Oleh: Syekh Shaleh al-Karbasi
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Amma ba’du! Saya ingin menyampaikan sedikit teguran kepada Anda sekalian, karena saya telah mengirim banyak pesan berupa pertanyaan-pertanyaan yang menurut saya penting, khususnya bagi seluruh kaum muslim dan pada umumnya bagi kemanusiaan, sejak kira-kira sebulan yang lalu namun belum juga mendapatkan jawaban. Namun bagaimanapun juga, saya tetap berbaik sangka kepada Anda semua.
Sekarang saya memiliki sebuah pertanyaan yang semoga kali ini tidak dilupakan:
Apa hubungan manusia purba dengan kaum-kaum yang diubah bentuknya menjadi kera dan babi? Siapakah kaum yang diubah bentuknya menjadi seperti babi? Di manakah peristiwa ini terjadi (wilayah geografis saat ini)? Kapan itu terjadi? Apakah mereka hidup sezaman dengan salah satu nabi atau rasul? Jika iya, siapa dia?
Jawaban:
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Pertama-tama, kami mohon maaf kepada Anda, saudara yang terhormat, atas keterlambatan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda, tanpa adanya unsur kesengajaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pertanyaan yang masuk dari berbagai pihak, serta karena padatnya kegiatan dan pekerjaan yang menumpuk di berbagai bidang dalam situs kami maupun di luar itu. Terlebih lagi, kami saat ini sedang dalam proses persiapan untuk melakukan pembaruan menyeluruh terhadap situs kami agar menjadi lebih baik dan berkualitas dalam pelayanannya. Kami memohon kepada Allah Yang Mahatinggi agar memberikan taufik kepada kami untuk menyelesaikannya dalam waktu dekat, dan agar Dia membimbing serta memudahkan usaha kami dengan karunia dan kemurahan-Nya.
Kami juga berharap kepada para pengunjung situs kami yang terhormat agar memaklumi kekurangan kami dalam melayani mereka, sebagai bentuk kebaikan dan kemurahan hati dari mereka terhadap pelayanan kami yang sederhana dalam bidang ilmu, agama, dan mazhab.
Adapun mengenai pertanyaan Anda tentang kaum yang diubah bentuk (kaum yang dimasukh), berikut jawabannya:
Apa itu Hakikat “Masukh” (Perubahan Bentuk)?
Secara bahasa, masukh berarti mengubah bentuk dari wujud asalnya menjadi bentuk yang buruk, atau mengubah bentuk yang sudah buruk menjadi bentuk yang lebih buruk lagi, atau mengubah bentuk makhluk ke bentuk yang lain, atau merusak bentuknya.(1)
Jadi, masukh bukanlah penciptaan baru, melainkan bentuk pengubahan atau penghodohan dari bentuk ciptaan yang sudah ada sebelumnya. Hal ini ditegaskan dalam ayat-ayat Alquran yang mulia dan hadis-hadis suci.
Allah Swt berfirman,
﴿وَ لَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِيْ السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِئِيْنَ﴾.
“Dan sungguh kalian telah mengetahui orang-orang di antara kalian yang melanggar hari Sabtu, lalu Kami katakan kepada mereka, ‘Jadilah kalian kera yang hina.’“(2)
Dalam sebuah hadis disebutkan,
إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى مَسَخَ سَبْعَمِائَةِ أُمَّةٍ عَصَوُا الْأَوْصِيَاءَ بَعْدَ الرُّسُلِ…
“… Sesungguhnya Allah Tabarak wa Ta’ala telah mengubah bentuk (memasukh) tujuh ratus umat karena mereka durhaka kepada para wasi (pengganti) setelah para rasul…”(3)
Dan dalam hadis lain,
فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى مَسَخَ قَوْمًا فِيْ صُوَرٍ شَتَّى شِبْهِ الْخِنْزِيْرِ وَ الْقِرْدِ وَ الدُّبِّ…
“… Sesungguhnya Allah Swt telah mengubah bentuk suatu kaum menjadi berbagai macam bentuk seperti babi, kera, dan beruang…”(4)
Jadi, mereka yang dimasukh adalah manusia yang bentuknya diubah oleh Allah menjadi seperti hewan—baik secara rupa maupun sifat—sebagai bentuk kehinaan atas perbuatan mereka, serta sebagai pelajaran dan peringatan bagi generasi yang datang setelahnya.
Tentang Babi dan Kera secara Khusus:
Dalam riwayat dari Imam Ali Ridha as disebutkan, ketika menjelaskan alasan pengharaman babi dan kera,
…وَ حَرَّمَ الْخِنْزِيْرَ لِأَنَّهُ مُشَوَّهٌ جَعَلَهُ اللهُ عِظَةً لِلْخَلْقِ وَ عِبْرَةً وَ تَخْوِيْفًا وَ دَلِيْلاً عَلَى مَا مَسَخَ عَلَى خِلْقَتِهِ، لِأَنَّ غِذَاءَهُ أَقْذَرُ الْأَقْذَارِ مَعَ عِلَلٍ كَثِيْرَةٍ. وَ كَذَلِكَ حَرَّمَ الْقِرْدَ لِأَنَّهُ مَسْخٌ مِثْلَ الْخِنْزِيْرِ، وَ جَعَلَ عِظَةً وَ عِبْرَةً لِلْخَلْقِ وَ دَلِيْلاً عَلَى مَا مَسَخَ عَلَى خِلْقَتِهِ وَ صُوْرَتِهِ، وَ جَعَلَ فِيْهِ شِبْهًا مِنَ الْإِنْسَانِ لِيَدُلَّ عَلَى أَنَّهُ مِنَ الْخَلْقِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ…
“… Allah mengharamkan babi karena bentuknya yang buruk, dan Dia menjadikannya sebagai pelajaran dan peringatan bagi makhluk, sebagai bukti atas apa yang telah diubah bentuk (dimaskh) menjadi seperti itu. Karena makanannya adalah najis dari yang paling najis, di samping alasan-alasan lain yang banyak. Begitu pula dengan kera, diharamkan karena ia adalah hasil perubahan bentuk sebagaimana babi, dan dijadikan sebagai pelajaran dan peringatan bagi makhluk, sebagai bukti atas apa yang telah dimasukh menjadi seperti itu, dan dijadikan memiliki kemiripan dengan manusia agar menunjukkan bahwa ia berasal dari makhluk yang dimurkai Allah…”(5)
Perlu diperhatikan bahwa hewan-hewan yang dikenal sebagai makhluk hasil perubahan wujud, seperti anjing, babi, dan lainnya yang ada di zaman sekarang, bukanlah keturunan dari manusia-manusia yang telah diubah wujudnya (dimasukh) oleh Allah ke dalam rupa-rupa tersebut.
Diriwayatkan dari Imam Ali bin Husain as bahwa beliau berkata,
…وَ أَمَّا الَّذِيْنَ تَرَوْنَ مِنْ هَذِهِ الْمُصَوَّرَاتِ بِصُوَرِهَا فَإِنَّمَا هِيَ أَشْبَاهُهَا لاَ هِيَ بِأَعْيَانِهَا وَ لاَ مِنْ نَسْلِهَا…
“… Adapun makhluk-makhluk yang kalian lihat sekarang dalam rupa-rupa tersebut, mereka hanyalah menyerupai (rupa) itu saja, bukanlah makhluk itu sendiri, dan bukan pula dari keturunannya…”(6)
Nasib Makhluk-makhluk yang Telah Dimasukh:
Makhluk-makhluk yang telah dimasukh (diubah wujudnya oleh Allah) tidak hidup lebih dari tiga hari, dan mereka tidak berkembang biak. Diriwayatkan bahwa,
أَنَّ الْمُسُوْخَ لَمْ تَبْقَ أَكْثَرَ مِنْ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ، وَ أَنَّ هَذِهِ مُثُلٌ لَهَا، فَنَهَى اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ عَنْ أَكْلِهَا.
“Sesungguhnya makhluk-makhluk hasil perubahan wujud itu tidak bertahan hidup lebih dari tiga hari, dan yang ada sekarang hanyalah makhluk-makhluk yang menyerupai mereka. Oleh karena itu, Allah Swt melarang memakan mereka.”(7)
Hewan-hewan yang dianggap sebagai hasil perubahan wujud (mamsukhât) dinamakan demikian secara kiasan, karena kesamaan rupa mereka dengan orang-orang yang telah dimasukh. Hewan-hewan ini memiliki hukum-hukum khusus dalam fikih dan syariat Islam.
Siapa Saja yang Pernah Dimasukh di Kalangan Kaum dan Individu?
Dengan menelaah hadis-hadis yang mulia, dapat disimpulkan bahwa perubahan wujud (maskh) telah terjadi pada banyak umat terdahulu, di antaranya adalah Bani Israil (Yahudi) dan sekelompok kaum Nasrani.
Disebutkan dalam riwayat dari Ali bin Ja’far dari saudaranya Musa bin Ja’far as,
…أَمَّا الْقِرَدَةُ فَالْيَهُوْدُ اعْتَدَوْا فِيْ السَّبْتِ، وَ أَمَّا الْخَنَازِيْرُ فَالنَّصَارَى حِيْنَ سَأَلُوْا الْمَائِدَةَ فَكَانُوْا بَعْدَ نُزُوْلِهَا أَشَدَّ مَا كَانُوْا تَكْذِيْبًا…
“Adapun kera, itu adalah orang-orang Yahudi yang melanggar hari Sabat. Sedangkan babi, itu adalah kaum Nasrani yang meminta turunnya hidangan dari langit, lalu setelah diturunkan kepada mereka, mereka menjadi orang-orang yang paling keras pendustaannya…”(8)
Hadis-hadis lain juga menunjukkan bahwa individu-individu dari umat-umat terdahulu juga dihukum dengan perubahan wujud (maskh) sebagai balasan atas perbuatan dosa dan keburukan yang mereka lakukan.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Khudri dari Rasulullah saw dalam hadis yang panjang,
…إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى مَسَخَ سَبْعَمِائَةِ أُمَّةٍ عَصَوُا الْأَوْصِيَاءَ بَعْدَ الرُّسُلِ، فَأَخَذَ أَرْبَعُمِائَةٍ مِنْهُمْ بَرًّا وَ ثَلاَثُمِائَةٍ بَحْرًا، ثُمَّ تَلاَ هَذِهِ الْآيَةَ: (…فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيْثَ وَ مَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ…).
“Sesungguhnya Allah Tabarak wa Ta’ala telah mengubah wujud tujuh ratus umat karena mereka mendurhakai para wasi (penerus) setelah para rasul. Empat ratus dari mereka di daratan dan tiga ratus di lautan. Kemudian beliau membaca ayat, ‘…lalu Kami jadikan mereka buah tutur (cerita-cerita), dan Kami cerai-beraikan mereka sehancur-hancurnya…’ (QS. Saba:19).”(9)
Sayid Ali bin Thawus dalam kitab Sa’d al-Su’ud menyebutkan bahwa ia melihat dalam Tafsir Abi al-’Abbas bin ‘Uqdah, yang meriwayatkan dari Ali bin Hasan dari Amr bin Usman dari Hasan bin Mahbub dari Ali bin Ri’ab dari Abu Ubaidah dari Abu Ja’far (Imam Muhammad Baqir as), bahwa,
وَجَدْنَا فِيْ كِتَابِ عَلِيٍّ (عَلَيْهِ السَّلاَمُ) وَ ذَكَرَ قِصَّةَ أَصْحَابِ السَّبْتِ: وَ أَنَّ فِرْقَةً مِنْهُمْ بَاشَرُوْا الْمُنْكَرَ وَ فِرْقَةً أَنْكَرُوْا عَلَيْهِمْ.
“Kami temukan dalam Kitab Ali as, dan disebutkan kisah para kaum Sabat, ‘Bahwa satu kelompok dari mereka melakukan kemungkaran secara langsung, dan kelompok lain mengingkari perbuatan mereka.’”
Sayid berkata, “Sesungguhnya aku menemukan dalam salah satu naskah hadis yang berbeda dari ini,
أَنَّهُمْ كَانُوْا ثَلاَثَ فِرَقٍ، فِرْقَةٌ بَاشَرَتِ الْمُنْكَرَ، وَ فِرْقَةٌ أَنْكَرَتْ عَلَيْهِمْ، وَ فِرْقَةٌ دَاهَنَتْ أَهْلَ الْمَعَاصِيْ فَلَمْ تُنْكِرْ وَ لَمْ تُبَاشِرِ الْمَعْصِيَةَ، فَنَجَّى اللهُ الَّذِيْنَ أَنْكَرُوْا، وَ جَعَلَ الْفِرْقَةَ الْمُدَاهِنَةَ ذَرًّا، وَ مَسَخَ الْفِرْقَةَ الْمُبَاشِرَةَ لِلْمُنْكَرِ قِرَدَةً. ثُمَّ قَالَ: وَ لَعَلَّ مَسْخَ الْمُدَاهِنَةِ ذَرًّا لِتَصْغِيْرِهِمْ عَظَمَةَ اللهِ.
‘Bahwa mereka terbagi menjadi tiga kelompok:
- Kelompok yang melakukan kemungkaran secara langsung,
- Kelompok yang mengingkari perbuatan mereka,
- Dan kelompok yang bersikap lunak terhadap pelaku maksiat, tidak mengingkari dan tidak pula ikut melakukan maksiat.
Maka Allah menyelamatkan kelompok yang mengingkari, menjadikan kelompok yang bersikap lunak sebagai ‘dzar’ (yakni makhluk kecil seperti semut atau debu), dan mengubah rupa kelompok yang secara langsung melakukan kemungkaran menjadi kera.’ Kemudian beliau berkata, ‘Dan barangkali perubahan rupa kelompok yang bersikap lunak menjadi ‘dzar’ (makhluk kecil) itu karena mereka telah mengecilkan keagungan Allah.’”(10)
Kaum Sabat
Salah satu kaum yang paling terkenal mendapatkan hukuman maskh (perubahan wujud) adalah kaum Sabat, yaitu sekelompok orang dari Bani Israil yang melanggar perintah Tuhan dan menentang nabi mereka, lalu dihukum oleh Allah dengan diubah menjadi kera.
Firman Allah Swt,
﴿وَ لَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِيْ السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِئِيْنَ﴾.
“Dan sungguh kalian telah mengetahui orang-orang yang melanggar di antara kalian pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, ‘Jadilah kalian kera yang hina’” (QS. al-Baqarah:65).
Dan juga,
﴿وَ اسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُوْنَ فِيْ السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيْهِمْ حِيْتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَ يَوْمَ لاَ يَسْبِتُوْنَ لاَ تَأْتِيْهِمْ كَذَٰلِكَ نَبْلُوْهُمْ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ * وَ إِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُوْنَ قَوْمًا اللهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا قَالُوْا مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ * فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِيْنَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوْءِ وَ أَخَذْنَا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابٍ بَئِيْسٍ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ * فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوْا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِئِيْنَ﴾.
“Tanyakanlah kepada mereka tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka bermunculan di permukaan air. Padahal, pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka karena mereka selalu berlaku fasik. (Ingatlah) ketika salah satu golongan di antara mereka berkata, ‘Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?’ Mereka menjawab, ‘Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu dan agar mereka bertakwa.’ Maka, setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang mencegah (orang berbuat) keburukan dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim azab yang keras karena mereka selalu berbuat fasik. Kemudian, ketika mereka bersikeras (melampaui batas) terhadap segala yang dilarang, Kami katakan kepada mereka, ‘Jadilah kamu kera yang hina!’”(11)
Dalam Tafsir al-’Ayyasyi, dari Abduṣsamad bin Barrar, dia berkata,
سَمِعْتُ أَبَا الْحَسَنِ (عَلَيْهِ السَّلاَمُ) يَقُوْلُ: كَانَتِ الْقِرَدَةُ هُمُ الْيَهُوْدُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا فِيْ السَّبْتِ فَمَسَخَهُمُ اللهُ قُرُوْدًا.
“Aku mendengar Imam Abul Hasan as berkata, ‘Kera-kera itu adalah orang-orang Yahudi yang melanggar pada hari Sabat, lalu Allah mengubah wujud mereka menjadi kera-kera.’”(12)
Kisah Lengkap Kaum Sabat:
Imam Ali bin Husain as berkata,
كَانَ هَؤُلاَءِ قَوْمًا يَسْكُنُوْنَ عَلَى شَاطِئِ بَحْرٍ نَهَاهُمُ اللهُ وَ أَنْبِيَاؤُهُ عَنِ اصْطِيَادِ السَّمَكِ فِيْ يَوْمِ السَّبْتِ، فَتَوَسَّلُوْا إِلَى حِيْلَةٍ لِيُحِلُّوْا بِهَا لِأَنْفُسِهِمْ مَا حَرَّمَ اللهُ، فَخَدُّوْا أَخَادِيْدَ وَ عَمِلُوْا طُرُقًا تُؤَدِّيْ إِلَى حِيَاضٍ يَتَهَيَّأُ لِلْحِيْتَانِ الدُّخُوْلُ فِيْهَا مِنْ تِلْكَ الطُّرُقِ وَ لاَ يَتَهَيَّأُ لَهَا الْخُرُوْجُ إِذَا هَمَّتْ بِالرُّجُوْعِ. فَجَاءَتِ الْحِيْتَانُ يَوْمَ السَّبْتِ جَارِيَةً عَلَى أَمَانِ اللهِ لَهَا فَدَخَلَتْ فِيْ الْأَخَادِيْدِ وَ حَصَلَتْ فِيْ الْحِيَاضِ وَ الْغُدْرَانِ. فَلَمَّا كَانَتْ عَشِيَّةَ الْيَوْمِ هَمَّتْ بِالرُّجُوْعِ مِنْهَا إِلَى اللُّجَجِ لِتَأْمَنَ صَائِدَهَا فَرَامَتِ الرُّجُوْعَ فَلَمْ تَقْدِرُوْا [تَقْدِرْ]، فَبَقِيَتْ لَيْلَتَهَا فِيْ مَكَانٍ يَتَهَيَّأُ أَخْذُهَا بِلاَ اصْطِيَادٍ لِإِسْتِرْسَالِهَا فِيْهِ وَ عَجْزِهَا عَنِ الْإِمْتِنَاعِ لِمَنْعِ الْمَكَانِ لَهَا. فَكَانُوْا يَأْخُذُوْنَهَا يَوْمَ الْأَحَدِ وَ يَقُوْلُوْنَ: مَا اصْطَدْنَا فِيْ السَّبْتِ وَ إِنَّمَا اصْطَدْنَا فِيْ الْأَحَدِ، وَ كَذَبَ أَعْدَاءُ اللهِ بَلْ كَانُوْا آخِذِيْنَ لَهَا بِأَخَادِيْدِهِمُ الَّتِيْ عَمِلُوْهَا يَوْمَ السَّبْتِ.-وَ مَارَسُوْا فِعْلَتَهُمْ هَذِهِ-حَتَّى كَثُرَ مِنْ ذَلِكَ مَالُهُمْ وَ ثَرَاؤُهُمْ وَ تَنَعَّمُوْا بِالنِّسَاءِ وَ غَيْرِهِنَّ لِإِتِّسَاعِ أَيْدِيْهِمْ بِهِ، فَكَانُوْا فِيْ الْمَدِيْنَةِ نَيِّفًا وَ ثَمَانِيْنَ أَلْفًا، فَعَلَ هَذَا مِنْهُمْ سَبْعُوْنَ أَلْفًا، وَ أَنْكَرَ عَلَيْهِمُ الْبَاقُوْنَ كَمَا نَصَّ اللهُ تَعَالَى: (وَ اسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُوْنَ فِيْ السَّبْتِ…)، وَ ذَلِكَ أَنَّ طَائِفَةً مِنْهُمْ وَعَظُوْهُمْ وَ زَجَرُوْهُمْ عَذَابَ اللهِ وَ خَوَّفُوْهُمْ مِنِ انْتِقَامِهِ وَ شَدِيْدِ بَأْسِهِ وَ حَذَّرُوْهُمْ فَأَجَابُوْهُمْ عَنْ وَعْظِهِمْ: (…لِمَ تَعِظُوْنَ قَوْمًا اللهُ مُهْلِكُهُمْ…) بِذُنُوْبِهِمْ هَلاَكَ الْإِصْطِلاَمِ: (…أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا…)، فَأَجَابُوْا الْقَائِلِيْنَ هَذَا لَهُمْ: (…مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ…)، هَذَا الْقَوْلُ مِنَّا لَهُمْ مَعْذِرَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ إِذْ كَلَّفَنَا الْأَمْرَ بِالْمَعْرُوْفِ وَ النَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ فَنَحْنُ نَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ لِيَعْلَمَ رَبُّنَا مُخَالَفَتَنَا لَهُمْ وَ كَرَاهَتَنَا لِفِعْلِهِمْ. قَالُوْا: (…وَ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ) وَ نَعِظُهُمْ أَيْضًا لَعَلَّهُمْ تَنْجَعُ فِيْهِمُ الْمَوَاعِظُ فَيَتَّقُوْا هَذِهِ الْمُوْبِقَةَ وَ يَحْذَرُوْا عُقُوْبَتَهَا. قَالَ اللهُ تَعَالَى: (فَلَمَّا عَتَوْا…) حَادُّوْا وَ أَعْرَضُوْا وَ تَكَبَّرُوْا عَنْ قَبُوْلِهِمُ الزَّجْرَ: (…عَنْ مَا نُهُوْا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِئِيْنَ) مُبْعَدِيْنَ عَنِ الْخَيْرِ مُقْصَيْنَ. قَالَ: فَلَمَّا نَظَرَ الْعَشَرَةُ آلاَفٍ وَ النَّيِّفُ أَنَّ السَّبْعِيْنَ أَلْفًا لاَ يَقْبَلُوْنَ مَوَاعِظَهُمْ وَ لاَ يَحْفِلُوْنَ بِتَخْوِيْفِهِمْ إِيَّاهُمْ وَ تَحْذِيْرِهِمْ لَهُمْ إِعْتَزَلُوْهُمْ إِلَى قَرْيَةٍ أُخْرَى قَرِيْبَةٍ مِنْ قَرْيَتِهِمْ، وَ قَالُوْا: إِنَّا نَكْرَهُ أَنْ يَنْزِلَ بِهِمْ عَذَابُ اللهِ وَ نَحْنُ فِيْ خِلاَلِهِمْ، فَأَمْسَوْا لَيْلَةً فَمَسَخَهُمُ اللهُ كُلَّهُمْ قِرَدَةً، وَ بَقِيَ بَابُ الْمَدِيْنَةِ مُغْلَقًا لاَ يَخْرُجُ مِنْهُمْ أَحَدٌ وَ لاَ يَدْخُلُ عَلَيْهِمْ أَحَدٌ. وَ تَسَامَعَ بِذَلِكَ أَهْلُ الْقُرَى فَقَصَدُوْهُمْ وَ تَسَنَّمُوْا حِيْطَانَ الْبَلَدِ فَاطَّلَعُوْا عَلَيْهِمْ فَإِذَا كُلُّهُمْ رِجَالُهُمْ وَ نِسَاؤُهُمْ قِرَدَةٌ يَمُوْجُ بَعْضُهُمْ فِيْ بَعْضٍ، يَعْرِفُ هَؤُلاَءِ النَّاظِرُوْنَ مَعَارِفَهُمْ وَ قَرَابَاتِهِمْ وَ خُلَطَاءَهُمْ. يَقُوْلُ الْمُطَّلِعُ لِبَعْضِهِمْ: أَنْتَ فُلاَنٌ؟!، أَنْتَ فُلاَنٌ؟! فَتَدْمَعُ عَيْنُهُ وَ يُوْمِئُ بِرَأْسِهِ أَنْ نَعَمْ. فَمَا زَالُوْا كَذَلِكَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ. ثُمَّ بَعَثَ اللهُ عَلَيْهِمْ مَطَرًا وَ رِيْحًا فَجَرَفَتْهُمْ إِلَى الْبَحْرِ، وَ مَا بَقِيَ مَسْخٌ بَعْدَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ. وَ أَمَّا الَّذِيْنَ تَرَوْنَ مِنْ هَذِهِ الْمُصَوَّرَاتِ بِصُوَرِهَا فَإِنَّمَا هِيَ أَشْبَاهُهَا لاَ هِيَ بِأَعْيَانِهَا وَ لاَ مِنْ نَسْلِهَا…
“Mereka adalah kaum yang tinggal di tepi laut. Allah dan para nabi-Nya telah melarang mereka menangkap ikan pada hari Sabat. Namun mereka membuat tipu daya untuk menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah. Mereka membuat parit-parit dan saluran yang mengarah ke kolam, di mana ikan-ikan bisa masuk pada hari Sabat, tapi tidak bisa keluar. Maka datanglah ikan-ikan tersebut pada hari Sabat dan masuk ke kolam itu tanpa bisa kembali. Pada malam hari, ikan-ikan itu tetap berada di kolam, sehingga bisa dengan mudah ditangkap keesokan harinya, yaitu hari Ahad. Mereka pun berkata, ‘Kami tidak menangkap pada hari Sabat, tapi hari Ahad.’ Padahal mereka telah menjerat ikan-ikan itu pada hari Sabat. Mereka terus melakukan hal itu hingga harta mereka melimpah, mereka hidup dalam kemewahan, menikmati wanita dan kenikmatan lainnya, hingga jumlah mereka mencapai lebih dari delapan puluh ribu orang, dan tujuh puluh ribu di antaranya melakukan perbuatan itu. Orang-orang yang tersisa mengingkari perbuatan mereka, sebagaimana firman Allah, ‘Tanyakanlah kepada mereka tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat…’(13) Hal itu karena sebagian dari mereka memberi nasihat dan memperingatkan tentang azab Allah, tetapi yang dinasihati menjawab, ‘Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang berat?’ (QS. al-A’raf:164). Para pemberi nasihat menjawab, ‘Sebagai alasan kepada Tuhan kalian, dan supaya mereka bertakwa.’(14) Artinya, kami diperintahkan untuk amar makruf dan nahi mungkar, dan kami melakukan itu agar Allah mengetahui bahwa kami tidak menyetujui perbuatan mereka. Ketika mereka tetap membangkang dan tidak menerima peringatan, Allah berfirman, ‘Maka ketika mereka melampaui batas dari apa yang telah dilarang, Kami katakan kepada mereka, ‘Jadilah kalian kera yang hina.’’(15) Maka kelompok yang mengingkari pun pindah ke desa terdekat, dan berkata, ‘Kami tidak ingin ikut tertimpa azab Allah saat berada di tengah mereka.’ Malam itu, Allah mengubah semua pelanggar menjadi kera. Pintu kota tetap tertutup, tidak ada yang keluar atau masuk. Orang-orang dari desa sekitar pun datang dan melihat dari atas tembok kota, ternyata seluruh penduduk telah menjadi kera, saling berkerumun, namun masih dikenali wajah-wajah dan kerabat mereka. Mereka berkata, ‘Bukankah kamu si fulan?’ Maka kera itu mengangguk dan menangis. Mereka hidup selama tiga hari, lalu Allah mengirim hujan dan angin yang menyeret mereka ke laut, dan tidak ada satu pun yang tersisa setelah tiga hari. Adapun makhluk yang kalian lihat sekarang dalam rupa-rupa tersebut, hanyalah kemiripan semata, bukan makhluk itu sendiri dan bukan pula dari keturunannya.”(16)
Makhluk-makhluk yang Berasal dari Hasil Perubahan Bentuk (Masukh) di Darat dan di Laut serta Nama-namanya:
Diriwayatkan dari Kalbi Nassabah, dia berkata,
سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللهِ-أَيْ الْإِمَامَ جَعْفرِ بْنِ مُحَمَّدٍ الصَّادِقُ (عَلَيْهِ السَّلاَمُ)-عَنِ الْجِرِّيِّ؟ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ مَسَخَ طَائِفَةً مِنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ، فَمَا أَخَذَ مِنْهُمُ الْبَحْرَ فَهُوَ الْجِرِّيُّ، وَ الزِّمِّيْرُ، وَ الْمَارْمَاهِيْ، وَ مَا سِوَى ذَلِكَ، وَ مَا أَخَذَ مِنْهُمُ الْبَرَّ فَالْقِرَدَةُ، وَ الْخَنَازِيرُ، وَ الْوَبْرُ، وَ الْوَرَلُ، وَ مَا سِوَى ذَلِكَ.
“Aku bertanya kepada Abu Abdullah (yaitu Imam Ja’far Shadiq bin Muhammad as) tentang ikan jirri, maka beliau berkata, ‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah merubah bentuk sekelompok dari Bani Israil. Apa yang diambil dari mereka oleh laut, maka itulah yang menjadi ikan jari, ikan zimmir, ikan marmahi, dan sejenisnya. Sedangkan yang diambil dari mereka di daratan adalah kera, babi, kelinci batu (al-wabr), biawak (al-warl), dan sejenisnya.’”(16)
Beberapa Jenis Makhluk yang Dimasukhkan:
Dari Imam Ali Ridha as, beliau berkata,
الْفِيلُ مَسْخٌ كَانَ مَلِكًا زَنَّاءً، وَ الذِّئْبُ مَسْخٌ كَانَ أَعْرَابِيًّا دَيُّوْثًا، وَ الْأَرْنَبُ مَسْخٌ كَانَتْ إِمْرَأَةً تَخُوْنُ زَوْجَهَا وَ لاَ تَغْتَسِلُ مِنْ حَيْضِهَا، وَ الْوَطْوَاطُ مَسْخٌ كَانَ يَسْرِقُ تُمُوْرَ النَّاسِ، وَ الْقِرَدَةُ وَ الْخَنَازِيْرُ قَوْمٌ مِنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اعْتَدَوْا فِيْ السَّبْتِ، وَ الْجِرِّيْثُ وَ الضَّبُّ فِرْقَةٌ مِنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ لَمْ يُؤْمِنُوْا حَيْثُ نَزَلَتِ الْمَائِدَةُ عَلَى عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ (عَلَيْهِ السَّلاَمُ) فَتَاهُوْا فَوَقَعَتْ فِرْقَةٌ فِيْ الْبَحْرِ وَ فِرْقَةٌ فِيْ الْبَرِّ، وَ الْفَأْرَةُ فَهِيَ الْفُوَيْسِقَةُ، وَ الْعَقْرَبُ كَانَ نَمَّامًا، وَ الدُّبُّ، وَ الزُّنْبُوْرُ كَانَتْ لَحَّامًا يَسْرِقُ فِيْ الْمِيْزَانِ، الطَّاوُسُ.
“Gajah adalah hasil masukh, dulunya adalah seorang raja pezina. Serigala adalah masukh, dulunya orang Arab Badui yang dayyuts (tidak memiliki rasa cemburu). Kelinci adalah masukh, dulunya adalah seorang wanita yang berselingkuh dan tidak mandi setelah haid. Kelelawar (watwat) adalah masukh, dulunya seorang pencuri kurma milik orang-orang.(17) Kera dan babi adalah suatu kaum dari Bani Israil yang melanggar larangan hari Sabat. Ikan jirri dan kadal gurun (ḍhabb) adalah kelompok dari Bani Israil yang tidak beriman ketika hidangan dari langit diturunkan kepada Nabi Isa as. Mereka kemudian disesatkan: sebagian menjadi makhluk laut dan sebagian lagi makhluk darat.(18) Tikus adalah “fuwaisiqah” (makhluk kecil perusak). Kalajengking dulunya adalah seorang pengadu domba. Beruang. Tawon (zunbur) dulunya adalah seorang tukang daging yang menipu dalam timbangan.(19) Burung merak (ṭhawus).”
Diriwayatkan dari Imam Ali Ridha as, beliau berkata,
الطَّاوُسُ مَسْخٌ، كَانَ رَجُلاً جَمِيْلاً فَكَابَرَ إِمْرَأَةَ رَجُلٍ مُؤْمِنٍ تُحِبُّهُ فَوَقَعَ بِهَا، ثُمَّ رَاسَلَتْهُ بَعْدُ فَمَسَخَهُمَا اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ طَاوُسَيْنِ أُنْثَى وَ ذَكَرًا وَ لاَ يُؤْكَلُ لَحْمُهُ وَ لَا بَيْضُه. الدَّبَا، وَ هُوَ الَّذِيْ يُسَمَّى الدَّبَا لَيْسَ لَهُ جَنَاحٌ يَطِيْرُ بِهِ إِلاَّ أَنَّهُ يَقْفِزُ قَفْزًا أَ يَحِلُّ أَكْلُهُ؟ قَالَ: لَا يَحِلُّ ذَلِكَ لِأَنَّهُ مَسْخٌ. الْمُهَرْجِلِ: وَ عَنِ الْمُهَرْجِلِ؟ قَالَ: لاَ يُؤْكَلُ لِأَنَّهُ مَسْخٌ لَيْسَ هُوَ مِنَ الْجَرَادِ، وَ الدُّعْمُوْصُ.
“Burung merak adalah makhluk yang telah dimasukh, dulunya adalah pria tampan yang menzinai istri lelaki mukmin yang mencintainya. Kemudian si wanita menghubunginya kembali dan Allah mengubah mereka berdua menjadi dua burung merak (jantan dan betina). Daging dan telurnya tidak boleh dimakan.(20) Dabba’ (sejenis serangga yang melompat). Tidak halal dimakan karena merupakan makhluk hasil perubahan bentuk.(21) Al-Muharjil: Ketika ditanya tentangnya, dijawab, “Tidak boleh dimakan karena ia adalah hasil masukh, dan bukan dari jenis belalang.(22) Al-Du’muṣ: Mirip kutu air, bentuk jamaknya du’amis, yaitu binatang kecil hitam yang hidup di air dan kotoran.(23) Laba-laba. Bintang Suhail. Bintang Zuhrah (Venus).”(24)
Syekh Shaduq berkata bahwa Suhail dan Zuhrah adalah dua makhluk laut yang mengelilingi dunia.(25)
Nyamuk: Serangga kecil, termasuk jenis kutu kecil. Kutu. Cicak (wazagh): Disebut juga dengan “sam abras”, lebih kecil dari kadal. Dikatakan bahwa ia meniupkan api kepada Nabi Ibrahim as. Burung anqa (burung aneh).(26)
Allamah Thuraihi (rahimahullah) menyebutkan dalam hadis bahwa tidak diperbolehkan memakan apa pun dari jenis makhluk hasil masukh. Disebutkan pula “naq’a’”—yang kemungkinan merupakan bentuk salah tulis dari “anqa”, yaitu burung aneh yang bertelur di pegunungan.(27)
Riwayat Lain Tentang Ciri-Ciri Makhluk yang Dimasukhkan:
Dari Ali bin Ja’far dari saudaranya Musa bin Ja’far as, beliau berkata,
الْمُسُوْخُ ثَلاَثَةَ عَشَرَ: الْفِيْلُ، وَ الدُّبُّ، وَ الْأَرْنَبُ، وَ الْعَقْرَبُ، وَ الضَّبُّ، وَ الْعَنْكَبُوْتُ وَ الدُّعْمُوْصُ، وَ الْجِرِّيُّ، وَ الْوَطْوَاطُ، وَ الْقِرْدُ، وَ الْخِنْزِيْرُ، وَ الزُّهَرَةُ، وَ سُهَيْلٌ. قِيْلَ: يَا ابْنَ رَسُوْلِ اللهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ)، مَا كَانَ سَبَبُ مَسْخِ هَؤُلاَءِ؟ قَالَ: أَمَّا الْفِيْلُ فَكَانَ رَجُلاً جَبَّارًا لُوْطِيًّا لاَ يَدَعُ رَطْبًا وَ لاَ يَابِسًا. وَ أَمَّا الدُّبُّ: فَكَانَ رَجُلاً مُؤَنَّثًا يَدْعُو الرِّجَالَ إِلَى نَفْسِهِ. وَ أَمَّا الْأَرْنَبُ: فَكَانَتِ امْرَأَةً قَذِرَةً لاَ تَغْتَسِلُ مِنْ حَيْضٍ وَ لاَ جَنَابَةٍ وَ لاَ غَيْرِ ذَلِكَ. وَ أَمَّا الْعَقْرَبُ: فَكَانَ رَجُلاً هَمَّازًا لاَ يَسْلَمُ مِنْهُ أَحَدٌ. وَ أَمَّا الضَّبُّ: فَكَانَ رَجُلاً أَعْرَابِيًّا يَسْرِقُ الْحَاجَّ بِمِحْجَنِهِ. وَ أَمَّا الْعَنْكَبُوْتُ: فَكَانَتِ امْرَأَةً سَحَرَتْ زَوْجَهَا. وَ أَمَّا الدُّعْمُوْصُ: فَكَانَ رَجُلاً نَمَّامًا يَقْطَعُ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ. وَ أَمَّا الْجِرِّيُّ: فَكَانَ رَجُلاً دَيُّوْثًا يَجْلِبُ الرِّجَالَ عَلَى حَلاَئِلِهِ. وَ أَمَّا الْوَطْوَاطُ: فَكَانَ رَجُلاً سَارِقًا يَسْرِقُ الرُّطَبَ عَلَى رُءُوْسِ النَّخْلِ. وَ أَمَّا الْقِرَدَةُ: فَالْيَهُوْدُ اعْتَدَوْا فِيْ السَّبْتِ. وَ أَمَّا الْخَنَازِيْرُ: فَالنَّصَارَى حِيْنَ سَأَلُوْا الْمَائِدَةَ فَكَانُوْا بَعْدَ نُزُوْلِهَا أَشَدَّ مَا كَانُوْا تَكْذِيْبًا. وَ أَمَّا سُهَيْلٌ: فَكَانَ رَجُلاً عَشَّارًا بِالْيَمَنِ. وَ أَمَّا الزُّهَرَةُ: فَإِنَّهَا كَانَتِ امْرَأَةً تُسَمَّى نَاهِيْدَ، وَ هِيَ الَّتِيْ يَقُوْلُ: النَّاسُ إِفْتَتَنَ بِهَا هَارُوْتُ وَ مَارُوْتُ.
“Makhluk hasil masukh itu ada tiga belas: gajah, beruang, kelinci, kalajengking, kadal gurun (ḍabb), laba-laba, kutu air (du’muṣ), ikan jari (jirri), kelelawar, kera, babi, Zuhrah, dan Suhail.” Ketika ditanya, “Wahai putra Rasulullah saw! Apa sebab makhluk-makhluk ini dimasukhkan?” Beliau menjawab,
- Gajah: Dulunya seorang penguasa homoseksual yang tidak meninggalkan apa pun kecuali dirusak.
- Beruang: Dulunya pria feminim yang mengajak pria lain untuk melakukan dosa dengannya.
- Kelinci: Wanita najis yang tidak mandi dari haid, janabah, atau lainnya.
- Kalajengking: Oria pengadu domba yang menyakiti semua orang.
- Kadal gurun (ḍhabb): Orang Arab Badui yang mencuri harta jamaah haji dengan tongkat kaitnya.
- Laba-laba: Wanita yang menyihir suaminya.
- Du’mūṣ (kutu air): Pria tukang adu domba yang memecah persaudaraan.
- Ikan jari (jirri): Laki-laki dayyuts yang membawa lelaki lain untuk mendekati istri-istrinya.
- Kelelawar: Pria pencuri yang mencuri kurma dari atas pohon.
- Kera: Orang-orang Yahudi yang melanggar larangan pada hari Sabat.
- Babi: Kaum Nasrani yang meminta hidangan dari langit, namun setelah turunnya mereka menjadi lebih kafir dari sebelumnya.
- Suhail: dulunya seorang penarik pajak di Yaman.
- Zuhrah: Dulunya seorang wanita bernama Nahid. Dikatakan bahwa Harut dan Marut jatuh cinta padanya.”
Riwayat Lain dari Muhammad bin Sulaiman Dailami dari Imam Ali Ridha as:
كَانَ الْخُفَّاشُ امْرَأَةً سَحَرَتْ ضَرَّةً لَهَا فَمَسَخَهَا اللَّهُ خُفَّاشًا. وَ إِنَّ الْفَأْرَ كَانَ سِبْطًا مِنَ الْيَهُوْدِ غَضِبَ اللهُ عَلَيْهِمْ فَمَسَخَهُمْ فَأْرًا. وَ إِنَّ الْبَعُوْضَ كَانَ رَجُلاً يَسْتَهْزِئُ بِالْأَنْبِيَاءِ وَ يَشْتِمُهُمْ وَ يَكْلَحُ فِيْ وُجُوْهِهِمْ وَ يُصَفِّقُ بِيَدَيْهِ فَمَسَخَهُ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ بَعُوْضًا. وَ إِنَّ الْقَمْلَةَ هِيَ مِنَ الْجَسَدِ، وَ إِنَّ نَبِيًّا كَانَ يُصَلِّيُ فَجَاءَهُ سَفِيْهٌ مِنْ سُفَهَاءِ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ فَجَعَلَ يَهْزَأُ بِهِ فَمَا بَرِحَ عَنْ مَكَانِهِ حَتَّى مَسَخَهُ اللهُ قَمْلَةً. وَ أَمَّا الْوَزَغُ فَكَانَ سِبْطًا مِنْ أَسْبَاطِ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ يَسُبُّوْنَ أَوْلاَدَ الْأَنْبِيَاءِ وَ يُبْغِضُوْنَهُمْ فَمَسَخَهُمُ اللهُ وَزَغًا. وَ أَمَّا الْعَنْقَاءُ فَمِنْ غَضَبِ اللهِ عَلَيْهِ مَسَخَهُ وَ جَعَلَهُ مَثُلَةُ، فَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ غَضَبِ اللهِ وَ نَقِمَتِهِ.
“Kelelawar: Dulunya adalah seorang wanita yang menyihir madunya (istri suami yang lain), lalu Allah mengubahnya menjadi kelelawar. Tikus: Adalah keturunan dari Bani Israil yang dimurkai oleh Allah lalu diubah menjadi tikus. Nyamuk: Dulunya adalah pria yang suka mengejek para nabi, menghina mereka, menyeringai di depan mereka, dan bertepuk tangan, lalu Allah mengubahnya menjadi nyamuk. Kutu: Berasal dari tubuh manusia. Seorang nabi pernah shalat, lalu datang orang bodoh dari Bani Israil dan mengejeknya, dan sebelum ia beranjak dari tempatnya, Allah telah mengubahnya menjadi kutu. Cicak (wazagh): Adalah keturunan dari Bani Israil yang mencaci anak-anak para nabi dan membenci mereka, lalu Allah mengubah mereka menjadi cicak. Burung anqa: Diubah karena kemurkaan Allah, dan dijadikan sebagai pelajaran (ibrah). Kami berlindung kepada Allah dari kemurkaan dan hukuman-Nya.”(28)
Catatan Kaki:
- Lihat Kitab al-’Ain, jil.4, hal.206, dan Lisan al-’Arab, jil.3, hal.55.
- QS. al-Baqarah [2]:65, hal.10.
- Al-Kafi, jil.6, hal.243.
- Al-Kafi, jil.6, hal.242.
- Wasail al-Syi’ah, jil.24, hal.102.
- Bihar al-Anwar, juz 14, hal.56.
- Wasail al-Syi’ah, jil.24, hal.108.
- Wasail al-Syi’ah, jil.24, hal.110.
- QS. Saba’ [34]:19, hal.430.
- Mustadrak al-Wasail, jil.12, hal.192.
- QS. al-A’raf [7]:163–166, hal.171.
- Bihar al-Anwar, juz 14, hal.55.
- QS. al-A’raf [7]:163, hal.171.
- QS. al-A’raf [7]:164, hal.172.
- QS. al-A’raf [7]:166, hal.172.
- Al-Kafi, jil.6, hal.221.
- Al-Waṭwaṭ: burung waṭwaṭ atau kelelawar, bentuk jamak: waṭawiṭ.
- Al-Jirrits: sejenis ikan yang menyerupai ular.
- Al-Kafi, jil.6, hal.246.
- Al-Kafi, jil.6, hal.247.
- Lihat: Tahdzib al-Aḥkam, jil.9, hal.82.
- Tahdzib al-Aḥkam, jil.9, hal.82.
- Majma’ al-Baḥrain, jil.4, hal.170.
- Lihat: Wasail al-Syi’ah, jil.24, hal.110.
- Wasail al-Syi’ah, jil.24, hal.110.
- Majma’ al-Baḥrain, jil.5, hal.18.
- Majma’ al-Baḥrain, jil.4, hal.398.
- Wasail al-Syi’ah, jil.24, hal.111.