ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

SUNAH PERGANTIAN (TADAWUL) SEBAGAI SALAH SATU SUNAH PERKEMBANGAN SOSIAL DALAM ALQURAN

by Syafrudin mbojo
September 23, 2025
in Al-Quran, Alquran
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Syekh Muhsin Araki

Sunah pergantian berarti Allah Swt menggantikan umat yang gagal dalam ujian kelayakan untuk kekhalifahan Ilahi yang agung. Kekuasaan dan kekuatan kemudian berpindah ke umat lain, yang juga melewati sunah cobaan dan ujian. Jika mereka juga gagal, umat lain akan menggantikan mereka, dan seterusnya. Pergantian ini terus berlanjut hingga tiba gilirannya kepada umat yang memilih keimanan dan kesabaran di atasnya. Allah kemudian memilih mereka untuk kekhalifahan di bumi, dan sunnah pemilihan dan kekhalifahan berlaku bagi mereka. Allah Swt berfirman, “Janganlah kamu berhati lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang yang beriman. Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membuktikan siapa yang beriman (dengan sungguh-sungguh) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman dan membinasakan orang-orang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar”(1); “Tidakkah mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal (generasi itu) Kami teguhkan kedudukannya di bumi, tidak seteguh kamu, Kami curahkan hujan kepada mereka dengan derasnya, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa-dosanya sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka itu generasi yang lain”(2); “Dan sungguh, Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berlaku zalim, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah Kami membalas kaum yang berdosa. Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti di bumi setelah mereka, untuk Kami lihat bagaimana kamu berbuat”(3); “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang, dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), kelak mereka akan mengetahui (akibatnya). Dan tidaklah Kami membinasakan suatu negeri, kecuali sudah ada ketentuan yang sudah pasti baginya. Tidak ada satu umat pun yang dapat menyegerakan ajalnya, dan tidak (pula) menundanya.”(4)

Sunah pergantian adalah sunah yang berada di antara kekhalifahan dan penggantian. Ketika suatu umat yang telah diberi kekhalifahan gagal dalam ujian kelayakan untuk tahap kekhalifahan besar, dan sunnah penggantian berlaku bagi mereka, giliran penggantian tidak datang kecuali setelah kekuasaan digilirkan di antara beberapa generasi manusia. Setiap generasi diberi kekuasaan di bumi satu per satu, dituntut untuk menunaikan tanggung jawab besar mereka terhadap perjanjian ketaatan dan pertolongan. Jika salah satu dari mereka beriman kepada Allah, dan memenuhi perjanjian ketaatan dan pertolongan untuk kepemimpinan Ilahi, Allah akan mengabadikan kekuasaan baginya dan memilihnya untuk kekhalifahan besar. Mereka kemudian memenuhi syarat untuk memimpin dunia dalam negara global yang adil yang akan menguasai seluruh bumi, dan umat yang telah diberi kekhalifahan sebelumnya digantikan oleh mereka. Urusan memimpin umat-umat untuk mendirikan masyarakat global yang adil di bumi diserahkan kepada mereka.

Umat yang dipilih oleh Tangan Ilahi, untuk mengambil peran sebagai umat perintis dalam masyarakat manusia, memimpin seluruh umat di bumi untuk mendirikan masyarakat global yang adil, adalah “umat yang bersaksi” (ummatun syahidah). Mereka adalah “umat pertengahan” (ummatun wasath). Mereka dipilih melalui sunnah pergantian di mana seluruh umat di bumi melewati laboratorium kelayakan yang mengungkapkan kebenaran dan esensi umat-umat, dan di mana orang-orang beriman disaring melalui proses ujian jangka panjang. Dari proses ini, kelayakan sekelompok orang beriman yang memenuhi syarat untuk memimpin bumi terungkap, dan mereka mengambil peran sebagai umat yang diberi kekhalifahan besar, untuk mendirikan keadilan di seluruh wilayah bumi.

Allah Swt berfirman, “Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membuktikan siapa yang beriman (dengan sungguh-sungguh) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada…”(5)

Para syuhada ini adalah orang-orang yang disebutkan dalam ayat lain untuk menggambarkan peran kepemimpinan mereka bagi umat-umat di bumi; karena Allah Swt berfirman, “Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”(6); “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia sama sekali tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama, agama nenek moyangmu, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu dan (begitu juga) dalam (Alquran) ini, agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atasmu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia…”(7)

Kesaksian ini adalah kesaksian dari kelompok perintis yang menjadi teladan bagi umat-umat, untuk mendirikan masyarakat yang adil di muka bumi. Dan teladan tertinggi dari kelompok perintis ini adalah: para pemimpin ilahi yang dengan ketaatan dan pertolongan kepada mereka, kelompok perintis akan berhasil dalam tahap ujian kelayakan. Mereka adalah para Imam yang disucikan dari para pengganti Rasulullah saw, di mana Allah telah menjauhkan dari mereka segala kotoran dan menyucikan mereka dengan sesuci-sucinya. Allah menjadikan kecintaan kepada mereka sebagai dasar agamanya, dan menjadikan ketaatan serta pertolongan dari kelompok beriman kepada mereka sebagai satu-satunya alat untuk kemajuan, kesempurnaan, dan kelayakan mereka untuk memimpin umat-umat di bumi, dan menduduki posisi umat pertengahan yang menjadi saksi atas seluruh manusia.

Umat pertengahan di sini, adalah umat yang adil yang membedakan dirinya dari umat-umat lain yang dicalonkan untuk posisi kepemimpinan besar, karena mereka tidak menempuh jalan lalai dalam ketaatan dan pertolongan kepada kepemimpinan ilahi, sebagaimana yang terjadi pada kelompok pertama dari Bani Israil-yaitu kaum Yahudi-sehingga murka Ilahi menimpa mereka dan kehinaan besar menimpa mereka. Mereka juga tidak menempuh jalan berlebihan dan melampaui batas yang ditempuh oleh kelompok kedua dari Bani Israil-yaitu kaum Nasrani-yang pada gilirannya menentang kepemimpinan Ilahi dan tidak mematuhinya, sehingga mereka tersesat dari jalan dan berkeliaran. Kedua ayat mulia ini merujuk pada nasib buruk kedua kelompok ini, “Maka (disebabkan) mereka melanggar janji (dengan Kami), Kami melaknat mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman-firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka telah melupakan sebagian dari apa yang diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sebagian kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat). Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Dan di antara orang-orang yang mengatakan, ‘Kami ini orang-orang Nasrani,’ Kami telah mengambil janji mereka, tetapi mereka melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan kepada mereka, maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka perbuat.”(8)

Kelompok perintis adalah umat yang tidak menempuh salah satu dari kedua jalan ini; tidak jalan “orang-orang yang dimurkai” (al-maghdhubi ‘alaihim) dan tidak jalan “orang-orang yang sesat” (adh-dhallin), “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”(9)

Umat yang terpilih untuk memikul beban kepemimpinan umat-umat menuju pencapaian kekhalifahan Allah yang besar di bumi, menempuh jalan pertengahan, dan tetap teguh di atas jalan yang lurus (shirathal mustaqim) yang merupakan jalan Imamah yang maksum dari para khalifah Muhammad (saw), dan para penggantinya yang baik dan suci yang telah diberi nikmat oleh Allah. Mereka adalah orang-orang yang ditunjukkan oleh banyak ayat dari Alquran, yang berbunyi, “Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka ruku’ (tunduk kepada Allah). Dan barang siapa menjadikan Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang”(10); “… Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu…”(11); “Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dipilihnya dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali”(12); “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil selain Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin menjadi teman setia?…”(13)

Dan ayat-ayat lainnya.

Dan sunah Rasul saw juga menunjukkan mereka, yang menafsirkan ayat-ayat dari kitab yang bijaksana, mengungkapkan maknanya, dan meletakkan titik pada huruf-hurufnya; karena beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tinggalkan dua hal berat di antara kalian, yang pertama adalah Kitab Allah, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambillah kitab Allah dan berpegang teguhlah padanya…dan Ahlulbaitku.”(14)

“Sesungguhnya aku tinggalkan di antara kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan tersesat setelahku. Salah satu dari keduanya lebih agung dari yang lain, yaitu kitab Allah, tali yang terulur dari langit ke bumi, dan keturunanku, Ahlulbait-ku. Keduanya tidak akan berpisah sampai mereka kembali kepadaku di telaga, maka lihatlah bagaimana kalian mengurus keduanya setelahku.”(15)

