Siapa Nabi Adam as?
Nabi Adam as adalah manusia pertama sekaligus bapak seluruh umat manusia. Dalam Islam, beliau disebut Abu al-Basyar (bapak manusia). Allah menciptakan Adam dari tanah liat, kemudian meniupkan ruh-Nya sehingga ia hidup. Dari sosok inilah keturunan manusia berkembang hingga sekarang.
Kisah Penciptaan Nabi Adam as
Allah menciptakan Adam dengan bentuk sempurna. Setelah tubuhnya selesai dibentuk, Allah memerintahkan para malaikat bersujud kepadanya sebagai tanda penghormatan. Semua malaikat bersujud kecuali Iblis yang sombong.
Allah berfirman:
وَ إِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; dia enggan dan takabur, dan dia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah [2]: 34)
Nabi Adam dan Hawa di Surga
Allah menempatkan Adam dan Hawa di surga dengan kebebasan untuk memakan segala buah, kecuali dari pohon khuldi. Namun, Iblis menipu mereka hingga tergoda untuk memakan buah terlarang itu.
فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَاتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ
“Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan dedaunan surga.” (QS. al-A’raf [7]: 22)
Kesalahan itu menyebabkan keduanya diturunkan ke bumi. Namun Allah, dengan rahmat-Nya, mengajarkan doa taubat kepada Nabi Adam as.
Doa Nabi Adam as Setelah Diturunkan ke Bumi
Allah mengajarkan Adam doa yang penuh penyesalan. Alquran menegaskan:
فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah [2]: 37)
Dalam riwayat disebutkan doa yang diucapkan Adam as adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ عَمِلْتُ سُوءًا وَظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَإِنَّكَ أَنْتَ خَيْرُ الْغَافِرِينَ
“Ya Allah, tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, segala puji bagi-Mu. Aku telah melakukan kesalahan dan menzalimi diriku sendiri. Maka ampunilah aku, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik Pengampun.”
اللَّهُمَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ عَمِلْتُ سُوءًا وَظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَعَلِيٍّ وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ
“Ya Allah, tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, segala puji bagi-Mu. Aku telah melakukan kesalahan dan menzalimi diriku sendiri. Maka terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Demi kebenaran Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.”
Doa ini menunjukkan bahwa manusia memang bisa salah, tetapi selalu ada jalan kembali kepada Allah.
Kehidupan Nabi Adam as di Bumi
Setelah diturunkan ke bumi, Adam as memulai kehidupan baru. Allah mengajarkannya cara bertani, mengolah tanah, dan mencari nafkah dengan tangannya sendiri.
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah tatkala menurunkan Adam ke bumi, Dia memerintahkannya agar bertani dengan kedua tangannya dan mencari makan sendiri.”
Inilah teladan penting bagi manusia modern: bekerja adalah bentuk ibadah dan kemandirian.
Wasiat Nabi Adam as kepada Anak-Anaknya
Menjelang wafat, Nabi Adam as memberi wasiat kepada anak-anaknya. Ia menekankan agar setiap perbuatan dipikirkan terlebih dahulu, dan agar selalu meninggalkan jejak baik di dunia.
Selain itu, Adam as mewariskan ilmu khusus kepada Syits, putranya, dan merahasiakannya dari Qabil yang pernah membunuh Habil karena iri hati. Kisah ini menjadi pelajaran tentang bahaya dengki serta pentingnya menjaga amanah ilmu.
Wafatnya Nabi Adam as
Adam as wafat setelah berusia panjang, menurut riwayat antara 930–1030 tahun. Saat sakaratul maut, Malaikat Maut mencabut nyawanya dalam keadaan ia sedang bertasbih. Malaikat Jibril as menyaksikan bahwa Adam adalah makhluk istimewa yang dimuliakan Allah sejak awal penciptaan.
Jenazahnya dimakamkan di Gunung Abu Qubais, Mekkah. Riwayat lain menyebutkan jasadnya dipindahkan ke Najaf oleh Nabi Nuh as. Hawa pun wafat setahun kemudian dan dimakamkan di dekat pusara suaminya.
Pelajaran Penting dari Kisah Nabi Adam as
1. Manusia adalah Makhluk Mulia
Allah memuliakan manusia dengan akal dan ilmu. Tetapi kemuliaan itu hanya bermakna jika digunakan untuk taat kepada Allah.
2. Godaan Adalah Bagian dari Hidup
Setan akan selalu menggoda manusia. Kekuatan iman adalah benteng yang harus dijaga.
3. Pentingnya Taubat
Kesalahan adalah bagian dari manusia, tetapi taubat adalah jalan kembali menuju rahmat Allah.
4. Ilmu adalah Amanah
Ilmu tidak bisa diwariskan sembarangan. Hanya orang yang amanah dan bertakwa yang pantas menerimanya.
5. Kerja Keras adalah Kehormatan
Seperti Adam yang bertani setelah keluar dari surga, manusia harus bekerja keras untuk kehidupannya.
Relevansi Kisah Nabi Adam as di Zaman Modern
Kisah Nabi Adam as relevan sepanjang zaman. Ia mengajarkan tentang tanggung jawab, bahaya iri hati, pentingnya ilmu, dan makna taubat.
Di era modern, manusia menghadapi godaan teknologi, kekuasaan, dan harta. Kisah Adam mengingatkan bahwa setiap godaan bisa menggelincirkan, tetapi juga bisa menjadi jalan pembelajaran.
Selain itu, Adam yang berasal dari tanah mengingatkan kita pada tanggung jawab ekologis: manusia harus menjaga bumi sebagai amanah.
Penutup
Kisah Nabi Adam as bukan sekadar dongeng masa lalu, tetapi cermin kehidupan manusia. Dari penciptaan hingga wafatnya, ia adalah teladan tentang perjuangan, kelemahan, pertobatan, dan warisan moral.
Manusia, seperti Adam, bisa salah dan tergoda. Tetapi Allah selalu membuka pintu ampunan. Yang membedakan manusia mulia dan hina adalah kesediaannya untuk kembali kepada Allah setelah jatuh dalam dosa.
(Sumber: Taaj Langroody, Akhlak Para Nabi: Dari Adam Hingga Muhammad saw)