ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Kelas Tafsir Maudhu’i ICC Jakarta: Makna Tadharru dalam Kehidupan Seorang Mukmin

by Haidar Husein
October 9, 2025
in Berita
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Kelas Tafsir Maudhu’i di ICC Jakarta pada Kamis, 9 Oktober 2025, kembali menghadirkan Syaikh Mohammad Sharifani sebagai penceramah dengan penerjemahan oleh Ustaz Hafidh Alkaf. Pada pertemuan kali ini, pembahasan difokuskan pada tema tadharru, yaitu ketundukan dan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Allah SWT, serta bagaimana sifat ini menjadi jalan mendekatkan diri kepada-Nya.

Syaikh Mohammad Sharifani menjelaskan bahwa tadharru menggambarkan keadaan seseorang ketika menghadapi kesulitan dan menampakkan kelemahannya di hadapan Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah sering kali menciptakan kondisi tertentu agar manusia kembali tunduk kepada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-An‘am ayat 42–43:

Wa laqad arsalnā ilā umamin min qablika fa akhadznāhum bil-ba’sā’i wadl-dlarrā’i la‘allahum yatadlarra‘ūn
“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami timpakan kepada mereka kemelaratan dan kesengsaraan agar mereka tunduk merendahkan diri (kepada Allah).”

Falau lā idz jā’ahum ba’sunā tadlarra‘ū wa lākin qasat qulūbuhum wa zayyana lahumusy-syaithānu mā kānū ya‘malūn
“Namun, mengapa mereka tidak juga tunduk ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.”

Menurut beliau, sebelum Allah mengutus seorang nabi kepada suatu kaum, biasanya Allah terlebih dahulu menimpakan kesulitan agar mereka sadar akan ketergantungannya kepada Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam Surah Al-A‘raf ayat 94–95:

Wa mā arsalnā fī qaryatin min nabiyyin illā akhadznā ahlahā bil-ba’sā’i wadl-dlarrā’i la‘allahum yadldlarra‘ūn
“Kami tidak mengutus seorang nabi pun di suatu negeri melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka merendahkan diri.”

Ṡumma baddalnā makāna as-sayyi’ati al-ḥasanata ḥattā ‘afaw wa qālū qad massa ābā’anā adl-dlarrā’u was-sarrā’u fa akhadznāhum baghtatan wa hum lā yasy‘urūn
“Kemudian Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan hingga mereka hidup makmur. Mereka berkata, ‘Sungguh, nenek moyang kami juga pernah merasakan penderitaan dan kesenangan.’ Maka Kami timpakan siksaan kepada mereka secara tiba-tiba tanpa mereka sadari.”

Syaikh Sharifani kemudian menegaskan bahwa ketundukan yang sejati harus ditunjukkan sebelum datangnya waktu yang terlambat, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Mu’minun ayat 64–66:

Ḫattā idzā akhadznā mutrafīhim bil-‘adzābi idzā hum yaj’arūn
“Ketika Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup bermewah-mewah di antara mereka, seketika itu mereka berteriak meminta pertolongan.”

Lā taj’arul-yauma innakum minnā lā tunsharūn
“Janganlah kamu berteriak meminta tolong pada hari ini! Sesungguhnya kamu tidak akan mendapatkan pertolongan dari Kami.”

Qad kānat āyātī tutlā ‘alaikum fakuntum ‘alā a‘qābikum tankishūn
“Sungguh, ayat-ayat-Ku selalu dibacakan kepadamu, tetapi kamu selalu berpaling ke belakang.”

Beliau menekankan bahwa tadharru tidak akan berguna bila seseorang menolak ayat-ayat Allah. Dalam Surah An-Nahl ayat 53, Allah mengingatkan bahwa segala nikmat datang dari-Nya, dan kesulitan adalah sarana untuk kembali bersandar kepada-Nya:

Wa mā bikum min ni‘matin fa minallāhi tsumma idzā massakumudl-dlurru fa ilaihi taj’arūn
“Segala nikmat yang ada padamu berasal dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesulitan, kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.”

Ayat ini, jelas beliau, menunjukkan bahwa problem kehidupan sering kali dihadirkan oleh Allah untuk menumbuhkan tadharru dan memperdalam rasa penghambaan seorang mukmin.

Dalam lanjutan kajian, Syaikh Sharifani membawakan beberapa riwayat yang menjelaskan makna tadharru.
Riwayat pertama, dari Imam Ja‘far ash-Shadiq AS, menukil sabda Rasulullah SAW bahwa menggosok gigi dengan siwak tidak hanya membersihkan mulut, tetapi juga mendatangkan keridaan Allah SWT. Beliau menjelaskan bahwa sebagaimana seseorang membersihkan kotoran dari mulutnya, demikian pula seorang mukmin hendaknya membersihkan dosa-dosanya dengan tadharru, istighfar, ibadah, dan penyucian diri dari perbuatan dosa, baik zahir maupun batin.

Riwayat kedua adalah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW, bahwa Allah berfirman:
“Puasa adalah milik-Ku, dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya.”
Syaikh Sharifani menerangkan bahwa puasa mematikan hawa nafsu, menghidupkan hati, menyucikan tubuh dan jiwa, menumbuhkan rasa syukur, serta mendorong kepedulian terhadap kaum fakir. Puasa, kata beliau, juga menjadi sarana bagi seorang mukmin untuk bertadharru di hadapan Allah dan melemahkan dominasi hawa nafsu yang menghalangi kedekatan spiritual.

Riwayat ketiga, dari Imam Ja‘far ash-Shadiq AS, menyebutkan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada para nabi akhlak-akhlak yang mulia. Seorang mukmin hendaknya memohon dengan tadharru agar diberi akhlak tersebut.
Akhlak itu antara lain: keyakinan, qana‘ah, kesabaran, syukur, ketabahan, akhlak mulia kepada sesama, kedermawanan, kepedulian terhadap agama, keberanian, dan kemanusiaan. Sebagian riwayat menambahkan dua sifat lain, yaitu kejujuran dan menunaikan amanah.
Menurut beliau, bila seseorang belum memiliki sifat-sifat tersebut, hendaknya ia berdoa dengan kerendahan hati agar Allah menganugerahkannya.

Syaikh Sharifani kemudian menjelaskan bahwa kesulitan hidup sering kali menjadi sebab seseorang mencapai derajat tadharru. Orang beriman yang diuji tidak seharusnya berputus asa, melainkan bersyukur karena diberi kesempatan untuk mendekat kepada Allah. Dalam Surah Al-Mu’minun ayat 76, Allah berfirman:

Wa laqad akhadznāhum bil-‘adzābi fa mastakānū lirabbihim wa mā yatadlarra‘ūn
“Sungguh, Kami telah menimpakan siksaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mau tunduk kepada Tuhannya dan tidak merendahkan diri.”

Menurut beliau, ayat ini menunjukkan bahwa salah satu tujuan ujian adalah agar manusia bertadharru; dan seandainya kaum yang diazab itu mau bertadharru, niscaya azab yang lebih berat tidak akan ditimpakan kepada mereka.

Selanjutnya, Syaikh Sharifani menguraikan manfaat-manfaat tadharru.
Pertama, tadharru mendatangkan pertolongan Allah, sebagaimana kisah Nabi Nuh AS dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 76–77:

Wa nūḥan idz nādā ming qablu fastajabnā lahū fa najjaināhu wa ahlahū minal-karbil-‘azhīm
“Ingatlah Nuh ketika dia berdoa kepada Kami sebelumnya. Kami memperkenankan doanya dan menyelamatkannya bersama pengikutnya dari bencana besar.”

Wa nasharnāhu minal-qaumilladzīna kadzdzabū bi āyātinā innahum kānū qauma saw’in fa aghraqnāhum ajma‘īn
“Kami menolongnya dari kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka Kami tenggelamkan mereka seluruhnya.”

Kedua, tadharru membawa keselamatan dari kesulitan, sebagaimana kisah Nabi Yunus AS dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 87–88:

Wa dzan-nūni idz dzahaba mughādliban fa dhanna al lan naqdira ‘alaihi fa nādā fidh-dhulumāti an lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minadh-dhālimīn
“Ingatlah Zun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah dan menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka ia berdoa dalam kegelapan, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.’”

Fastajabnā lahū wa najjaināhu minal-ghamm, wa kadzālika nunjil-mu’minīn
“Maka Kami memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang mukmin.”

Ketiga, tadharru menjadikan seseorang tergolong dalam golongan orang saleh, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Qalam ayat 48–50:

Faṣbir liḥukmi rabbika wa lā takun kaṣāḥibil-ḥūt idz nādā wa huwa makdhūm
“Bersabarlah terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah seperti orang yang berada dalam perut ikan (Yunus) ketika ia berdoa dalam keadaan sedih.”

Law lā an tadārakahū ni‘matum mir rabbihī lanubidzza bil-‘arā’i wa huwa madzmūm
“Seandainya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, niscaya dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.”

Fajtabāhu rabbuhū fa ja‘alahū minash-shāliḥīn
“Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.”

Menurut beliau, ayat-ayat ini menunjukkan bahwa tadharru tidak hanya menjadi sebab datangnya pertolongan Allah, tetapi juga jalan menuju kesalehan dan keselamatan dari azab.

Haidar Husein

Haidar Husein

Related Posts

Kelas Tafsir Tartibi ICC Jakarta: Penciptaan Alam dan Penetapan Manusia sebagai Khalifah
Berita

Kelas Tafsir Tartibi ICC Jakarta: Penciptaan Alam dan Penetapan Manusia sebagai Khalifah

October 10, 2025

Kelas Tafsir Tartibi ICC Jakarta pada Jumat, 10 Oktober 2025, menghadirkan Syaikh Mohammad Sharifani selaku penceramah dengan penerjemahan oleh Ustaz...

Khutbah Jumat ICC Jakarta: Syaikh Mohammad Sharifani Bahas Keagungan dan Kesempurnaan Al-Qur’an
Berita

Khutbah Jumat ICC Jakarta: Syaikh Mohammad Sharifani Bahas Keagungan dan Kesempurnaan Al-Qur’an

October 10, 2025

Khutbah Jumat pada 10 Oktober 2025 di aula Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta disampaikan oleh Syaikh Mohammad Sharifani, Direktur ICC,...

Syaikh Mohammad Sharifani Bahas Faktor Penghambat Rezeki dan Tauhid Hidayah dalam Majelis Taklim Akhwat ICC Zainab Al-Kubro
Berita

Syaikh Mohammad Sharifani Bahas Faktor Penghambat Rezeki dan Tauhid Hidayah dalam Majelis Taklim Akhwat ICC Zainab Al-Kubro

October 9, 2025

Majelis Taklim Akhwat ICC Zainab Al-Kubro kembali mengadakan kegiatan rutin pada Rabu, 8 Oktober 2025 bersama Syaikh Mohammad Sharifani, Direktur...

ICC Jakarta Jalin Silaturahmi ke Yayasan Shabib Az Zaman Bandar Lampung, Syaikh Mohammad Sharifani Bahas Ruh Al-Qur’an dalam Surah Al-Fatihah
Berita

ICC Jakarta Jalin Silaturahmi ke Yayasan Shabib Az Zaman Bandar Lampung, Syaikh Mohammad Sharifani Bahas Ruh Al-Qur’an dalam Surah Al-Fatihah

October 4, 2025

ICC Jakarta melakukan kunjungan ke Yayasan Shabib Az Zaman, Bandar Lampung, pada Sabtu, 4 Oktober 2025. Rombongan dipimpin oleh Direktur...

Syeikh Mohammad Sharifani dan Ustaz Umar Shahab Sampaikan Tausiyah pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H di Yayasan Al-Muntazhar
Berita

Syeikh Mohammad Sharifani dan Ustaz Umar Shahab Sampaikan Tausiyah pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H di Yayasan Al-Muntazhar

October 4, 2025

Direktur ICC Jakarta, Syeikh Mohammad Sharifani, bersama Ketua Departemen Tabligh dan Kebudayaan ICC, Ustaz Umar Shahab, menghadiri Peringatan Maulid Nabi...

Syeikh Mohammad Sharifani Sampaikan Ceramah tentang Kelompok yang Mendapatkan Hidayah dalam Doa Ziarah Jamiah Kabirah ICC Jakarta
Berita

Syeikh Mohammad Sharifani Sampaikan Ceramah tentang Kelompok yang Mendapatkan Hidayah dalam Doa Ziarah Jamiah Kabirah ICC Jakarta

October 4, 2025

Pada kegiatan rutin doa Ziarah Jamiah Kabirah di ICC Jakarta tanggal 27 September 2025, Syeikh Mohammad Sharifani memberikan ceramah yang...

Next Post
Khutbah Jumat ICC Jakarta: Syaikh Mohammad Sharifani Bahas Keagungan dan Kesempurnaan Al-Qur’an

Khutbah Jumat ICC Jakarta: Syaikh Mohammad Sharifani Bahas Keagungan dan Kesempurnaan Al-Qur’an

Kelas Tafsir Tartibi ICC Jakarta: Penciptaan Alam dan Penetapan Manusia sebagai Khalifah

Kelas Tafsir Tartibi ICC Jakarta: Penciptaan Alam dan Penetapan Manusia sebagai Khalifah

PANDANGAN FIKIH MENGENAI PERDAMAIAN (NORMALISASI) DENGAN ZIONIS ISRAEL

PANDANGAN FIKIH MENGENAI PERDAMAIAN (NORMALISASI) DENGAN ZIONIS ISRAEL

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist