Pendahuluan
Sejarah Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama yang tidak hanya berdakwah, tetapi juga membangun basis keilmuan, budaya, dan peradaban. Salah satu tokoh penting abad ke-19 adalah Kiai Muhammad Saleh Darat as-Samarani (1820–1903), yang lebih dikenal sebagai Kiai Saleh Darat. Beliau adalah ulama besar dari Semarang yang meninggalkan warisan keilmuan luar biasa, termasuk karya tafsir Alquran berbahasa Jawa Pegon. Karyanya tidak hanya berpengaruh di kalangan santri dan masyarakat Jawa, tetapi juga menginspirasi tokoh nasional perempuan, RA Kartini.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas perjalanan hidup, karya-karya, pemikiran, hingga pengaruh Kiai Saleh Darat dalam Dunia Islam di Nusantara.
Biografi Singkat Kiai Saleh Darat
Kiai Saleh Darat lahir di Semarang pada tahun 1820. Ayahnya, Kiai Umar, adalah seorang ulama pejuang yang turut berperang mendampingi Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825–1830). Dari lingkungan keluarga inilah, Saleh kecil tumbuh dalam suasana religius sekaligus patriotik.
Sejak usia muda, Saleh Darat menekuni ilmu agama. Ia belajar dari banyak kiai di tanah Jawa, termasuk Kiai Raden Haji Muhammad Syahid di Kajen, Kiai Haji Ishaq Damaran di Semarang, dan Kiai Khatib Anom di Kudus. Tidak puas dengan ilmu di tanah Jawa, beliau kemudian menunaikan haji sekaligus memperdalam ilmu agama di Mekkah dan Madinah.
Selama di Haramain, beliau berguru pada ulama-ulama besar seperti Syeikh Ahmad Nahrawi, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan (mufti besar Makkah), dan Syeikh Mahfudz al-Tarmasi. Dari para ulama inilah, Kiai Saleh Darat memperkuat landasan fikih, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Sekembalinya ke Jawa, ia menetap di daerah pesisir Semarang, tepatnya di kawasan Darat. Dari tempat tinggalnya inilah muncul julukan “Kiai Saleh Darat.”
Peran sebagai Guru Para Kiai
Kiai Saleh Darat dikenal sebagai guru dari para guru. Banyak ulama besar yang kelak mendirikan pesantren terkenal adalah murid beliau. Di antaranya:
- KH Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama)
- KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah)
- KH Mahfudz Tremas (ulama besar ahli hadis di Mekkah)
- KH Dimyathi Tremas
- KH Idris Solo
- KH Dahlan Semarang
Jaringan keilmuan ini menunjukkan betapa luasnya pengaruh Kiai Saleh Darat. Beliau bukan hanya tokoh lokal, melainkan ulama Nusantara yang menjadi simpul pertemuan berbagai aliran keilmuan Islam.
Karya-Karya Kiai Saleh Darat
Salah satu keistimewaan Kiai Saleh Darat adalah menulis kitab dengan bahasa Jawa Pegon—bahasa Jawa yang ditulis dengan huruf Arab. Pilihan ini adalah strategi dakwah agar masyarakat Jawa yang belum fasih berbahasa Arab tetap bisa memahami ajaran Islam secara mendalam.
Beberapa karya pentingnya antara lain:
- Faidh al-Rahman fi Tafsir al-Qur’an bi al-Lughah al-Jawiyyah (Tafsir Alquran dalam bahasa Jawa Pegon).
- Lathaif al-Thaharah (tentang fikih bersuci).
- Minhaj al-Atqiya’ (tentang tasawuf).
- Syarh al-Hikam (penjelasan kitab al-Hikam karya Ibn ‘Atha’illah).
- Majmu‘at al-Syari‘ah al-Kafiyah lil-‘Awam (tentang fikih dasar untuk awam).
Dari semua karya itu, Faidh ar-Rahman adalah yang paling monumental. Kitab tafsir ini dianggap sebagai salah satu karya tafsir Nusantara paling awal yang menggunakan bahasa lokal, sekaligus meneguhkan identitas Islam Jawa. Beberapa karya di atas sudah diterjemahkan dan diterbitkan secara massif belakangan ini.
Contoh Tafsir Kiai Saleh Darat
Salah satu contoh menarik dari tafsir Faidh al-Rahman adalah penafsiran beliau terhadap surat al-Fatihah ayat 5:
Teks ayat:
﴿ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴾
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.”
Tafsir Jawa Pegon (kutipan):
“Tegese, mung marang Paduka ya Allah, ingsun nyembah, ora maring liyane. Lan mung marang Paduka ya Allah, ingsun nyuwun pitulungan, ora maring liyane. Lamun ana wong ngibadah nanging ora nganggo ngarep-arep ridha Allah, iku aran riya’ lan sirik khafi.”
Terjemahan Bebas:
“Artinya, hanya kepada-Mu ya Allah aku beribadah, tidak kepada yang lain. Dan hanya kepada-Mu ya Allah aku memohon pertolongan, bukan kepada yang lain. Jika ada orang yang beribadah tetapi tidak dengan niat mencari rida Allah, maka itu disebut riya’ dan termasuk syirik tersembunyi.”
Analisis Singkat
- Penafsiran ini menekankan tauhid sebagai fondasi ibadah.
- Kiai Saleh Darat memperingatkan tentang riya’, yaitu beribadah dengan niat pamer, yang digolongkan sebagai syirik tersembunyi.
- Bahasa Pegon membuat pesan ini mudah dipahami masyarakat Jawa, bahkan oleh mereka yang tidak menguasai bahasa Arab.
Relasi Kiai Saleh Darat dengan RA Kartini
Kisah paling menarik dari Kiai Saleh Darat adalah hubungannya dengan RA Kartini. Sebagai bangsawan Jawa, Kartini waktu itu sulit mengakses kitab-kitab Islam yang ditulis dalam bahasa Arab. Ia haus akan ilmu agama, tetapi merasa terhalang oleh bahasa.
Saat menghadiri pengajian Kiai Saleh Darat di rumah Bupati Demak, Kartini menyampaikan kegelisahannya. Kiai Saleh lalu memberikan tafsir Faidh al-Rahman yang ditulis dalam bahasa Jawa Pegon. Kartini merasa sangat terharu karena akhirnya bisa memahami isi Alquran secara langsung. (Sebagian versi Sejarah menyebutkan, karya tafsir ini muncul karena permintaan RA Kartini).
Dalam salah satu suratnya, Kartini menulis bahwa ia menangis terharu ketika pertama kali bisa memahami makna surat al-Fatihah berkat tafsir Kiai Saleh Darat. Pengalaman ini menegaskan betapa pentingnya peran beliau dalam membuka jalan bagi pemahaman agama yang inklusif dan mudah dijangkau masyarakat Jawa.
Pemikiran dan Karakter Dakwah
Ada beberapa karakteristik pemikiran Kiai Saleh Darat yang menonjol:
- Pribumisasi Islam
Beliau menekankan pentingnya menghadirkan Islam dalam bahasa dan budaya lokal. Tafsir berbahasa Jawa Pegon adalah bukti nyata dari pendekatan ini. - Perpaduan Fikih dan Tasawuf
Kiai Saleh tidak hanya menekankan syariat, tetapi juga membangun dimensi batin umat. Hal ini terlihat dalam karyanya Minhaj al-Atqiya’ yang membahas penyucian jiwa. - Kritis terhadap Sinkretisme
Meskipun akrab dengan budaya Jawa, beliau tetap tegas meluruskan praktik keagamaan yang bercampur dengan unsur syirik. - Mengutamakan Keikhlasan
Seperti tampak dalam tafsir al-Fatihah, beliau menekankan ikhlas dalam beribadah dan bahaya riya’.
Warisan dan Relevansi
Warisan Kiai Saleh Darat tidak hanya berupa kitab-kitab, tetapi juga jaringan intelektual dan spiritual yang masih berpengaruh hingga kini. Pesantren-pesantren besar di Jawa, baik yang berafiliasi dengan NU maupun Muhammadiyah, memiliki jejak sanad keilmuan kepada beliau.
Lebih dari itu, karya tafsirnya menjadi bukti awal bahwa Islam Nusantara mampu melahirkan tradisi keilmuan sendiri yang membumi, dekat dengan masyarakat, dan tetap setia pada sumber utama Alquran dan Hadis.
Penutup
Kiai Saleh Darat adalah sosok ulama visioner yang menggabungkan kedalaman ilmu, kecerdikan dalam berdakwah, serta kepedulian sosial. Karyanya membuka jalan bagi generasi berikutnya, termasuk RA Kartini yang tercerahkan oleh tafsirnya. Melalui bahasa Jawa Pegon, beliau membumikan Alquran bagi masyarakat Jawa, sekaligus meneguhkan identitas Islam Nusantara.
Hingga kini, warisan Kiai Saleh Darat tetap hidup dalam kitab-kitabnya, dalam jaringan ulama murid-muridnya, dan dalam kesadaran masyarakat Jawa bahwa agama dan budaya bisa berjalan beriringan.[]