Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1447 H/2025 M diselenggarakan pada Ahad, 7 September 2025 di Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta. Acara berlangsung khidmat dengan susunan dimulai dari pembukaan oleh Arif Mulyadi, pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Habib Hasan Shahab, pembacaan Simtudduror dan hadrah oleh Tim Hadrah Khatamun Nabiyyin, kemudian dilanjutkan dengan ceramah dan mau‘izhah hasanah oleh KH. Mahfudz Abdul Ghani serta pembacaan doa yang dipimpin oleh Ustaz Umar Shahab.
Dalam ceramahnya, KH. Mahfudz Abdul Ghani mengawali dengan refleksi atas momentum sore hari menjelang maghrib. Beliau menggambarkan waktu Ashar sebagai perumpamaan perjalanan hidup manusia yang telah berada di penghujung usia, sekaligus simbol keadaan umat yang berada di akhir zaman. Mengutip firman Allah Swt dalam surah al-‘Ashr, beliau menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, sebab banyak waktu dihabiskan untuk urusan dunia, terlena oleh kesibukan, dan melupakan tujuan hakiki kehidupan. Namun, ada pengecualian, yaitu mereka yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.
Dari ayat tersebut, KH. Mahfudz Abdul Ghani menekankan pentingnya iman sebagai fondasi utama yang harus dibangun, dan salah satu cerminan keimanan menurut Rasulullah Saw adalah memiliki keluarga yang saleh. Beliau mencontohkan Sayyidah Khadijah al-Kubra sebagai istri teladan yang mendukung perjuangan Nabi Saw dengan penuh pengorbanan dan kesabaran. Menurutnya, kerusakan umat pada akhirnya berawal dari rapuhnya keluarga. Sebaliknya, doa dan dukungan seorang istri salehah menjadi penopang kekuatan seorang suami dalam menjalankan amanah hidup. Nabi Muhammad Saw sendiri mengaitkan kesempurnaan iman dengan kondisi rumah tangga, sehingga keluarga menjadi titik awal pembentukan umat yang kuat.
Selain keluarga, KH. Mahfudz Abdul Ghani menekankan pentingnya menjaga shalat berjamaah di masjid. Shalat berjamaah, menurut beliau, bukan sekadar ibadah, melainkan juga sarana pemersatu umat Islam lintas mazhab. Beliau mengutip nasihat gurunya, Habib Husein bin Abu Bakar al-Habsyi, yang mengatakan bahwa Islam ibarat kebun dengan beragam buah. Perbedaan adalah kekayaan, bukan alasan untuk berpecah. Karena itu, umat Islam tidak seharusnya terjebak dalam pertikaian internal, sementara musuh besar umat, seperti hegemoni Amerika yang beliau sebut sebagai “setan besar,” terus menguasai dunia.
Lebih lanjut, beliau mengingatkan bahwa Islam adalah agama yang fleksibel sesuai dengan tuntutan zaman. Nabi Saw pernah bersabda, “Allah merahmati orang yang mengerti zamannya.” Menurut KH. Mahfudz Abdul Ghani, peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw merupakan salah satu ekspresi cinta yang relevan dengan kebutuhan zaman, dan tidak dapat serta-merta dicap sebagai bid‘ah. Beliau melanjutkan dengan perumpamaan Nabi Saw bahwa seorang mukmin hendaknya seperti lebah: bila makan, ia memilih yang baik; bila mengeluarkan sesuatu, yang keluar darinya baik; dan bila hinggap di ranting yang rapuh, tidak sampai merusaknya. Seorang mukmin harus menghadirkan manfaat dan tidak menimbulkan kerusakan di tengah masyarakat.
Dalam penjelasannya, KH. Mahfudz Abdul Ghani menyampaikan tanda-tanda seorang mukmin sejati. Pertama, terbiasa mengucapkan salam dengan penuh kerendahan hati, karena salam adalah simbol kepedulian dan keterhubungan sosial. Rasulullah Saw sendiri selalu membawa kebahagiaan kepada sahabat-sahabatnya, hingga kehadiran beliau menjadi penyejuk hati. Kedua, seorang mukmin sejati adalah yang dicintai tetangganya. Nabi Saw bersabda bahwa ukuran kebaikan seseorang dapat dilihat dari kesaksian tetangganya—apabila ia wafat, tetangganya merasa kehilangan.
KH. Mahfudz Abdul Ghani kemudian menutup tausiyah dengan ajakan kepada jamaah agar memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw bukan sekadar seremoni, melainkan momentum untuk memperbaiki diri. Beliau mengajak seluruh hadirin untuk memperkuat rumah tangga dengan akhlak Islami, menegakkan shalat berjamaah sebagai sarana mempererat persaudaraan, serta membangun hubungan baik dengan lingkungan sekitar hingga dicintai oleh tetangga.
Acara peringatan Maulid kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Ustaz Umar Shahab, seraya memohon kepada Allah Swt agar umat Islam senantiasa diberikan kekuatan iman, persatuan, dan kemampuan meneladani akhlak Nabi Muhammad Saw dalam kehidupan sehari-hari.