“Perumpamaan Ahlulbaitku adalah seperti Bahtera Nuh. Barang siapa yang menaikinya, dia akan selamat, dan barang siapa yang tertinggal darinya, dia akan tenggelam.”(16)

“Panggilkanlah kepadaku, panggilkanlah kepadaku.” Shafiyyah (istri Rasulullah saw) bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ahlulbaitku: Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain.” Maka mereka didatangkan, lalu beliau menutupi mereka dengan selimutnya, kemudian mengangkat kedua tangannya, lalu berkata, “Ya Allah! Mereka ini adalah Ahlulbaitku, maka selawatkanlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad.” Dan Allah Swt menurunkan, ‘… Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlulbait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya’.”(17&18)

Riwayat ini juga diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah dengan lafaz yang berbeda, dan juga diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Ummu Salamah, yang berkata, “Ayat ini turun di rumahku, ‘Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlulbait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya.’ Dan di rumah itu ada tujuh orang: Jibril, Mikail, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain, dan aku berada di depan pintu rumah. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Apakah aku tidak termasuk dari Ahlulbait?’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya engkau berada di atas kebaikan, sesungguhnya engkau termasuk dari istri-istri Nabi.’”(19)

Dan Rasulullah saw bersabda, “Agama ini akan tetap eksis, hingga hari kiamat tiba, atau akan ada dua belas khalifah atas kalian; semuanya dari Quraisy.”(20)

Dari sinilah datang ayat-ayat surah al-Fatihah, yang merupakan Ummul Quran, yang tidak sah salat tanpanya, yang di dalamnya terdapat permohonan orang-orang beriman kepada Tuhan mereka dalam semua salat mereka untuk petunjuk menuju jalan yang lurus. Dan dia menjadikan sebagai petunjuknya, “…maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh…”(21)

Dan di antara mereka, yang paling utama adalah kelompok perintis dari hamba-hamba Allah yang saleh; yaitu Muhammad dan keluarga Muhammad saw, salawat Allah atas mereka semua, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Dan sungguh, Allah Swt telah menjelaskan dalam kitab-Nya bahwa sunah pergantian telah dilaksanakan pada umat-umat lain; seperti Bani Israil, yang diberi kemenangan atas musuh mereka, setelah Allah Swt memilih mereka di atas seluruh alam, firman-Nya, “Dan sungguh, Kami telah memilih mereka (Bani Israil) dengan ilmu (Kami) di atas seluruh alam”(22); “Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu atas seluruh alam.”(23)

Namun, ketika umat ini gagal dalam sunnah pemilihan dan kelayakan, mereka juga digantikan. Dan didatangkanlah umat lain; yaitu umat Muhammad saw, maka Allah memilihnya untuk kekhalifahan, dan gilirannya datang; agar mereka juga diuji untuk peran kekhalifahan yang agung.

Kemudian, sunah pergantian ini, di mana terjadi proses penyaringan terbesar dalam sejarah manusia, yaitu proses penyaringan kelompok perintis yang membuktikan kompetensi dan kelayakan mereka untuk memikul tugas sebagai umat yang taat dan penolong bagi kepemimpinan Ilahi, yang menjadi saksi atas seluruh umat, dan yang diberi kekhalifahan terbesar, sunnah pergantian ini bisa berlangsung berabad-abad lamanya. Satu umat datang dan yang lain pergi, hingga muncul umat perintis yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, taat dan menolong kepemimpinan Ilahi, dan tetap teguh di atas semua itu, tidak peduli apa pun masalahnya, dan apa pun hambatannya.

Allah Swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang mencela…”(24); “Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membuktikan siapa yang beriman (dengan sungguh-sungguh) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada…”

Kemudian, pergantian ini terjadi dalam dua sunnah ilahi lainnya; yaitu, “Sunnah Penggantian dan Perubahan,” dan “Sunnah Pemberian Kesempatan dan Penindakan.”(25)

Untuk lebih lanjut, lihat buku: Sunah Perkembangan Sosial Dalam Alquran.

Catatan Kaki:

  1. Ali Imran [3]:139-142, hal.67.
  2. al-An’am [6]:6, hal.128.
  3. Yunus [10]:13 dan 14, hal.209.
  4. al-Hijr [15]:3-5, hal.262.
  5. Ali Imran [3]:140, hal.67.
  6. al-Baqarah [2]:143, hal.22.
  7. al-Hajj [22]:78, hal.341.
  8. al-Maidah [5]:13 dan 14, hal.109.
  9. al-Fatihah [1]:6 dan 7, hal.1.
  10. al-Maidah [5]:55 dan 56, hal.117.
  11. al-Nisa [4]:59, hal.87.
  12. al-Nisa [4]:115, hal.97.
  13. al-Taubah [9]:16, hal.189.
  14. Shahih Muslim, Bab Fadhail Ali bin Abi Thalib.
  15. Shahih Tirmizi, jil.13, hal.201.
  16. Hakim Naisaburi, al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain, jil.2, hal.343.
  17. al-Ahzab [33]:33, hal.422.
  18. Al-Mustadrak ’ala al-Shahihain, jil.3, hal.147.
  19. Sunan Tirmizi, dan Musnad Ahmad, jil.6, hal.306.
  20. Shahih Muslim, Bab al-Nas Taba’ Quraisy dari kitab al-Imarah, dan dalam Shahih Bukhari, kitab al-Ahkam, jil.4, hal.165.
  21. al-Nisa [4]:69, hal.89.
  22. al-Dukhan [44]:32, hal.497.
  23. al-Baqarah [2]:47, hal.7.
  24. al-Maidah [5]:54, hal.117.
  25. Dikutip dari buku: Sunah Perkembangan Sosial dalam Alquran oleh Ayatullah Syekh Muhsin Araki.
Syafrudin mbojo

Syafrudin mbojo

Related Posts

PERBEDAAN ANTARA MUKJIZAT DAN INOVASI ILMIAH
Alquran

PERBEDAAN ANTARA MUKJIZAT DAN INOVASI ILMIAH

September 29, 2025

Apa Itu Mukjizat? Nabi-nabi mana pun–adalah pembawa risalah (pesan) yang ingin dia sampaikan ke dalam hati dan pikiran manusia, untuk...

METODE ALQURAN DALAM MEMBUKTIKAN KEBANGKITAN (SETELAH MATI)
Alquran

METODE ALQURAN DALAM MEMBUKTIKAN KEBANGKITAN (SETELAH MATI)

September 24, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Amin Zainuddin Metode Alquran dalam berargumentasi untuk akidah ini adalah metode yang sama yang digunakannya dalam setiap...

BAGAIMANA CARA AYAT-AYAT ALQURAN DITURUNKAN?
Alquran

BAGAIMANA CARA AYAT-AYAT ALQURAN DITURUNKAN?

September 23, 2025

Oleh: Sayid Husain Husain Thabathaba’i Tanggapan terhadap Syubhat (Keraguan): Ayat-ayat Aquran dan surah-surahnya tidak diturunkan sekaligus. Selain fakta sejarah yang...

ULIL AMRI DALAM ALQURAN
Alquran

ULIL AMRI DALAM ALQURAN

September 23, 2025

Oleh: Syekh Ibrahim Amini Masalah “Ulil Amri” atau “pemilik kekuasaan” menjadi sangat penting di kalangan para sahabat, mungkin karena ayat...

PANDANGAN ALQURAN DALAM BERINTERAKSI DENGAN SELAINNYA
Alquran

PANDANGAN ALQURAN DALAM BERINTERAKSI DENGAN SELAINNYA

September 23, 2025

Oleh: Syekh Nimir Baqir al-Nimr Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Segala puji bagi Allah Tuhan semesta...

JIDAH DALAM ISLAM
Alquran

JIDAH DALAM ISLAM

September 23, 2025

Oleh: Sayid Hasyim Shafiyuddin Daftar Isi Pertama: Kewajiban Jihad Keistimewaan Pertama Keistimewaan Kedua Keistimewaan Ketiga Keistimewaan Keempat Kedua: Konsekuensi Menolak...

Next Post
HUBUNGAN ANTARA SYIAH DAN SUNNI

HUBUNGAN ANTARA SYIAH DAN SUNNI

PANDANGAN ALQURAN DALAM BERINTERAKSI DENGAN SELAINNYA

PANDANGAN ALQURAN DALAM BERINTERAKSI DENGAN SELAINNYA

HAK WALI AYAH DAN KAKEK DARI PIHAK AYAH DALAM PERNIKAHAN GADIS PERAWAN

HAK WALI AYAH DAN KAKEK DARI PIHAK AYAH DALAM PERNIKAHAN GADIS PERAWAN

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist