Dalam rangka memperingati hari-hari Asyuro, Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta mengadakan Short Course dengan tema besar “Ispirasi Abadi Tragedi Karbala” sebanyak enam sesi yang diadakan selama dua hari di tanggal 26-27 Juli 2023, yang dilakukan secara daring (via Zoom dan Youtube live). Masing-masing sesi berlangsung selama satu jam yang terdiri dari 45 menit penyampainan materi oleh narasumber dan 15 menit sesi tanya jawab dan diskusi oleh peserta.
Sesi yang pertama dimulai pada jam 09.30-10.30 dini hari Rabu (26 juli 2023) yang dihadiri sebanyak 66 peserta di Zoom dan 23 penonton di Youtube live dengan menyajikan tema “Inspirasi Gerakan Sosial dalam Tragedi Karbala”, bersama dengan Ust. A.M. Shafwan selaku Direkrur Rausyan Fikr Institute yang dimoderatori oleh saudara M. Zain mahasiswa STAI Sadra yang tengah mengadakan kegiatan PPM di ICC saat itu. Dalam materinya narasumber mengatakan : “Tidak ada ‘logika material’ dalam gerakan Imam Husain semuanya dirancang atas dasar Cinta dan Keadilan, dan Pristiwa Asyuro tidak bisa dilihat dari struktur politik kerena Beliau—Imam Husain—tidak datang untuk memprovokasi dan mengambil kekuasaan, Beliau datang hanya untuk menyampaikan bahwa tidak boleh ada penguasa zalim”. Dalam menjawab pertanyaan, narasumber menyampaikan : “Inspirasi-inspirasi gerakan sosial Imam Husain pada prinsipnya bertumpu pada kekutan masyarakat bukan pada kekuasaan”.
Sesi kedua dilakukan pada jam 13.00-14.00 di hari yang sama dengan tema “Dimensi Filosofis Gerakan Imam Husain” bersama Ust. Muh. Rusli Malik selaku Pengasuh Rumah Kajian Al-quran al-Barru (RKAB) dengan Siti Asiyah mahasiswi STAI Sadra selaku moderator yang tengah mengadakan kegiatan PPM di ICC saat itu. Pada sesi kali ini peserta yang hadir lebih dari 40 peserta. Ust. Rusli Malik pun mengawali materinya dengan mengatakan : “Setiap orang berjumpa dengan bulan Muharram, tapi tidak semua orang menyadari ada peristiwa penting yang berkaitan dengan kemanusian”. Lanjutnya “Filsafat sejatinya merupakan gerakan intelektual progresif dari ketidaktahuan menuju pengetahuan, dari kebatilan menuju kebenaran. Dan dalam sosial menjadi gerakan perlawanan terhadap kezaliman demi menegakkan keadilan” Diakhir materinya Ust. Rusli menyimpulkan inti tema “Dimensi Filosofis Gerakan Imam Husain dengan menegaskan bahwa : “Asyuro adalah gerakan filsafat kemanusiaan yang paling asasi”.
Sesi ketiga dilakukan saat sore hari yang sama pada pukul 16.00-17.00 yang dihadiri lebih dari 40 peserta. Sesi ketiga ini mengangkat tema “Dimensi Pendidikan dalam Tragedi Karbala” bersama dengan Ust. Dr. Syafinuddin Al-Mandari, M.S.i selaku kepala riset ICC Jakarta yang dimoderatori oleh saudari Habibah mahasiswi STAI Sadra yang tengah mengadakan kegiatan PPM di ICC saat itu. Narasumber memulai materimya dengan menjelaskan pengertian pendidikan bahwa : “Pada intinya pendidikan adalah sebuah proses kearah yang lebih sempurna”. Tegasnya kembali “Segala sesuatu yang menuju tahap-tahap kesempurnaan dan diupayakan untuk mencapai kesempurnaan tertentu, itulah Pemdidikan. Akan tetapi, semuanya harus dilaksanakan secara sadar dan terencana dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan”. Ujar narasumber. Ketika menjelaskan tentang peristiwa sejarah narasumber mengatakan “ketika satu pristiwa sejarah itu dapat di rekonstruksi pada era-era selanjutnya maka ia memiliki dimensi pendidikan, dan ia memberikan inspirasi untuk membangun era-era berikutnya. Adapun pristiwa karbala adalah sebuah pristiwa sejarah yang mengandung dimensi pendidikan karena dapat menginspirasi tokoh-tokoh untuk nerekonstruksi perlawanan di era-era selanjutnya seperti Imam Khomeini dengan Revolusi Islam Iran”.
Sesi keempat dimulai di jam 09.30-10.30 dini hari Kamis (27 Juli 2023) yang dihadiri 42 peserta di Zoom dengan sebuah tema “Dimensi Sosiologis Tragedi Asyuro” bersama dengan Ust. Dr. Muh. Ashar, ST, M. Si selaku Pembina Pusat Studi Filsafat dan Ilmu Sosial LENTERA Makassar yang dimoderatori oleh saudari Habibah mahasiswi STAI Sadra. Narasumber memulai materinya dengan pembahasan dimensi ke-syahid-an dari sudut pandang Sosiologi. Dari sudut pandang sosiologi “Kesyahidan itu sebagai ‘bunuh diri altruistik’ yaitu sebuah prosess untuk menyerahkan jiwa didasarkan pada tujuan dan misi yang agung, yang dalam Islam telah dicontohkan oleh Imam Husain dalam pristiwa Karbala. Imam Husain mengobarkan revolusi untuk tujuan dan misi yang ideal dan paling tinggi yaitu untuk memurnikan ajaran kakeknya yang telah ternodai”. Karenanya, “Tentukanlah cita-cita bagaimana anda mati maka arah kehidupan akan sesuai dengan cita-cita kematian yang anda pilih. Kematianlah yangg mengarahkan Kehidupan bukan hidup yang mengarahkan kematian” tegas narasumber dalam materinya.
Sesi kelima dilakukan pada jam 11.00-12.00 dihari yang sama yang dihadiri 43 peserta di Zoom dengan tema “Membangun Kebudayaan Baru: Inspirasi Antropologis Tragedi Asyuro” bersama dengan Ust. Drs. Ahmad Hidayat selaku Ketua Harian Ahlulbait Indonesia yang dimoderatori oleh saudara M. Zain mahasiswa STAI Sadra. Materi dimulai dengan narasumber menjelaskan tentang pelajaran penting dan pesan-pesan yang tersimpan dalam peristiwa Asyuro yang berkaitan dengan posisi agama dalam kehidupan umat manusia untuk membangun peradaban menggunakan sistem nilai budaya. “Lapisan terdalam di seluruh tatanan kehidupan manusia secara antropilogis adalah sistem nilai, dan perjalan Imam Husain banyak menyimpan pelajaran dan nilai-nilai yang akan menjadi modal dalam membimbing umat manusia untuk memahami perspektif kehidupan bagi keselamatan umat manusia sesuai dengan kehendak Allah yang menciptakan dengan dasar-dasar keselamatan dan kembali pada-Nya dalam keadaan selamat” terang narasumber.
Sesi keenam dilakukan pada sore hari Kamis pada jam 16.00-17.00 dengan tema penutup “Aspek Rohani dalam Tragedi Karbala” bersama dengan Ust. Abdullah Beik, M.A selaku Dosen Filsafat di STAI Sadra, yang dimoderatori oleh Ibu Widya Chandra selaku Kepala Perpustakaan ICC Jakarta. Dalam materinya narasumber menjelaskan ada beberapa makna Spritual seperti hal yang berhubungan dengan jiwa yang abstrak, dimensi rasional (akal), ajaran-ajaran agama, nilai-nilai akhlak, dan akhirat yang semua itu ada dalam diri Imam Huasin. “Kebangkitan Imam Husain tidak hanya memiliki dimensi emosional tetapi terdapat dimensi rasional, spritual, dan kepahlawanan” kesimpulan narasumber atas materinya. (Siti Aisyah, Muhammad Zain, Habibah)