Oleh: Syekh Shahib al-Shadiq
Setengah abad yang lalu, Alquran hanya dianggap sebagai kitab untuk dibacakan di kuburan, dibacakan untuk orang-orang yang sudah meninggal hanya demi mencari pahala, tidak lebih dari itu. Hanya sedikit orang yang mampu membaca kitab Allah, dan yang menghafal ayat-ayatnya atau sebagian darinya jumlahnya jauh lebih sedikit.
Namun hari ini, alhamdulillah, kita menyaksikan semakin banyak majelis-majelis pengajaran membaca Alquran dan hafalan, serta pembelajaran tartil dan tajwid bagi anak-anak, yang diselenggarakan di masjid-masjid, sekolah-sekolah, husainiyah, dan pusat-pusat pendidikan.
Akan tetapi, apakah itu saja bentuk perhatian yang cukup terhadap Alquran?
Apakah Alquran hanya sekadar kitab untuk dibaca dan dilagukan? Apakah ia hanya kitab untuk penyembuhan? Apakah hanya kitab untuk istikharah saja? Atau hanya kitab yang digunakan dalam acara penghormatan bagi orang yang sudah wafat? Ataukah kitab yang hanya dijadikan alat keberkahan saat pindah ke rumah baru, saat pernikahan, saat bepergian, atau digantung di mobil sebagai pelindung? Apakah Alquran hanya untuk dituliskan di dinding, atau diukir sebagian ayatnya pada kalung emas dan digantungkan di dada?
Apakah benar hanya itu saja manfaat dari Alquran–kitab yang diturunkan dari Allah Ta’ala, yang oleh Tuhan semesta alam digambarkan sebagai, “…petunjuk bagi orang-orang bertakwa”(1); “…petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman”(2); “…petunjuk bagi manusia…”(3); “… penjelasan bagi manusia, petunjuk, dan rahmat…”(4)
Sesungguhnya ayat-ayat ini dan puluhan lainnya menunjukkan dengan sangat jelas bahwa Alquran adalah peta jalan bagi kehidupan manusia, di dalamnya terdapat cahaya, petunjuk, dan penyembuh bagi hati. Ia mengandung program kebahagiaan di dunia dan keberhasilan di akhirat.
Jika memang seperti itu–dan memang seperti itulah adanya–maka pantaskah kita hanya cukup membacanya, melagukannya, dan mengaguminya secara lahiriah saja?
Sesungguhnya Alquran itu sendiri menunjukkan kepada kita bagaimana cara kita harus berinteraksi dengannya:
- Membaca adalah langkah pertama untuk berinteraksi dengan setiap teks tertulis, “… Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran…”(5)
- Menjauhkan setan dan menjauh dari bisikannya saat membaca Alquran, agar kita tidak teralihkan dari makna luhur Alquran menuju hal-hal yang remeh, “Apabila engkau membaca Alquran, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”(6)
- Mendengarkan dan menyimak dengan seksama ketika Alquran dibacakan, karena ini adalah pengantar penting untuk memahami dan merenungkannya, “Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.”(7)
- Mengambil pelajaran dari Alquran, yaitu menjadikannya sebagai tolak ukur yang kita kembalikan semua urusan kepadanya dan kita timbang segala hal dengan standarnya, “Dan sungguh Kami telah memperjelas (bermacam-macam peringatan) dalam Alquran ini agar mereka mengingat”(8); “Dan sungguh Kami telah membuatkan bagi manusia dalam Alquran ini setiap macam perumpamaan agar mereka mengingat.”(9)
- Tadabbur terhadap Alquran–ini adalah salah satu aspek terpenting dalam berinteraksi dengan Alquran–untuk menggali makna-makna dan cahaya-cahayanya sebagai langkah awal untuk mengamalkannya, “Maka apakah mereka tidak merenungkan Alquran? Ataukah hati mereka telah terkunci?”(10); “Dan sungguh Kami telah memudahkan Alquran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”(11); “Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah agar mereka merenungkan ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”(12)
- Mengikuti isi Alquran dan mengamalkannya, “Dan ini adalah Kitab yang Kami turunkan penuh berkah, maka ikutilah ia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”(13)
Dan inilah sebenarnya inti dari interaksi dengan Alquran, karena Alquran bukan lain adalah kitab yang diperuntukkan untuk diamalkan. Ia adalah program kehidupan bagi umat manusia dalam mencapai kemajuan dan kebahagiaan. Oleh karena itu, kita harus melampaui tahap sekadar membaca dan menghafal saja, dan mulai menyelami kedalaman ayat-ayatnya, serta menggali darinya pandangan-pandangan, cahaya-cahaya, dan program kehidupan yang sukses, hidup yang lurus, dan kehidupan yang baik.(14)
Catatan Kaki:
- QS. al-Baqarah [2]:2, hal.2.
- QS. al-Naml [27]:2, hal.377.
- QS. al-Baqarah [2]:185, hal.28.
- QS. al-Qashash [28]:43, hal.390.
- QS. al-Muzzammil [73]:20, hal.575.
- QS. al-Nahl [16]:98, hal.278.
- QS. al-A’raf [7]:204, hal.176.
- QS. al-Isra’ [17]:41, hal.286.
- QS. al-Zumar [39]:27, hal.461.
- QS. Muhammad [47]:24, hal.509.
- QS. al-Qamar [54]:17, hal.529.
- QS. al-Qamar [54]:22, 32, dan 40.
- QS. Shad [38]:29, hal.455.
- QS. al-An’am [6]:155, hal.149.