ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Kecelakaan Bagi Pengumpat dan Pencela: Pelajaran Surah al-Humazah dan Relevansinya dengan Kesehatan Mental

by Arif Mulyadi
September 4, 2025
in Akhlak
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Pendahuluan

Di era modern yang serba cepat, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan: persaingan ekonomi, tekanan sosial, hingga pengaruh media digital yang sering menimbulkan perilaku negatif seperti mengumpat, mencela, atau terobsesi dengan kekayaan. Fenomena ini tidak hanya menimbulkan kerusakan moral, tetapi juga berkaitan erat dengan isu kesehatan mental yang semakin banyak dibicarakan belakangan ini.

Melalui Surah al-Humazah, Alquran, memberikan peringatan keras bagi orang-orang yang suka mengumpat, mencela, dan menumpuk harta secara serakah. Peringatan ini ternyata sangat relevan jika dikaitkan dengan kondisi kejiwaan manusia modern. Artikel ini akan membahas Surah al-Humazah, makna yang terkandung di dalamnya, sekaligus mengaitkannya dengan problem kesehatan mental serta bagaimana Islam memberi solusi menyeluruh.

Isi Surah al-Humazah: Peringatan Bagi Pengumpat dan Pencela

Surah al-Humazah dibuka dengan ayat tegas: Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. (QS. al-Humazah [104]: 1)

Ayat ini menegaskan bahwa perilaku suka mencela, merendahkan, dan mengumpat orang lain bukanlah sekadar kesalahan kecil. Dalam pandangan Islam, perilaku tersebut merupakan perbuatan tercela yang dapat merusak diri sendiri sekaligus masyarakat.

Orang yang senang mengumpat biasanya merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Ia mendapatkan “kepuasan” batin semu dengan menjatuhkan martabat orang lain. Namun, kepuasan itu hanyalah ilusi yang pada akhirnya menghancurkan dirinya sendiri. Dalam psikologi modern, ini dapat dikaitkan dengan kondisi mental yang tidak sehat: seseorang menutupi rasa rendah dirinya dengan menyerang orang lain.

Obsesi pada Harta dan Ilusi Keabadian

Ayat berikutnya menyinggung orang yang sibuk menumpuk harta:

Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. (QS. al-Humazah [104]: 2–3)

Islam tidak melarang manusia menjadi kaya. Bahkan, harta bisa menjadi sarana kebaikan jika digunakan untuk menolong sesama. Namun, Surah al-Humazah menegaskan bahaya bagi mereka yang terobsesi secara berlebihan pada kekayaan hingga melupakan hak-hak orang lain.

Secara psikologis, obsesi pada harta ini menimbulkan kecemasan (anxiety), rasa tidak pernah cukup (never enough syndrome), bahkan depresi ketika kehilangan harta atau gagal mencapainya. Banyak orang terjebak dalam gaya hidup konsumtif karena ingin mendapat pengakuan sosial, padahal hal itu justru menimbulkan tekanan mental yang besar.

Harta, pada akhirnya, tidak bisa menyelamatkan manusia dari hal yang paling pasti: kematian. Sebanyak apa pun kekayaan yang dikumpulkan, ia tidak mampu membeli umur panjang, ketenangan batin, atau kebahagiaan sejati.

Hukuman Bagi Mereka yang Lalai

Allah lalu menjelaskan balasan bagi orang-orang yang berperilaku demikian: Sekali-kali tidak, pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Huthamah. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Huthamah itu? (Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan, yang membakar sampai ke hati. (QS. al-Humazah [104]: 4–7)

Ayat ini menggambarkan betapa kerasnya hukuman bagi mereka yang menutup hati terhadap penderitaan orang lain dan hidup dalam kesombongan serta ketamakan. Api Huthamah disebut membakar “sampai ke hati”, menandakan bahwa siksaan itu bukan hanya fisik, melainkan juga spiritual dan emosional.

Dalam konteks kesehatan mental, ayat ini dapat dimaknai bahwa perbuatan buruk tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga merusak batin. Hati yang keras membuat seseorang sulit merasakan empati, sulit bahagia, dan pada akhirnya terjebak dalam kesengsaraan batin yang dalam.

Relevansi Surah al-Humazah dengan Kesehatan Mental

  1. Mengumpat dan Mencela: Dampak pada Korban

Mengumpat dan mencela adalah bentuk kekerasan verbal yang bisa merusak kesehatan mental korban. Orang yang sering mendapat hinaan cenderung mengalami:

  • Rasa rendah diri (low self-esteem).
  • Stres berkepanjangan.
  • Kecemasan sosial, bahkan takut bersosialisasi.
  • Depresi yang bisa berujung pada tindakan ekstrem.

Fenomena perundungan (bullying) di sekolah maupun media sosial adalah contoh nyata bagaimana “humazah” merusak generasi muda.

  1. Bagi Pelaku: Racun Mental yang Menggerogoti

Pelaku yang terbiasa mengumpat sebenarnya juga sedang menyakiti dirinya sendiri. Kebiasaan negatif ini menumbuhkan kebencian, memperburuk emosi, dan menjadikan hati kotor. Dalam jangka panjang, hal ini menimbulkan:

  • Tingkat stres tinggi.
  • Rasa gelisah karena selalu membandingkan diri dengan orang lain.
  • Hubungan sosial yang rusak.
  1. Obsesi Harta dan Gangguan Mental

Psikologi modern mengenal istilah money obsession disorder, yakni kondisi ketika seseorang sangat terobsesi pada kekayaan hingga kehilangan keseimbangan hidup. Hal ini sejalan dengan peringatan dalam Surah al-Humazah.

Dampaknya bisa berupa:

  • Kelelahan mental karena terus bekerja tanpa jeda.
  • Rasa iri dan dengki saat melihat orang lain lebih kaya.
  • Kehilangan rasa syukur.
  1. Hati yang Keras dan Kehilangan Empati

Salah satu tanda kesehatan mental yang baik adalah kemampuan berempati. Sebaliknya, hati yang keras (seperti digambarkan dalam Surah al-Humazah) menjadikan seseorang sulit peduli. Kehilangan empati membuat seseorang terisolasi, kesepian, dan kehilangan makna hidup.

Media Sosial: Lahan Subur “Humazah” Zaman Modern

Jika dulu mengumpat dan mencela hanya terbatas di ruang sosial tertentu, kini media sosial memperluas jangkauannya. Komentar negatif, ujaran kebencian, body shaming, hingga fitnah tersebar dengan mudah.

Dampaknya sangat nyata pada kesehatan mental, terutama generasi muda. Riset psikologi menunjukkan bahwa remaja yang sering mendapat komentar negatif di media sosial lebih rentan depresi, cemas, bahkan bunuh diri.

Alquran dengan tegas sudah memperingatkan bahaya perilaku ini lebih dari 14 abad lalu. Islam sangat relevan dengan isu kesehatan mental modern, karena ia menekankan pentingnya menjaga lisan dan hati.

Perspektif Tafsir Syi’ah dan Kesehatan Mental

Selain tafsir Sunni klasik, tradisi tafsir Syi’ah juga memberi kontribusi berharga. Ali ibn Ibrahim al-Qummi dalam Tafsir al-Qummi menegaskan bahwa ayat tentang pengumpat tidak hanya soal lisan, melainkan juga sikap hati yang penuh kebencian. Kebencian inilah yang dalam psikologi modern dapat menimbulkan stres dan gangguan mental.

Sayyid Hashim al-Bahrani dalam Al-Burhan fi Tafsir al-Qur’an mengumpulkan riwayat Ahlulbait yang menyatakan bahwa mengumpat merusak jiwa pelaku sendiri. Ini selaras dengan teori psikologi bahwa perilaku mencela adalah mekanisme pertahanan diri yang tidak sehat.

Abdul Ali Aroussi Howayzi dalam Tafsir Nur al-Tsaqalayn menafsirkan “api yang membakar hingga ke hati” sebagai simbol hukuman bagi hati yang keras. Hati yang keras berarti kehilangan empati, yang dalam psikologi menjadi salah satu faktor pemicu keterasingan sosial dan depresi.

Sementara Sayyid Haydar Amuli dalam Al-Muhit al-A’zham menekankan aspek spiritual: manusia yang terjebak cinta dunia akan terbakar oleh api hawa nafsu sebelum api neraka sesungguhnya. Tafsir sufistik ini sejalan dengan terapi spiritual modern yang menekankan zikir, introspeksi, dan sedekah sebagai cara menenangkan batin.

Dengan demikian, tafsir Syi’ah menambah perspektif bahwa Surah al-Humazah tidak hanya bicara soal akhlak sosial, tetapi juga terapi kesehatan mental dan spiritual.

Solusi Islami: Menjaga Lisan dan Kesehatan Mental

  1. Zikir dan Kontrol Emosi

Zikir membantu menenangkan hati dan mengendalikan emosi. Orang yang dekat dengan Allah lebih mudah menahan amarah dan menghindari mengumpat.

  1. Sedekah dan Empati

Menggunakan harta untuk menolong orang lain bukan hanya ibadah, tetapi juga terapi jiwa. Memberi menumbuhkan hormon kebahagiaan (endorphin), menenangkan hati, dan meningkatkan kesehatan mental.

  1. Muhasabah Diri

Melakukan introspeksi setiap hari membantu kita menyadari kesalahan. Dengan muhasabah, seseorang bisa memperbaiki kebiasaan buruk seperti mencela atau terlalu terobsesi pada harta.

  1. Konseling dan Dukungan Sosial

Dalam konteks modern, Islam mendorong umatnya untuk saling menolong. Konseling, curhat sehat, atau dukungan komunitas adalah bagian dari ta’awun (tolong-menolong) yang juga sangat membantu kesehatan mental. Dalam Bahasa sekarang, support system.

Penutup

Surah al-Humazah bukan hanya teguran moral bagi manusia, tetapi juga pelajaran penting tentang kesehatan mental. Mengumpat, mencela, dan terobsesi dengan harta tidak hanya mengundang murka Allah, tetapi juga merusak jiwa, meruntuhkan hubungan sosial, dan menjerumuskan manusia ke dalam kesengsaraan batin.

Dengan tambahan perspektif dari tafsir Syi’ah, terlihat bahwa pesan Alquran ini mencakup dimensi sosial, spiritual, dan psikologis sekaligus. Dalam dunia yang penuh tekanan mental seperti saat ini, pesan Alquran semakin terasa relevan: menjaga lisan, menumbuhkan empati, dan menggunakan harta untuk kebaikan. Dengan cara ini, manusia tidak hanya terhindar dari kecelakaan di akhirat, tetapi juga meraih ketenangan jiwa di dunia.[]

 

Bacaan Lebih Lanjut:

Sumber Tafsir dan Literatur Islam

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghi. Kairo: Dar al-Fikr, 1974.
  3. Ibn Katsir, Ismail. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Beirut: Dar al-Fikr, 1992.
  4. Quraish Shihab, M. Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
  5. Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya’ ‘Ulumuddin. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005.
  6. Ali ibn Ibrahim al-Qummi. Tafsir al-Qummi. Qom: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1984.
  7. Hashim al-Bahrani. Al-Burhan fi Tafsir al-Qur’an. Beirut: Mu’assasat al-A’lami, 2006.
  8. Abdul Ali Aroussi Howayzi. Tafsir Nur al-Tsaqalayn. Qom: Mu’assasat al-Taba’ah, 2001.
  9. Sayyid Haydar Amuli. Al-Muhith al-A’zham. Tehran: Intisharat al-Majma‘ al-‘Ilmi, 1988.

Sumber Psikologi dan Kesehatan Mental

  1. American Psychological Association (APA). Stress in America: The State of Our Nation. Washington, DC: APA, 2019.
  2. Beck, Aaron T. Cognitive Therapy of Depression. New York: Guilford Press, 1979.
  3. World Health Organization (WHO). Mental Health: Strengthening Our Response. Geneva: WHO, 2022.
  4. Twenge, Jean M., et al. “Increases in Depression and Self-Harm Among U.S. Adolescents After 2012 and Links to Screen Time.” Journal of Abnormal Psychology, Vol. 128, No. 2 (2019): 119–133.
  5. Santrock, John W. Adolescence. New York: McGraw-Hill, 2018.

 

Arif Mulyadi

Arif Mulyadi

Related Posts

Sayangilah Orang Tuamu Seperti Engkau Menyayangi Dirimu Sendiri
Akhlak

Sayangilah Orang Tuamu Seperti Engkau Menyayangi Dirimu Sendiri

September 1, 2025

(Refleksi Akhlak Islami dalam Kehidupan Sehari-hari dan Kesehatan Mental) Pendahuluan Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, tidak sedikit orang...

Semua Mukmin Bersaudara: Menjaga Persatuan dalam Islam Menurut Surah Al-Hujurat   
Akhlak

Semua Mukmin Bersaudara: Menjaga Persatuan dalam Islam Menurut Surah Al-Hujurat  

August 28, 2025

Persaudaraan dalam Islam: Landasan dari Alquran Islam menegaskan bahwa seluruh orang mukmin adalah bersaudara. Ikatan ini bukan hanya sekadar persahabatan...

Nilai-Nilai Insaniah dalam Islam: Jalan Menuju Kesempurnaan Manusia
Akhlak

Nilai-Nilai Insaniah dalam Islam: Jalan Menuju Kesempurnaan Manusia

August 26, 2025

  Pendahuluan Setiap manusia diciptakan dengan dua sisi: diri hewani dan diri insani. Diri hewani mewakili kebutuhan jasmani seperti makan,...

Penyucian Jiwa dan Falsafah Kenabian: Inti Pembinaan Diri dalam Islam
Akhlak

Penyucian Jiwa dan Falsafah Kenabian: Inti Pembinaan Diri dalam Islam

August 25, 2025

Pendahuluan Setiap agama memiliki ajaran moral, tetapi Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap penyucian jiwa (tazkiyatun nafs). Ajaran ini...

Etika Lingkungan Hidup dalam Pandangan Islam
Akhlak

Etika Lingkungan Hidup dalam Pandangan Islam

August 22, 2025

Krisis Lingkungan: Masalah Kita Bersama Dunia hari ini menghadapi krisis lingkungan: perubahan iklim, hutan gundul, polusi, hingga punahnya spesies. Banyak...

Makna dan Dampak Kemaksiatan dalam Kehidupan Manusia Menurut Islam
Akhlak

Makna dan Dampak Kemaksiatan dalam Kehidupan Manusia Menurut Islam

August 20, 2025

Pendahuluan Dalam kehidupan manusia, keamanan, ketenangan, dan ketenteraman merupakan dambaan setiap individu maupun masyarakat. Islam, melalui penerapan hukum Allah Swt,...

Next Post
Ilmu Slamet dalam Budaya Jawa: Antara Pandangan Kolonial dan Perspektif Ki Agus Sunyoto

Ilmu Slamet dalam Budaya Jawa: Antara Pandangan Kolonial dan Perspektif Ki Agus Sunyoto

RASULULLAH YANG AGUNG ADALAH MADRASAH AKHLAK

RASULULLAH YANG AGUNG ADALAH MADRASAH AKHLAK

ALQURAN DAN KEBOLEHAN BERZIARAH KE MAKAM KAUM MUKMIN

ALQURAN DAN KEBOLEHAN BERZIARAH KE MAKAM KAUM MUKMIN

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist