Oleh: Sayid Husain Husain Thabathaba’i
Tanggapan terhadap Syubhat (Keraguan):
Ayat-ayat Aquran dan surah-surahnya tidak diturunkan sekaligus. Selain fakta sejarah yang menunjukkan bahwa penurunan Aquran terjadi selama dua puluh tiga tahun, ayat-ayat itu sendiri menjadi bukti. Allah Swt berfirman, “Dan Aquran itu Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap.”(1)
Di dalam Aquran, tidak diragukan lagi ada ayat yang menasakh (menghapus hukum) dan mansukh (dihapus hukumnya), dan juga terdapat ayat-ayat yang merujuk pada kisah dan peristiwa yang tidak mungkin terjadi dalam satu waktu, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa waktu penurunannya tidak sama.
Ayat-ayat dan surah-surah Aquran sama sekali tidak diturunkan sesuai urutan yang kita baca hari ini. Urutan yang kita kenal, seperti surah al-Fatihah, lalu al-Baqarah, lalu Ali Imran, dan seterusnya, bukanlah urutan turunnya. Selain bukti sejarah, isi dari ayat-ayat itu sendiri juga membuktikan hal ini. Sebagian surah dan ayat memiliki isi yang sesuai dengan awal masa kenabian, namun justru terletak di akhir mushaf, seperti surah al-Alaq dan al-Nun. Sebaliknya, beberapa surah yang sesuai dengan masa setelah hijrah dan akhir kenabian justru terletak di awal mushaf, seperti surah al-Baqarah, Ali Imran, al-Nisa, al-Anfal, dan al-Taubah.
Perbedaan isi surah dan ayat, serta keterkaitan eratnya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama dua puluh tiga tahun masa kenabian, mengharuskan kita untuk menyimpulkan bahwa Aquran diturunkan selama periode tersebut.
Sebagai contoh, ayat-ayat yang menyeru kaum musyrik untuk memeluk Islam dan meninggalkan penyembahan berhala cocok dengan periode sebelum hijrahnya Nabi saw dari Mekkah, di mana beliau menghadapi kaum penyembah berhala. Sementara itu, ayat-ayat tentang peperangan dan hukum-hukum syariat diturunkan di Madinah, saat Islam mulai menyebar dan Madinah menjadi pusat pemerintahan Islam yang besar.
Berdasarkan Pembahasan Sebelumnya
Berdasarkan pembahasan di atas, ayat-ayat dan surah-surah Aquran dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan tempat, waktu, sebab, dan syarat penurunannya, yaitu:
- Ayat Makkiyah dan Madaniyah: Ayat yang diturunkan sebelum hijrahnya Nabi dari Mekkah disebut Makkiyah, yang merupakan bagian terbesar dari surah-surah, terutama surah-surah pendek. Sedangkan yang diturunkan setelah hijrah disebut Madaniyah, bahkan jika penurunannya terjadi di luar Madinah, termasuk di Mekah itu sendiri.
- Kondisi Penurunan yang Berbeda: Beberapa surah dan ayat diturunkan saat Nabi saw dalam perjalanan, sementara yang lain saat berada di tempat tinggal. Demikian pula, ada yang diturunkan pada malam atau siang hari, saat perang atau damai, di bumi atau di langit, atau saat berada di tengah orang banyak atau sendirian. Kita akan membahas manfaat dari pembagian ini di bab “Sebab-Sebab Penurunan (Asbabun Nuzul)”.
- Penurunan yang Berulang: Beberapa surah diturunkan berulang kali, seperti yang dikatakan tentang surah al-Fatihah yang diturunkan di Mekkah dan Madinah. Demikian pula, beberapa ayat diturunkan berulang, seperti ayat, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”(2)
Ayat ini diulang sebanyak tiga puluh kali dalam surah al-Rahman.
Juga ayat, “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.”(3)
Ayat ini diulang delapan kali dalam Surah Asy-Syu’ara.
Beberapa ayat juga diulang di lebih dari satu surah, seperti ayat, “Dan mereka berkata, ‘Bilakah (datangnya) janji ini, jika kamu orang yang benar?’”(4)
Ayat ini diulang di enam surah yang berbeda.
Kita juga menemukan sebuah kalimat yang merupakan satu ayat penuh di satu tempat, dan menjadi bagian dari ayat di tempat lain, seperti, “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri Sendiri.”(5)
Kalimat ini menjadi satu ayat penuh di awal surah Ali Imran, sedangkan di surah al-Baqarah, kalimat ini adalah bagian dari Ayat Kursi.
Meskipun demikian, sebagian besar surah dan ayat diturunkan hanya satu kali.
Penyebab dari perbedaan ini adalah perbedaan tuntutan kejelasan (bayaniyah). Di satu tempat, kalimat perlu diulang untuk tujuan peringatan, misalnya, sedangkan di tempat lain tidak.
Perbedaan ini juga mirip dengan perbedaan panjang dan pendek antara surah dan ayat. Di samping surah al-Kautsar yang merupakan surah terpendek, kita menemukan surah al-Baqarah sebagai yang terpanjang. Demikian pula, kita melihat “Ayat Mudhammatan”(6) sebagai ayat terpendek, di samping “Ayat Utang” (ayat 282 dari surah al-Baqarah) sebagai ayat terpanjang dalam Aquran.
Semua perbedaan ini memiliki tujuan kejelasan. Bahkan kita bisa menemukannya dalam dua ayat yang berurutan, seperti ayat 20 dan 21 dari surah al-Muddaststir. Ayat pertama hanya terdiri dari satu kalimat, sementara ayat kedua terdiri dari lebih dari lima belas kalimat.
Aspek lain dari perbedaan ini adalah ringkas (ijaz) dan panjang lebar (ithnab). Hal ini terlihat saat membandingkan surah-surah seperti al-Fajr dan al-Layl dengan surah-surah seperti al-Baqarah dan al-Maidah. Umumnya, surah-surah Makkiyah cenderung ringkas, sedangkan surah-surah Madaniyah cenderung panjang.
Terkait hal ini, dikatakan bahwa yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah saw adalah surah al-Alaq atau lima ayat pertamanya. Sementara yang terakhir diturunkan adalah firman Allah, “Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).”(7&8)
Catatan Kaki:
- al-Isra’ [17]:106, hal.293.
- al-Rahman [55]:13, hal.531.
- al-Syu’ara [26]:8 dan 9, hal.367.
- Yunus [10]:48, hal.214.
- Ali Imran (3]:2, hal.50.
- al-Rahman [55]:64, hal.533.
- al-Baqarah [2]:281, hal.47.
- Alquran Dalam Islam, karya Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba’i, diterjemahkan oleh Sayid Ahmad Husaini, Bab Kelima, hal.151-153.