah dengan Imam zaman mereka mungkin terjadi dalam periode waktu yang singkat, di mana tidak dapat diharapkan darinya dapat menghilangkan perbedaan dalam masalah-masalah syariat yang jumlahnya tak terhingga.

Ditambah lagi,syariat menjadi hidup di bawah naungan penelitian dan diskusi, dan kebenaran adalah hasil dari penelitian (al-ḥaqīqatu bintu al-baḥts). Jika tujuan keberadaan Imam as adalah untuk menampakkan kebenaran dalam setiap masalah cabang yang terperinci, maka itu berarti menutup pintu penelitian dan ijtihad, yang merupakan simbol keaktifan dan kelangsungan syariat. Bukti dari hal ini adalah bahwa perbedaan telah lazim terjadi pada masa hidup para Imam as sebelumnya, sebagaimana telah dijelaskan.(3)

Catatan Kaki:

  1. QS. al-Zukhruf [43]:63, hal.494.
  2. Mustadrak al-Ḥakim, jil.9, hal.448; jil.3, hal.149 dan 457; Dzakhair al-Uqba, hal.17.
  3. Jawaban ini dipublikasikan di situs resmi YM. Ayatullah Uẓhma Syekh Ja’far Subḥani, Pertanyaan 109.
Syafrudin mbojo

Syafrudin mbojo

Related Posts

Kaum Qadiyaniyah Telah Dihukumi Kafir Karena Mengklaim Kenabian Bagi Pemimpin Mereka. Jadi, Apa Bedanya Dengan Kaum Syiah Yang Mengklaim Karakteristik Para Nabi Bagi Para Imam Mereka?
Teologi

Kaum Qadiyaniyah Telah Dihukumi Kafir Karena Mengklaim Kenabian Bagi Pemimpin Mereka. Jadi, Apa Bedanya Dengan Kaum Syiah Yang Mengklaim Karakteristik Para Nabi Bagi Para Imam Mereka?

October 1, 2025

Oleh: Syekh Ja’far Subhani Teks Syubhat (Kerancuan): Kaum Qadiyaniyah telah dihukumi kafir karena mengklaim kenabian bagi pemimpin mereka. Jadi, apa...

KEPEMIPINAN (IMAMAH) DAN KETERHINDARAN DARI DOSA (ISMAH) DALAM ISLAM
Teologi

KEPEMIPINAN (IMAMAH) DAN KETERHINDARAN DARI DOSA (ISMAH) DALAM ISLAM

September 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Amin Zainuddin Kepemimpinan dan keterhindaran dari dosa (ismah) dalam Islam—inilah gagasan yang ingin saya bicarakan kepada Anda...

KEYAKINAN KAMI (IMAMIYAH) TERHADAP KETAATAN KEPADA PARA IMAM AS
Teologi

KEYAKINAN KAMI (IMAMIYAH) TERHADAP KETAATAN KEPADA PARA IMAM AS

August 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Ridha Muzhaffar Kami meyakini bahwa para Imam adalah para pemilik otoritas (ulil amri) yang telah diperintahkan Allah...

AKIDAH KITA (IMAMIYAH) TENTANG HAK SEORANG MUSLIM ATAS MUSLIM LAINNYA
Teologi

AKIDAH KITA (IMAMIYAH) TENTANG HAK SEORANG MUSLIM ATAS MUSLIM LAINNYA

August 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Ridha Muzhaffar Sesungguhnya salah satu hal paling agung dan indah yang diserukan oleh agama Islam adalah persaudaraan...

Ziarah Imam Husain Penghargaan Terhadap Sejarah
Ahlulbait

Ziarah Imam Husain Penghargaan Terhadap Sejarah

September 30, 2021

Cendekiawan Nahdlatul Ulama Ulil Abshar-Abdallah mengapresiasi tradisi Muslim Syiah, khususnya Ziarah Arbain Imam Husain. Di samping memiliki kemiripian dengan tradisi...

Teologi

Pesan Universal Pengutusan Rasulullah Saw

March 15, 2021

ICC Jakarta - Muhammad Saw – beberapa tahun sebelum pengangkatan – selalu berdiam diri di Gua Hira selama satu bulan...

Next Post
Maksiat dan Krisis Akhlak: Ketidakseimbangan dalam Alam Realitas Menurut Islam

Maksiat dan Krisis Akhlak: Ketidakseimbangan dalam Alam Realitas Menurut Islam

Kajian Tafsir Maudhu’i ICC Jakarta: Manfaat Materi dan Maknawi dari Istighfar

Kajian Tafsir Maudhu’i ICC Jakarta: Manfaat Materi dan Maknawi dari Istighfar

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist