Dalam khutbah Jumat 12 September 2025 di Islamic Cultural Center Jakarta, Syaikh Mohammad Sharifani yang diterjemahkan oleh Ustaz Hafidh Alkaf melanjutkan rangkaian pembahasan tentang kunci keberhasilan Rasulullah SAW dalam menjalankan misi dakwahnya. Menurut beliau, kesuksesan Nabi Muhammad SAW terletak pada dua hal utama: memiliki program yang jelas dan metode yang tepat untuk menjalankannya. Landasan metode ini, sebagaimana disebutkan, terdapat dalam Surah Ali Imran ayat 159 yang memuat sepuluh kriteria yang dimiliki Rasulullah SAW.
Hingga pekan lalu, jamaah telah diajak merenungi tujuh di antaranya: Rasulullah adalah pribadi yang penuh kasih sayang, semua tindakannya berporos kepada Allah SWT, beliau dikenal lemah lembut, memiliki daya tarik yang kuat, mudah memaafkan, selalu memohonkan ampun untuk umatnya, serta bukan seorang pemimpin otoriter karena senantiasa mengedepankan musyawarah. Pada kesempatan kali ini, Syaikh Mohammad Sharifani menekankan kelanjutan ayat tersebut yang berbunyi fa idzâ ‘azamta fa tawakkal ‘alallâh — “Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah.”
Ayat ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW tidak hanya berhenti pada tataran teori, tetapi juga benar-benar melaksanakan apa yang telah beliau rencanakan. Kekuatan tekad beliau menjadi kunci utama dalam menghadapi berbagai rintangan dakwah. Imam Ali AS bahkan pernah berkata bahwa nilai seseorang ditentukan oleh tingginya tekad yang ia miliki.
Dalam khutbahnya, Syaikh Mohammad Sharifani kemudian mengangkat dua kisah penting dari Al-Qur’an. Pertama adalah kisah Nabi Adam AS yang diceritakan dalam Surah Thaha ayat 115. Allah berfirman bahwa Nabi Adam lupa terhadap perintah-Nya dan “tidak memiliki tekad yang kuat,” hingga akhirnya terjerumus melanggar larangan dan diturunkan ke dunia. Kisah kedua adalah Luqman al-Hakim, seorang tokoh besar yang berguru kepada ratusan nabi. Nasihatnya diabadikan Allah dalam Surah Luqman ayat 12 hingga 19, yang berisi dua puluh poin petuah untuk anaknya. Namun di akhir nasihat-nasihat itu, Luqman menekankan bahwa semua itu tidak akan bermanfaat tanpa adanya tekad untuk melaksanakannya.
Rasulullah SAW, di sisi lain, adalah nabi yang menghadapi gangguan paling berat dibandingkan nabi lainnya. Beliau sendiri pernah bersabda bahwa tidak ada nabi yang mendapat gangguan sebesar dirinya. Karena itu Allah meneguhkan hatinya dengan firman fashbir kamâ shabara ulul-‘azmi minar-rusuli — sebuah perintah agar beliau bersabar sebagaimana para ulul azmi, yakni para nabi dengan keteguhan hati yang luar biasa. Keberhasilan para ulul azmi, kata Syaikh Mohammad Sharifani, terletak pada kekuatan tekad mereka. Maka, Allah memerintahkan Rasulullah agar memiliki keteguhan yang sama demi menjalankan misi kerasulan.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa ada dua cara utama untuk memperkuat tekad. Pertama adalah dengan bertawakal kepada Allah SWT. Setelah ayat menyebutkan fa idzâ ‘azamta, ia dilanjutkan dengan fa tawakkal ‘alallâh. Imam Ali AS pernah berkata bahwa siapa yang bertawakal kepada Allah, maka tekadnya akan semakin kokoh. Dengan menyerahkan segala urusan kepada Allah, manusia tidak akan mudah goyah, sebab ia bersandar pada kekuatan yang Mahakuat. Kedua, bergaul dengan orang-orang yang memiliki semangat dan tekad yang besar. Menurut Imam Ali AS, siapa yang dekat dengan orang-orang bertekad kuat akan ikut terbawa dalam kekuatan itu.
Rasulullah SAW adalah teladan paling nyata dalam hal ini. Berbagai tantangan besar yang beliau hadapi mampu dilalui dengan kepala tegak, semata-mata karena tekad yang tak tergoyahkan. Sebagai penutup khutbah pertama, Syaikh Mohammad Sharifani mengutip riwayat Imam Jawad AS yang menekankan agar manusia menjauhi tiga hal: sikap lemah tanpa semangat, meremehkan perkara sehingga tidak ditangani dengan baik, dan bermalas-malasan dalam beramal. Beliau juga menyampaikan pesan Imam Ali AS: bila seseorang takut akan sesuatu, hendaknya ia justru memasuki hal yang ditakutinya, karena penyelesaian ada di sana. Dan tidak ada seorang nabi pun, kata beliau, yang diutus kecuali dengan tekad yang kuat.
Pada khutbah kedua, Syaikh Mohammad Sharifani menyampaikan apresiasi kepada jamaah atas kehadiran mereka dalam dua acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan ICC Jakarta pada hari Minggu dan Rabu sebelumnya. Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia yang telah menyukseskan acara dengan meriah. Dalam rangka memperingati milad Rasulullah SAW, pelajaran tafsir rutin setiap Jumat ditiadakan dan diganti dengan seminar khusus yang membahas kemuliaan Rasulullah SAW. Beliau mengajak jamaah untuk hadir dan mengambil manfaat dari seminar tersebut.
Syaikh Mohammad Sharifani menutup khutbahnya dengan mengingatkan kembali keutamaan Rasulullah SAW. Tidak ada manusia yang memiliki program dakwah setertata dan sesempurna beliau. Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW menjadi pedoman abadi bagi umat manusia. Allah SWT berfirman: falyaḥdzarilladzîna yukhâlifûna ‘an amrihî an tushîbahum fitnatun au yushîbahum ‘adzâbun alîm — “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
Peringatan ini, jelas beliau, menjadi cermin bahwa kesengsaraan individu maupun umat terjadi ketika manusia menjauh dari Al-Qur’an. Karena itu, ICC menghadirkan beragam program keagamaan, mulai dari salat Jumat, doa Kumail dan Tawasul, hingga pelajaran tafsir, agar umat selalu dekat dengan Allah SWT dan ajaran Nabi-Nya. Khutbah ditutup dengan doa agar Allah SWT mengangkat segala kesulitan dan penindasan yang dialami kaum Muslimin, khususnya di Palestina.