ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

VISI ALQURAN DALAM BERINTERAKSI DENGAN SELAINNYA

by Syafrudin mbojo
September 8, 2025
in Alquran
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Syekh Nimir Baqir al-Nimr

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dan semoga salawat tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarga sucinya.

Alquran adalah kumpulan sunah (aturan), panduan, petunjuk, dan visi serta rahmat bagi alam semesta dan manusia. Tidak ada satu pun perkara yang berkaitan dengan alam atau manusia kecuali Alquran telah memberikan sunah atau panduan yang menetapkan cara terbaik untuk berinteraksi secara benar dan berperilaku baik terhadapnya. Salah satu hal terpenting yang dibahas dan dirinci secara mendalam oleh Alquran adalah cara menyikapi orang lain—terutama mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah secara keseluruhan—agar visi ini menjadi jelas, dan tidak ada ruang bagi siapapun untuk menolak atau menafsirkan secara keliru.

 

Corak Umum (Prinsip dan Dasar)

Pertama-tama, Alquran menjelaskan corak umum dan teori dasar dalam berinteraksi dengan orang lain dengan menegaskan bahwa rahmat (kasih sayang) adalah warna dasar, tujuan awal dan akhir dari interaksi ini. Rahmat adalah prinsip dasar dan corak umum dalam teori interaksi dengan orang lain. Alquran menegaskan prinsip ini melalui beberapa hal berikut:

  1. Rahmat sebagai tujuan utama penciptaan manusia dan keberadaannya di dunia serta akhirat. Allah Swt berfirman, “Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Dia menciptakan mereka…”(1)
  2. Interaksi Allah dengan makhluk-Nya adalah interaksi yang penuh kelembutan dan kasih sayang—baik kekayaan maupun kemiskinan, kehidupan maupun kematian, semuanya adalah rahmat bagi manusia, “… Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”(2); “Salam sejahtera atas kalian; Tuhan kalian telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang…”(3); “Ya Tuhan kami! Engkau telah meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu…”(4); “… Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu…”(5)
  3. Penurunan kitab-kitab suci bertujuan menjelaskan hukum-hukum dan sistem-sistem yang membimbing umat manusia, sebagai pengganti dari kebingungan dan kekacauan, “… Sebagai panduan bagi manusia dan petunjuk serta rahmat agar mereka dapat mengambil Pelajaran.”(6)
  4. Pengutusan para nabi dan rasul as sebagai pemimpin dan pembimbing seluruh umat manusia, dengan tujuan, “Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) melainkan kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan…”(7)

Para nabi as diutus untuk menegakkan keadilan, mencabut kezaliman, dan mengajak umat manusia untuk menyembah Allah semata. Nabi terakhir, Muhammad saw, diutus kepada seluruh umat manusia untuk membawa mereka menuju kehidupan sejati dan kebahagiaan abadi di surga, sebagai rahmat dari Allah—bahkan peringatan terhadap neraka pun merupakan bentuk kasih sayang, “Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.”(8)

  1. Pemberian nikmat dari Allah bersifat umum dan meliputi semua orang, bahkan para pendosa paling keras, “Kami memberi kepada yang ini dan yang itu dari karunia Tuhanmu. Dan karunia Tuhanmu tidak terbatas.”(9)

Allah adalah pemberi kehidupan dan segala sesuatu yang dibutuhkan kehidupan, baik besar maupun kecil. Dialah yang memberikan akal dan kekuatan kepada seluruh makhluk.

  1. Bahkan hukuman dan pencabutan para penguasa zalim pun merupakan bentuk rahmat bagi umat manusia, “Dan sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang”(10); “Laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan mereka, dan sebagai hukuman dari Allah. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(11)

 

Mekanisme Interaksi

Keabsahan metode interaksi diambil dari corak umum yang penuh rahmat tersebut. Dari sinilah juga metode interaksi menyerap prinsip dan pilarnya, “Apakah orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya lebih baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunan itu runtuh bersamanya ke dalam api neraka? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(12)

Metode Qurani dalam menyikapi orang lain dipenuhi dengan rahmat Ilahi. Ia menggabungkan antara akal dan emosi, antara dorongan dan peringatan, antara keterbukaan dan penolakan, antara kesepakatan dan perbedaan. Oleh karena itu, Alquran menjelaskan pendekatan-pendekatan penuh rahmat dalam berinteraksi dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai bagian dari akidah yang tidak terpisahkan. Di antara metode tersebut adalah:

  1. Dialog dan debat dengan cara yang terbaik. Ini adalah bahasa komunikasi yang diutamakan, karena Alquran mengandalkan kekuatan pemikiran, bukan pemaksaan kekuatan. Alquran mengandalkan pemikiran yang membawa bukti dan argumentasi, selaras dengan akal, sejalan dengan fitrah, dan memenuhi kebutuhan serta harapan manusia yang baik, “Katakanlah, ‘Inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan keyakinan penuh (bushra/pemahaman), aku dan orang-orang yang mengikutiku…’”(13); “Katakanlah, ‘Tunjukkanlah bukti kalian…’”(14); Oleh karena itu, Alquran dipenuhi dengan dialog dan perdebatan antara para nabi as dan kaum mereka yang menolak kebenaran dan tenggelam dalam kebatilan, “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik…”(15); “Dan janganlah kalian berdebat dengan Ahlulkitab kecuali dengan cara yang paling baik…”(16)
  2. Fokus pada titik temu dan menjadikannya sebagai poros hubungan, “Katakanlah, ‘Wahai Ahlulkitab! Marilah kepada satu kata yang sama antara kami dan kalian, bahwa kita tidak menyembah selain Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan tidak menjadikan sebagian kita sebagai tuhan selain Allah…’”(18); “… Dan katakanlah: Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kalian. Tuhan kami dan Tuhan kalian adalah satu, dan kami tunduk kepada-Nya.”(19)

Persamaan antar manusia sangat banyak dan tidak terhitung, dan hal-hal ini mampu mengatasi perpecahan dan menyatukan umat manusia jika dijadikan dasar hubungan. Sebaliknya, fokus pada perbedaan hanya akan memecah belah dan merusak hubungan antar hati manusia.

  1. Menjaga perasaan kemanusiaan dengan tidak memancing emosi orang lain, “Dan janganlah kalian mencaci maki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan mencaci Allah dengan permusuhan tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami hiasi bagi setiap umat perbuatan mereka. Kemudian kepada Tuhan mereka tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”(20)
  2. Berlaku lembut dan bersikap simpatik terhadap pihak lain bisa menjadi jalan bagi mereka untuk mencari kebenaran, melepaskan kesesatan, dan meninggalkan kebatilan, sebagaimana firman Allah, “… Dan sesungguhnya kami atau kamu (pasti) berada di atas petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata.”(21)

Dalam ayat ini, pihak lain tidak secara langsung dituduh berada dalam kesesatan agar tidak menimbulkan sikap keras kepala atau penolakan dari mereka.

  1. Meredam api fitnah dan mengeringkan sumber ketegangan, dilakukan dengan mengabaikan orang-orang bodoh dan musyrik, serta menahan diri dari membalas perbuatan mereka. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan rasa takut dan menampakkan rasa aman dan damai kepada mereka, “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak berguna, mereka berpaling darinya dan berkata, ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Salam sejahtera atas kalian, kami tidak ingin berurusan dengan orang-orang bodoh’”(22); “…dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka, mereka mengatakan, ‘Salam’” (23); “Jadilah pemaaf, perintahkan yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh”(24); “Ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”(25)
  2. Menyebarkan semangat positif dan pendekatan yang positif terhadap pihak lain, termasuk pandangan yang optimis, dan inisiatif yang baik. Semua itu dapat memindahkan seseorang dari permusuhan dan kesesatan menuju kepada kebenaran dan kasih sayang, karena kebaikan dapat menaklukkan hati, “Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik…”(27); “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan, akan menjadi seperti teman yang setia”(28); “Dan orang-orang yang bersabar karena mengharap wajah Tuhan mereka, dan mereka mendirikan salat, menafkahkan dari apa yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi maupun terang-terangan, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, bagi mereka balasan yang baik (surga)”(29); “Mereka itu akan diberi pahala dua kali karena kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”(30)
  3. Mengedepankan prinsip kebebasan dan pilihan, tanpa ada paksaan, tekanan, atau teror, “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat…”(31); “Katakanlah, ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhan kalian. Maka siapa yang mau beriman, hendaklah dia beriman. Dan siapa yang mau kafir, hendaklah dia kafir…’”(32)
  4. Seruan menuju perdamaian yang menyeluruh, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia adalah musuh yang nyata bagi kalian”(33); “Jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah (pula) kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”(34); Namun perdamaian itu tidak berarti menunjukkan kelemahan atau ketakutan, “Maka janganlah kalian menjadi lemah dan mengajak kepada perdamaian padahal kalianlah yang lebih tinggi, dan Allah bersama kalian dan Dia tidak akan mengurangi (pahala) amal-amal kalian.”( 35)
  5. Pandangan yang beragam terhadap pihak lain, yang menuntut adanya pendekatan dan perlakuan yang berbeda-beda. Karena pihak lain tidak semuanya sama, “Tidaklah sama mereka dari Ahlulkitab. Di antara mereka ada golongan yang lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah di waktu malam sedang mereka bersujud”(36); “Di antara Ahlulkitab ada orang yang jika kamu percayai dengan satu qinthar, dia akan mengembalikannya kepadamu, dan ada pula yang jika kamu percayai dengan satu dinar saja, tidak akan mengembalikannya kecuali jika kamu terus mengejarnya”(37); “Pasti kamu akan mendapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan pasti kamu akan mendapati yang paling dekat kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani…’”(38); Setiap kelompok dari pihak lain menentukan cara perlakuan yang tepat terhadap mereka, sebagaimana firman Allah, “Maka jika mereka menjauh dari kalian, tidak memerangi kalian, dan mengajukan perdamaian, maka Allah tidak memberi jalan bagi kalian (untuk memerangi mereka)”(39); “Namun jika mereka tidak menjauh dari kalian, tidak mengajukan perdamaian, dan tidak menahan tangan mereka, maka tangkaplah mereka dan bunuhlah mereka di mana saja kalian menemui mereka…”(40)
  6. Perang terbuka terhadap pihak lain yang melanggar perjanjian, menyerang umat Islam, atau memprovokasi permusuhan, “Dan sekelompok dari Ahlulkitab berkata, ‘Berimanlah kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang yang beriman pada permulaan siang, dan kafirlah pada akhirnya, supaya mereka kembali (kepada kekafiran)’”(41); “Di antara mereka ada golongan yang memutar-mutar lidahnya terhadap kitab (Taurat), agar kamu menyangka bahwa itu berasal dari kitab padahal itu bukan dari kitab…”(42); “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian mengambil teman dekat dari luar kalangan kalian…”(43); “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan yang kalian mampu dan dari kuda-kuda yang ditambat, agar kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian…”(44); “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah adalah orang-orang yang kafir, karena mereka tidak beriman”(45); “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, dan jangan melampaui batas; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(46)
  7. Keadilan menyeluruh terhadap semua pihak, dari yang paling dekat dengan ajaran Islam hingga yang paling memusuhinya. Karena keadilan adalah nilai tertinggi dari langit dan tujuan utama seluruh nilai-nilai lainnya,

“Diperbolehkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena mereka dizalimi, dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa untuk menolong mereka”(47); “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari pasukan berkuda yang ditambat untuk berperang… Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(48)

  1. Berbuat baik kepada orang lain yang tidak memerangi kaum mukmin. Sesungguhnya perbuatan baik dan beramal saleh tidak hanya terbatas kepada sesama mukmin saja, melainkan kita harus berbuat baik kepada setiap manusia yang mencintai perdamaian dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan menjaga kedamaian, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(49&50)

Referensi Ayat-ayat Alquran:

  1. Hud [11]:119, hal.235.
  2. al-Hajj [22]:65, hal.340.
  3. al-An’am [6]:54, hal.134.
  4. Ghafir [40]:7, hal.467.
  5. al-A’raf [7]:156, hal.170.
  6. al-Qashash [28]:43, hal.390.
  7. Saba’ [34]:28, hal.431.
  8. al-Anbiya’ [21]:107, hal.331.
  9. al-Isra’ [17]:20, hal.284.
  10. al-Syu’ara [26]:9, hal.367.
  11. al-Maidah [5]:38, hal.114.
  12. al-Taubah [9]:109, hal.204.
  13. Yusuf [12]:108, hal.248.
  14. al-Baqarah [2]:111, hal.17.
  15. al-Nahl [16]:125, hal.281.
  16. al-Ankabut [29]:46, hal.402.
  17. Ali Imran [3]:64, hal.58.
  18. al-An’am [6]:108, hal.141.
  19. Saba’ [34]:24, hal.431.
  20. al-Qashash [28]:55, hal.392.
  21. al-Furqan [25]:63, hal.365.
  22. al-A’raf [7]:199, hal.176.
  23. al-An’am [6]:106, hal.141.
  24. al-Mukminun [23]:96, hal.348.
  25. Fushshilat [41]:34, hal.480.
  26. al-Ra’d [13]:22, hal.252.
  27. al-Qashash [28]:54, hal.392.
  28. al-Baqarah [2]:256, hal.42.
  29. al-Kahfi [18]:29, hal.297.
  30. al-Baqarah [2]:208, hal.32.
  31. al-Anfal [8]:61-62, hal.184.
  32. Muhammad [47]:35, hal.510.
  33. Ali Imran [3]:113-114, hal.64.
  34. Ali Imran [3]:75, hal.59.
  35. al-Maidah [5]:82, hal.121.
  36. al-Nisa’ [4]:90, hal.92.
  37. al-Nisa’ [4]:91, hal.92.
  38. Ali Imran [3]:72-73, hal.59.
  39. Ali Imran [3]:78, hal.60.
  40. Ali Imran [3]:118-119, hal.65.
  41. al-Anfal [8]:60, hal.184.
  42. al-Anfal [8]:55-58, hal.184.
  43. al-Baqarah [2]:190-193, hal.29.
  44. al-Maidah [5]:8, hal.108.
  45. al-Baqarah [2]:193, hal.30.
  46. al-Baqarah [2]:194, hal.30.
  47. al-Hajj [22]:39, hal.337.
  48. al-Anfal [8]:61, hal.184.
  49. al-Mumtahanah [60]:8, hal.550.
  50. Studi yang diajukan untuk Konferensi Alquran yang diselenggarakan oleh Muktamar Alquran di Husainiyah al-Rumaih, Qatif (Kota Saihat), pada tanggal 17-18 Zulhijah 1425 H. Dikutip dari situs resmi Syekh Nimr al-Nimr.
Syafrudin mbojo

Syafrudin mbojo

Related Posts

APAKAH ALQURAN MEMILIKI SUMBER?
Alquran

APAKAH ALQURAN MEMILIKI SUMBER?

September 7, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Hadi Ma’rifat Ini adalah pertanyaan yang diangkat oleh para orientalis asing, tetapi sebenarnya adalah gema dari perkataan...

ALQURAN DAN KEBOLEHAN BERZIARAH KE MAKAM KAUM MUKMIN
Alquran

ALQURAN DAN KEBOLEHAN BERZIARAH KE MAKAM KAUM MUKMIN

September 4, 2025

Oleh: Syekh Nashir Makarim Syirazi Teks Syubhat: Apakah dalam Alquran terdapat ayat yang menunjukkan kebolehan ziarah ke makam orang-orang beriman?...

ALQURAN DAN HUKUM KAUSALITAS
Alquran

ALQURAN DAN HUKUM KAUSALITAS

August 27, 2025

Oleh: Syekh Hatim Ismail Alquran mulia telah menggunakan berbagai jenis argumentasi yang membuktikan keberadaan Allah Ta’ala. Meskipun bentuk-bentuk argumentasi tersebut...

METODOLOGI PENGAJARAN ALQURAN
Alquran

METODOLOGI PENGAJARAN ALQURAN

August 25, 2025

Oleh: Sayid Muhammad Husain Thabathaba’i Alquran adalah Kitab Universal Alquran tidak membatasi topik-topiknya hanya untuk satu bangsa tertentu, seperti bangsa...

TAFSIR TARTIBI: ALQURAN DAN KEUTAMAAN ALHLULBAIT AS
Alquran

ALQURAN DAN KEUTAMAAN-KEUTAMAAN AHLULBAIT AS

August 20, 2025

Pengantar Penulis Nabi yang mulia saw telah pergi menemui Tuhannya Azza wa Jalla dengan meninggalkan dua buah pusaka terbesar untuk...

Alquran

Mencapai Kesempurnaan Ruhani: Poin-Poin Utama Ceramah Dr. Umar Shahab di Kajian Gebyar Ramadan 1446 H

March 5, 2025

Dalam ceramahnya pada Kajian Gebyar Ramadan 1446 H Episode 4 di Islamic Cultural Center Jakarta (ICC), Ustadz Dr. Umar Shahab...

Next Post
Hamzah Fansuri: Pelopor Tasawuf Wujudiyah di Nusantara dan Pengaruhnya Hingga Kini

Hamzah Fansuri: Pelopor Tasawuf Wujudiyah di Nusantara dan Pengaruhnya Hingga Kini

Nabi Muhammad SAW: Pemuda Terpuji, Utusan Terakhir, dan Teladan Sepanjang Zaman

Nabi Muhammad SAW: Pemuda Terpuji, Utusan Terakhir, dan Teladan Sepanjang Zaman

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist