Oleh: Ustaz Muhammad Hadi Ma’rifat
Tuduhan bahwa Alquran Terpengaruh oleh Budaya Arab Jahiliah dalam Hal Memihak Laki-laki (Anak Laki-laki) Dibanding Perempuan (Anak Perempuan). Teks ini diambil dari buku “Syubhat wa Ruddud Hawl Alquran al-Karim” karya Ustaz Muhammad Hadi Ma’rifat.
Teks Syubhat (Tuduhan):
Disebutkan bahwa dalam Alquran terdapat banyak ungkapan yang memuliakan anak laki-laki dan mengutamakan mereka atas anak perempuan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari lingkungan Arab Jahiliyah, di mana mereka biasa mengubur hidup-hidup anak perempuan karena takut akan aib, “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam kelam dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan mempertahankannya dalam kehinaan atau menguburnya ke dalam tanah? Sungguh buruk apa yang mereka tetapkan itu” (QS. al-Nahl:58–59).
Jawaban:
Kami melihat bahwa Alquran yang mulia telah mencela kaum itu atas pemikiran jahil mereka ini dan mengecam mereka dengan keras atas pembedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan.
Namun, tetap saja kita menemukan dalam Alquran beberapa tempat yang tampak seolah-olah menyertai pemikiran mereka?!
Sebagaimana bangsa Arab menganggap para malaikat sebagai perempuan dan bahwa mereka adalah putri-putri Allah Azza wa Jalla, maka Alquran pun menyanggah keyakinan ini, “Tanyakanlah kepada mereka, ‘Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan, sedang untuk mereka anak-anak laki-laki?’ Apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat itu berjenis kelamin perempuan dan mereka menyaksikannya? Ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongan mereka benar-benar mengatakan, ‘Allah mempunyai anak.’ Dan sesungguhnya mereka adalah pendusta. Apakah (Allah) memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki? Apa yang terjadi dengan kalian? Bagaimana kalian menetapkan hukum? Tidakkah kalian mengambil pelajaran?” (QS. al-Shaffat:149–155).
Dalam ayat-ayat ini, celaan diarahkan dari dua sisi:
- Mereka menganggap malaikat sebagai perempuan.
- Mereka menyatakan bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan dari Allah, seakan-akan Allah melahirkan mereka!
Kemudian, mengikuti kebiasaan Arab dalam merendahkan perempuan, Alquran pun menyanggah mereka, “Apakah untuk kalian anak laki-laki dan untuk-Nya anak perempuan? Itu benar-benar pembagian yang tidak adil” (QS. al-Najm:21–22). Yakni, ini pembagian yang tidak adil.
Demikian juga, “Apakah Allah memilih anak perempuan dari makhluk yang Dia ciptakan, dan mengistimewakan kalian dengan anak laki-laki? Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikannya sebagai perumpamaan bagi al-Rahman, wajahnya menjadi hitam kelam dan dia penuh kesedihan. Apakah (Allah) menjadikan (untuk-Nya) makhluk yang dibesarkan dalam perhiasan dan tidak mampu berbicara dalam perdebatan?” (QS. al-Zukhruf:16–18).
Dalam ayat ini, perbedaan antara laki-laki dan perempuan dijelaskan berasal dari kodrat mereka. Bahwa perempuan secara fitrah lebih tertarik pada perhiasan dibandingkan dengan urusan-urusan yang lebih substantif, dan dari sisi lain, perempuan memiliki sifat yang lembut dan tidak tahan terhadap bencana. Ia akan mudah terpengaruh ketika menghadapi peristiwa berat. Maka dari sisi fitrah dan asal kejadian, ia tidak cocok untuk menghadapi kesulitan hidup dan tidak mampu menyelesaikan masalah rumit. Ia memiliki sifat halus dan lemah, berbeda dengan laki-laki yang memiliki kekuatan dan keteguhan tekad.
Kemudian ayat melanjutkan dengan mencela mereka atas klaim bahwa malaikat adalah perempuan, “Dan mereka menjadikan malaikat yang merupakan hamba-hamba al-Rahman sebagai perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan mereka? Kesaksian mereka akan dicatat dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban” (QS. al-Zukhruf:19).
Alquran pun menyebut para malaikat dengan kata ganti laki-laki, “Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, padahal kami senantiasa bertasbih dan menyucikan-Mu?’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.’ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian memperlihatkannya kepada para malaikat dan berfirman, ‘Sebutkan kepada-Ku nama-nama mereka itu jika kalian memang benar.’ Mereka menjawab, ‘Mahasuci Engkau, tidak ada ilmu bagi kami kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.’ Allah berfirman, ‘Wahai Adam! Beritahukan kepada mereka nama-nama itu.’ Maka ketika dia telah menyebutkan nama-nama itu kepada mereka, Allah berfirman, ‘Bukankah Aku telah katakan kepada kalian bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kalian nyatakan dan apa yang kalian sembunyikan?’“ (QS. al-Baqarah:30–33); “Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam,’ maka mereka pun sujud…” (QS. al-Baqarah:34).
Seluruh kata ganti di sini adalah bentuk jamak untuk laki-laki. Begitu pula dalam semua tempat lain dalam Alquran.
Maka kemudian Allah mencela mereka dengan kecaman keras, “Apakah Tuhan kalian memilihkan anak laki-laki untuk kalian, dan mengambil dari para malaikat sebagai anak perempuan? Sesungguhnya kalian mengatakan sesuatu yang sangat besar (dosanya)” (QS. al-Isra’:40).
Semua ini menunjukkan adanya penghinaan terhadap perempuan yang dilakukan oleh orang-orang Arab, dan Alquran tidak mendukung mereka, tetapi mengecam mereka.
Namun, tidak terdapat dalam semua ungkapan Alquran yang bersifat tajam dan mengecam tersebut satu pun pernyataan atau sindiran yang mencela perempuan itu sendiri, baik secara eksplisit maupun implisit. Justru celaan diarahkan kepada orang-orang Arab atas pandangan salah mereka terhadap para malaikat, bahwa mereka perempuan dan anak-anak perempuan dari Allah Azza wa Jalla.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongan mereka benar-benar mengatakan…” (QS. al-Shaffat:151); “Allah mempunyai anak…” (QS. al-Nahl:57); “…dan bahwa anak-anak-Nya adalah perempuan” (QS. al-Nahl:57); “…dan mereka menamakan para malaikat dengan nama-nama perempuan” (QS. al-Najm:27).
Semua ini menunjukkan betapa bodohnya mereka dan betapa jahilnya mereka terhadap perkara-perkara gaib. Itulah batas ilmu mereka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira.
Yang paling menunjukkan kebodohan mereka adalah bahwa mereka menisbatkan kepada Allah sesuatu yang mereka benci untuk diri mereka sendiri. Mereka mengambil untuk diri mereka yang terbaik dari anak-anak, dan hal yang hina mereka nisbatkan kepada Allah Azza wa Jalla.
Ini adalah pembagian yang tidak adil bahkan dalam khayalan paling ekstrem sekalipun!
Maka tempat celaan sebenarnya adalah pembagian yang tidak adil ini, bahkan jika hanya berdasarkan dugaan dan khayalan semata. Maka tidak ada pengakuan dari Alquran terhadap adanya keutamaan anak laki-laki, dan tidak ada penyesuaian (mujarah) dengan orang Arab, tetapi ini adalah penentangan yang tegas berdasarkan prinsip debat dan argumen dalam percakapan.
Adapun penggunaan bentuk jamak mu’annats salim (akhiran at dalam bahasa Arab), seperti dalam firman Allah Swt, “Demi (para malaikat) yang mencabut nyawa dengan keras, dan (malaikat) yang mencabut nyawa dengan lembut, dan (malaikat) yang melayang dengan cepat, dan (malaikat) yang berlomba-lomba dahulu, dan (malaikat) yang mengatur urusan” (QS. al-Nazi’at:1–5).
Begitu pula dalam, “Demi (malaikat) yang diutus secara berurutan…” (QS. al-Mursalat:1) sampai, “Lalu (para malaikat) yang menyampaikan peringatan…” (QS. al-Mursalat:5).
Dan juga firman-Nya, “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat penjaga di depan dan di belakangnya, yang menjaganya atas perintah Allah” (QS. al-Ra’d:11).
Berdasarkan bahwa yang dimaksud adalah para malaikat yang menjalankan urusan-urusan ini, maka takwil dari semua itu adalah bahwa hal tersebut dipahami dari sisi bahwa yang disifati adalah kelompok-kelompok; karena yang melaksanakan urusan-urusan ini adalah kelompok-kelompok malaikat, bukan individu-individu. Maka sebagaimana kata “jama’ah” (kelompok) dijamakkan menjadi “jama’at” (kelompok-kelompok), demikian pula “jama’ah nazi’ah” (kelompok penarik [nyawa]) dijamakkan menjadi “nazi’at” (yang menarik), dan seterusnya. Sebagaimana kata “syakhsiyyah” (kepribadian) juga dijamakkan menjadi “syakhsiyyat” (kepribadian-kepribadian).
Tidak setiap bentuk jamak dengan alif dan ta (أ و ت) menunjukkan bahwa bentuk mufradnya (tunggalnya) adalah untuk perempuan, sebagaimana pada bentuk jamak “al-qiyasat” (analogi-analogi). Dan setiap kata tunggal—baik dalam bentuk mashdar secara qiyas (kaidah) maupun selainnya secara sama’i (berdasarkan pendengaran dari penggunaan Arab)—jika melebihi tiga huruf, maka boleh dijamakkan dengan alif dan ta’, seperti: “al-ta’rifat” (definisi-definisi) dan “al-imtiyazat” (keistimewaan-keistimewaan). Sedangkan contoh jamak secara sama’i seperti: “al-samawat” (langit-langit), “suradiqat” (tenda-tenda), “sijillat” (dokumen-dokumen), dan lain-lain.
Oleh karena itu, kembalinya dhamir (kata ganti) jamak mudzakkar (maskulin) pada kata “al-mu’aqqibat” dalam firman Allah, ‘…yaḥfaẓunahu min amri Allah…’ (QS. al-Ra’d:11) adalah dalil bahwa bentuk jamak dengan alif dan ta’ tidak selalu khusus untuk perempuan.
Adapun Abu Muslim Muhammad bin Baḥr Iṣfahani, sebagaimana dinukil oleh Fakhruddin Razi, memiliki pendapat yang menguatkan bahwa bentuk-bentuk jamak ini bukanlah sifat bagi para malaikat, melainkan merupakan sifat bagi tangan-tangan, anak panah, kuda-kuda, dan unta-unta di medan peperangan.
Kesimpulan
- Alquran tidak pernah memihak anak laki-laki atas anak perempuan.
- Yang dicela adalah cara berpikir orang Arab Jahiliah, yang menyandarkan kepada Allah sesuatu yang mereka sendiri tidak suka (anak perempuan).
- Tidak ada pengakuan dalam Alquran bahwa anak laki-laki lebih baik dari anak perempuan. Semua manusia adalah makhluk Allah yang mulia jika bertakwa.
- Ungkapan-ungkapan dalam Alquran menggunakan gaya bahasa logis dan retoris untuk membantah keyakinan-keyakinan batil, bukan untuk menetapkan nilai-nilai diskriminatif.
Sumber Referensi:
- QS. al-Shaffat [37]:149 – 155, hal.451.
- QS. al-Najm [53]:21 dan 22, hal.526.
- QS. al-Zukhruf [43]:16 – 18, hal.490.
- QS. al-Zukhruf [43]:19, hal.490.
- QS. al-Baqarah [2]:30 – 33, hal.6.
- QS. al-Baqarah [2]:34, hal.6.
- Dan kita akan berbicara tentang beberapa tempat (dalam Alquran) di mana digunakan bentuk feminin, seperti dalam kata al-mudabbirat (yang mengatur) dan sejenisnya.
- QS. al-Isra [17]:40, hal.286.
- QS. al-Shaffat [37]:151, hal.451.
- QS. al-Shaffat [37]:152, hal.451.
- QS. al-Zukhruf [43]:16 – 18.
- QS. al-Najm [53]:27.
- QS. al-Nazi’at [79]:1 – 5, hal.583.
- QS. al-Mursalat [77]:1, hal.580.
- QS. al-Mursalat [77]:5, hal.580.
- QS. al-Ra’d [13]:11, hal.250.
- Tafsir al-Kabir, jil.31, hal.31; Tafsir Abu Muslim, hal.351-352.
- Syubhat dan Jawaban Terkait Alquran Alkarim, karya Ustaz Muhammad Hadi Ma’rifat, tahkik: Muassasah al-Tamhid–Qom al-Muqaddasah, Republik Islam Iran, halaman 121–124.