Pada Minggu (14/4) malam, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggelar sidang darurat untuk membahas serangan Iran terhadap rezim Zionis, yang memunculkan ketegangan antara negara-negara pendukung Iran dan blok Barat yang mendukung rezim Zionis. Sidang tersebut dihadiri oleh perwakilan rezim Zionis, Iran, dan Suriah, menjadi ajang konfrontasi antara kedua kubu tersebut.
Amir Saeed Iravani, Duta Besar Iran untuk PBB, menegaskan hak Iran untuk menanggapi rezim Zionis namun mengkritik keras Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis karena menutup mata terhadap serangan teroris Israel di kedutaan Iran di Damaskus pada 1 April yang menewaskan tujuh orang, termasuk seorang penasihat militer senior Iran. Iravani mengecam kegagalan Dewan Keamanan dalam menanggapi serangan tersebut serta dukungan Barat terhadap rezim Zionis.
Dalam sidang tersebut, kritik terhadap tindakan sepihak negara-negara Barat dalam mendukung rezim Zionis menjadi sorotan utama. Duta Besar Rusia, Vasily Nebenzya, menegaskan bahwa Barat menolak untuk mengutuk serangan Israel terhadap konsulat Iran di Suriah pada 1 April, namun cepat mengutuk Iran atas serangannya terhadap rezim Zionis. Sikap ganda Barat ini disebut sebagai “kemunafikan” oleh Nebenzya.
Meskipun serangan Iran dipandang sebagai respons terhadap agresi rezim Zionis, negara-negara Barat dengan cepat mengutuk Iran dan mengabaikan serangan terhadap kedutaan Iran di Suriah. Ini memicu reaksi keras dari perwakilan Rusia dan Cina, yang menekankan pentingnya memperlakukan semua negara secara setara berdasarkan hukum internasional.
Perwakilan Amerika Serikat dan sekutunya mengecam Iran dan meminta Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan terhadap Iran. Di sisi lain, Suriah dan beberapa negara lainnya menyatakan dukungan terhadap hak Iran untuk bertindak sebagai respons terhadap agresi rezim Zionis.
Sidang ini mengungkapkan ketegangan antara dua pendekatan internasional yang saling bertentangan: pendekatan yang memperlakukan semua negara secara setara dan berdasarkan hukum internasional, versus pendekatan selektif dan tidak adil yang didasarkan pada standar ganda. Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutunya, selalu mendukung rezim Zionis sementara mengecam Iran, sementara negara lain cenderung menilai tindakan Iran sebagai respons terhadap agresi yang terjadi di kawasan tersebut.
Dalam konteks ini, serangan udara rezim Zionis terhadap kedutaan Iran di Damaskus menunjukkan pelanggaran hukum internasional tentang kekebalan tempat diplomatik dan konsuler.
is**
Pada Minggu (14/4) malam, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggelar sidang darurat untuk membahas serangan Iran terhadap rezim Zionis, yang memunculkan ketegangan antara negara-negara pendukung Iran dan blok Barat yang mendukung rezim Zionis. Sidang tersebut dihadiri oleh perwakilan rezim Zionis, Iran, dan Suriah, menjadi ajang konfrontasi antara kedua kubu tersebut.
Amir Saeed Iravani, Duta Besar Iran untuk PBB, menegaskan hak Iran untuk menanggapi rezim Zionis namun mengkritik keras Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis karena menutup mata terhadap serangan teroris Israel di kedutaan Iran di Damaskus pada 1 April yang menewaskan tujuh orang, termasuk seorang penasihat militer senior Iran. Iravani mengecam kegagalan Dewan Keamanan dalam menanggapi serangan tersebut serta dukungan Barat terhadap rezim Zionis.
Dalam sidang tersebut, kritik terhadap tindakan sepihak negara-negara Barat dalam mendukung rezim Zionis menjadi sorotan utama. Duta Besar Rusia, Vasily Nebenzya, menegaskan bahwa Barat menolak untuk mengutuk serangan Israel terhadap konsulat Iran di Suriah pada 1 April, namun cepat mengutuk Iran atas serangannya terhadap rezim Zionis. Sikap ganda Barat ini disebut sebagai “kemunafikan” oleh Nebenzya.
Meskipun serangan Iran dipandang sebagai respons terhadap agresi rezim Zionis, negara-negara Barat dengan cepat mengutuk Iran dan mengabaikan serangan terhadap kedutaan Iran di Suriah. Ini memicu reaksi keras dari perwakilan Rusia dan Cina, yang menekankan pentingnya memperlakukan semua negara secara setara berdasarkan hukum internasional.
Perwakilan Amerika Serikat dan sekutunya mengecam Iran dan meminta Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan terhadap Iran. Di sisi lain, Suriah dan beberapa negara lainnya menyatakan dukungan terhadap hak Iran untuk bertindak sebagai respons terhadap agresi rezim Zionis.
Sidang ini mengungkapkan ketegangan antara dua pendekatan internasional yang saling bertentangan: pendekatan yang memperlakukan semua negara secara setara dan berdasarkan hukum internasional, versus pendekatan selektif dan tidak adil yang didasarkan pada standar ganda. Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutunya, selalu mendukung rezim Zionis sementara mengecam Iran, sementara negara lain cenderung menilai tindakan Iran sebagai respons terhadap agresi yang terjadi di kawasan tersebut.
Dalam konteks ini, serangan udara rezim Zionis terhadap kedutaan Iran di Damaskus menunjukkan pelanggaran hukum internasional tentang kekebalan tempat diplomatik dan konsuler.