Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta sepakat menyelenggarakan seminar filsafat bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara secara berkala. Kesepakatan tersebut disampaikan langsung oleh pimpinan kedua lembaga dalam pertemuan dan dialog yang berlangsung di Ruang Rapat Dosen STF Driyarkara pada Kamis, 3 Juli 2025. Selain membahas kerja sama seminar, pertemuan ini juga menjadi forum tukar informasi dan gagasan mengenai perkembangan keilmuan dan kebudayaan di Iran dan Indonesia.
Pertemuan ini bertepatan dengan kunjungan perdana Syaikh Mohammad Sharifani sebagai Direktur ICC Jakarta yang baru, menggantikan Syaikh Abdolmajid Hakimollahi yang telah menyelesaikan pengabdian selama sembilan tahun di Indonesia. Suasana diskusi berlangsung akrab dan produktif. Dari pihak STF Driyarkara hadir Ketua STF, Romo Simon Petrus Lili Tjahjadi, serta Guru Besar Emeritus STF Driyarkara, Romo Franz Magnis-Suseno. Syaikh Sharifani didampingi Kepala Departemen Riset ICC Jakarta, Akmal Kamil, dan Syafinuddin Al-Mandari dari Departemen Riset ICC Jakarta.
Penguatan Diskursus Etika
Dialog dibuka dengan pengantar dari Syafinuddin Al-Mandari yang memaparkan bahwa STF Driyarkara dan ICC Jakarta telah lama menjalin komunikasi akademik melalui para peneliti dan akademisi yang terlibat dalam seminar maupun webinar bersama. Sejak masa pandemi COVID-19, menurut Syafinuddin, metode diskusi ilmiah pun menyesuaikan keadaan dengan memanfaatkan ruang daring sebagai sarana diseminasi gagasan dan perluasan jangkauan diskursus. Ia menegaskan bahwa kerja sama riset dan seminar akan menjadi langkah konkret untuk mempererat hubungan baik kedua lembaga.
Dalam diskusi, Romo Simon menyampaikan pandangannya bahwa tantangan sekolah filsafat di era kini kian kompleks karena perkembangan dunia menuntut adanya penganekaragaman metode komunikasi dan materi ajar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi konsep-konsep pemikiran dan filsafat yang diajarkan di perguruan tinggi. Menurutnya, kehadiran ICC Jakarta menjadi mitra diskusi lintas budaya yang strategis untuk memperkaya gagasan baru. Romo Simon juga menekankan perlunya penggalian khazanah kebudayaan antarnegara bahkan antarbenua agar lahir pendekatan baru yang mendukung kehidupan damai dan berkeadilan.
Sejalan dengan itu, Romo Magnis menambahkan bahwa diskursus etika perlu dikembangkan agar lebih praktis dan dekat dengan kehidupan kontemporer. STF Driyarkara pun telah menyiapkan sejumlah agenda untuk mengangkat kembali peran etika di tengah tantangan modernitas. Dalam kesempatan yang sama, Romo Magnis membuka peluang kerja sama webinar dengan ICC Jakarta dengan tema Etika Nusantara.
Pada pertemuan tersebut, Akmal Kamil memperkenalkan Romo Magnis kepada Syaikh Sharifani sebagai salah satu pemikir Indonesia yang mendalami filsafat Kantian. Romo Magnis menanggapi pengantar tersebut dengan menegaskan bahwa pembahasan filsafat Kant tetap relevan untuk pengembangan diskursus etika di masa kini, meskipun beliau lebih menekankan perlunya pendekatan etika yang kontekstual dengan realitas Indonesia.
Usulan Kolaborasi dan Komitmen ICC Jakarta
Romo Simon juga menyampaikan gagasan agar kerja sama riset bisa diawali dengan diskusi atau seminar daring. Ia melihat banyak topik yang dapat diangkat bersama, seperti perbandingan etika Kant dan Mulla Sadra. Menurutnya, langkah ini dapat menjadi titik awal mempererat hubungan ilmiah di masa mendatang.
Menanggapi hal tersebut, Syaikh Mohammad Sharifani menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat STF Driyarkara dan mendukung sepenuhnya rencana kolaborasi tersebut. ICC Jakarta pun siap menghadirkan akademisi dan ilmuwan dari berbagai universitas di Iran yang relevan dengan tema yang disepakati, baik untuk seminar tatap muka maupun daring.
Pada kesempatan ini, ICC Jakarta menyerahkan cinderamata berupa lukisan bertema Kristiani di atas karpet bermotif Persia. Romo Magnis, yang juga pernah menjabat Direktur Program Pascasarjana STF Driyarkara, memberikan apresiasi atas kunjungan dan komitmen kerja sama yang akan dijalankan. Pertemuan ditutup dengan jamuan singkat dan sesi foto bersama di ruang rapat dan halaman kampus STF Driyarkara.
Langkah Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut, pada 21 Juli 2025, Romo Simon bersama Syafinuddin Al-Mandari mulai merancang perencanaan teknis tahap awal. Webinar bertema Etika Nusantara dan relevansinya dengan masyarakat dunia gelombang keempat (Society 4.0) direncanakan akan dilaksanakan pada November 2025 atau lebih cepat jika kesiapan teknis sudah terpenuhi. STF Driyarkara berharap pelaksanaan seminar dapat bertepatan dengan masa perkuliahan aktif agar partisipasi sivitas akademika, khususnya mahasiswa, dapat lebih optimal.