Oleh: Syekh Abdullah al-Yusuf
Alquran memuji akhlak Nabi kita Muhammad saw dengan firman-Nya, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(1)
Dan Allah Swt berfirman, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Maka maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal.”(2)
Nabi kita Muhammad saw adalah sekolah akhlak yang sempurna dan menyeluruh. Bahkan para musuh sebelum para sahabat, dan non-muslim sebelum mereka menjadi muslim, telah bersaksi akan keagungan akhlak beliau saw.
Beliau saw adalah teladan tertinggi dalam berkomitmen terhadap akhlak, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Akhlak beliau saw memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menarik banyak orang kepada Islam.
Sebagaimana dikatakan, Islam berdiri di atas tiga pilar: Akhlak Muhammad, Pedang Ali, dan Harta Khadijah.
Di zaman sekarang ini, di mana materialisme telah menguasai hampir segala sesuatu, kita sangat membutuhkan untuk menghiasi diri dengan akhlak mulia, adab yang baik, dan perilaku yang lurus.
Sangat disayangkan, kita melihat sebagian orang tidak berkomitmen terhadap akhlak apa pun, tidak menghiasi diri dengan kebajikan apa pun, dan tidak memiliki nilai-nilai kemanusiaan apa pun; namun mereka tetap menganggap diri sebagai pengikut ajaran Rasulullah saw.
Yang lebih menyedihkan lagi, sebagian orang bahkan menganggap akhlak buruk sebagai tanda kekuatan kepribadian, padahal kenyataannya justru itu tanda kelemahan kepribadian. Sebab, para tokoh besar sepanjang sejarah dikenal dengan akhlak yang baik, perbuatan yang terpuji, dan sifat-sifat yang indah.
Kebutuhan Akan Akhlak
Kebutuhan manusia untuk berakhlak berasal dari kenyataan bahwa kemanusiaannya hanya bisa terwujud dengan komitmennya terhadap keutamaan dan kemuliaan akhlak. Ketika seseorang meninggalkan akhlak yang mulia, maka dia kehilangan kemanusiaannya; karena tidak ada arti dari kemanusiaan tanpa komitmen terhadap standar dan nilai-nilai moral.
Karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya menghiasi diri dengan akhlak yang baik. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Dan beliau saw juga bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak akan bisa menjangkau semua manusia dengan harta kalian, maka jangkau mereka dengan akhlak kalian.”
Beliau juga bersabda, “Orang yang paling dekat denganku besok (di akhirat) adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian dan yang paling dekat dengan manusia.”
Beliau bersabda pula, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan amal selain akhlak yang baik.”
Ketika Rasulullah saw ditanya mengenai hal apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.”
Rasulullah saw telah memberikan contoh terbaik dalam akhlaknya yang luhur dan pengamalan terhadap kemuliaan akhlak, sehingga bahkan orang-orang yang paling memusuhinya pun tertarik dan terpengaruh oleh akhlaknya; dan sirah (perjalanan hidup) beliau yang harum inilah yang berperan besar dalam masuknya banyak orang ke dalam Islam.
Mari Kita Teladani Akhlak Nabi saw
Marilah kita belajar dari Nabi kita saw tentang kemuliaan akhlak dan meneladani sirahnya yang penuh berkah, sebagaimana firman Allah Swt, “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”(3&4)(SM)
Catatan Kaki:
- al-Qalam [68]:4, hal.564.
- Ali Imran [3]:159, hal.71.
- al-Ahzab [33]:21, hal.420.
- Syekh Abdullah al-Yusuf – 12 November 2010 – Pukul 19:57