Pendahuluan
Islam adalah agama yang bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga hubungan antarsesama. Alquran berulang-ulang menekankan pentingnya takwa, persatuan, dan kepedulian sosial. Seorang muslim tidak boleh sibuk dengan kepentingan pribadinya semata, melainkan harus menyiapkan diri untuk berperan aktif dalam memperbaiki masyarakat.
Tema inilah yang banyak dijelaskan dalam surah Ali Imran ayat 102–107. Ayat-ayat tersebut mengingatkan tentang kewajiban bertakwa, menjaga persatuan umat, serta melaksanakan amar makruf nahi mungkar. Ketiganya merupakan fondasi kokoh yang akan menyelamatkan umat Islam dari kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat.
Takwa sebagai Fondasi Kehidupan Sosial
Allah Swt berfirman: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS. Ali Imran: 102)
Ayat ini menjadi titik tolak yang sangat penting. Sebelum seorang muslim melangkah ke ranah sosial untuk berdakwah atau memperbaiki masyarakat, ia harus memperkuat takwa dalam dirinya. Takwa ibarat benteng yang menjaga hati dari berbagai godaan duniawi.
Tanpa takwa, manusia mudah terjebak pada ambisi kekuasaan, jabatan, atau kekayaan. Orang yang kehilangan takwa bisa melakukan apa saja demi kepentingan pribadi, meski dengan cara yang haram. Bahkan lebih parah lagi, ia bisa menghasut orang lain dan memicu perpecahan. Inilah bahaya besar jika seorang muslim tidak berangkat dari fondasi ketakwaan.
Takwa menjadikan seorang muslim sadar bahwa segala perbuatannya diawasi Allah Swt. Ia akan berhati-hati dalam setiap langkah, menjaga diri dari keburukan, serta senantiasa siap menyongsong kematian dengan amal terbaiknya.
Persatuan Umat Islam: Nikmat yang Harus Dijaga
Allah melanjutkan firman-Nya: Dan berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu saling bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hati kalian sehingga dengan karunia-Nya kalian menjadi bersaudara. (QS. Ali Imran: 103)
Ayat ini menegaskan bahwa persatuan umat Islam adalah nikmat besar dari Allah. Dahulu, masyarakat Arab hidup dalam kondisi kacau. Suku-suku saling bermusuhan, perang bisa pecah hanya karena persoalan sepele. Namun, dengan hadirnya Islam, Allah mempersatukan hati mereka.
Menurut Alquran, faktor pemersatu umat bukanlah bahasa, etnis, atau tanah air semata, melainkan tali Allah (hablullah). Para ulama menafsirkan tali Allah sebagai Islam itu sendiri, yakni ketaatan pada ajaran Allah, Rasulullah saw, dan keluarganya. Dengan menjadikan Islam sebagai poros persatuan, umat akan terhindar dari perpecahan.
Sejarah juga menunjukkan, bangsa yang tercerai-berai akan mudah dikuasai musuh. Contoh nyata dapat dilihat dari Revolusi Islam Iran. Sebelum revolusi, bangsa Iran terpecah dan dikuasai asing. Namun berkat kepemimpinan Imam Khomeini yang bertakwa, rakyat Iran kembali bersatu di bawah naungan Islam.
Amar Makruf Nahi Mungkar: Tugas Sosial Umat Islam
Setelah menekankan persatuan, Allah Swt berfirman:
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)
Ayat ini menegaskan kewajiban amar makruf nahi mungkar. Setiap muslim tidak cukup hanya menunaikan salat dan ibadah pribadi. Ia juga memiliki tanggung jawab sosial untuk memperbaiki masyarakat.
Amar makruf nahi mungkar bukan sekadar seruan moral, melainkan jalan untuk menjaga masyarakat dari kehancuran. Apabila kebaikan tidak ditegakkan, keburukan akan menyebar. Dan bila kemungkaran dibiarkan, umat akan kehilangan identitas Islamnya.
Perlu dipahami bahwa amar makruf nahi mungkar adalah tanggung jawab semua muslim, sekalipun secara teknis ada sekelompok orang yang menjalankannya secara aktif dan terorganisir. Ibarat pertahanan negara, setiap warga wajib mencintai tanah airnya, tetapi pasukan khususlah yang berdiri di garda depan.
Efek Domino Amar Makruf Nahi Mungkar
Alquran menjelaskan bahwa satu amal kebaikan bisa melahirkan ribuan kebaikan lain. Sebaliknya, satu perbuatan mungkar bisa menular dan melahirkan banyak keburukan. Dengan demikian, amar makruf nahi mungkar bukan hanya tindakan sesaat, tetapi investasi sosial yang berdampak luas.
Imam Husain as juga menegaskan bahwa perjuangannya melawan rezim zalim adalah dalam rangka menegakkan amar makruf nahi mungkar. Karena bila sistem pemerintahan baik, ribuan masalah masyarakat bisa terselesaikan. Namun bila sistem rusak, ribuan masalah baru akan muncul.
Bahaya Perpecahan dan Ancaman di Akhirat
Allah Swt mengingatkan dengan keras: Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat. (QS. Ali Imran: 105)
Ayat ini menyinggung kelompok yang tahu kebenaran tetapi justru menciptakan perpecahan. Mereka inilah yang kelak di akhirat akan dibangkitkan dengan wajah hitam kelam, sebagai simbol kehinaan. Sebaliknya, orang-orang yang menjaga persatuan akan dibangkitkan dengan wajah putih berseri, berada dalam rahmat Allah, dan kekal di surga (QS. Ali Imran: 106–107).
Artinya, nasib umat di akhirat sangat terkait dengan amal sosialnya di dunia. Jika seorang muslim sibuk mengurusi kepentingan pribadi dan menelantarkan kepentingan masyarakat, maka ia telah mengkhianati perintah Allah.
Relevansi Ayat dengan Kondisi Umat Saat Ini
Ayat-ayat ini tidak hanya berlaku bagi masyarakat Arab pada masa Rasulullah saw. Pesan yang terkandung di dalamnya tetap relevan sepanjang zaman.
Hari ini, umat Islam menghadapi tantangan besar berupa perpecahan internal, ideologi transnasional, fitnah media sosial, hingga infiltrasi budaya asing yang merusak. Musuh-musuh Islam tidak pernah berhenti berusaha menanamkan bibit-bibit perpecahan.
Maka, umat Islam perlu meneguhkan kembali takwa, menjaga persatuan, dan menghidupkan amar makruf nahi mungkar. Bila hal ini dijalankan, umat akan kuat menghadapi berbagai ancaman. Sebaliknya, jika perpecahan dibiarkan, umat akan melemah dan mudah dipermainkan pihak luar.
Penutup
Pesan utama dari ayat-ayat Ali Imran (102–107) adalah bahwa setiap muslim harus:
- Menumbuhkan takwa dalam diri sebelum terjun ke masyarakat.
- Menjaga persatuan umat dengan berpegang pada tali Allah (Islam).
- Melaksanakan amar makruf nahi mungkar sebagai tanggung jawab sosial.
- Mewaspadai bahaya perpecahan yang bisa membawa azab berat di akhirat.
Islam tidak menghendaki umatnya sibuk mengurusi kepentingan pribadi. Justru, seorang muslim sejati adalah yang selalu menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan dirinya. Dengan takwa, persatuan, dan amar makruf nahi mungkar, umat Islam akan menjadi masyarakat yang kuat, sehat, dan penuh rahmat.[]