ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Habib Luthfi dan Maulid Kebangsaan

by admin
January 10, 2017
in Opini
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Ja’far Husain al-Hadar 

Ada yang menarik jika kita menyelami latar belakang dan konsep perayaan Maulid Nabi yang diselenggarakan Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Sejak awal, Habib Luthfi menyelami Maulid Nabi secara historis, bukan hanya religius. Oleh karena itu, sebagaimana ditulis Ahmad Tsauri dalam Sejarah Maulid Nabi, perayaan Maulid Nabi ala Habib Luthfi merupakan rangkaian sejarah yang jejaknya bisa ditarik hingga pertama kali ia diperingati, yakni di era kekuasaan Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah.

Dalam catatan Ahmad Tsauri, sejak awal perayaannya, Maulid Nabi telah menyimpan latar belakang fakta menarik. Pertama, inisiatif perayaan Maulid Nabi pertama datang dari seorang perempuan Persia yang cerdas, berwawasan luas, dan bijaksana bernama Al-Khaizuran (173 H). Ia adalah istri Khalifah Al-Mansur dan ibu dari dua Khalifah Abbasiyah, Al-Hadi dan Harun Al-Rasyid, yang juga terkenal lantaran mewarisi tiga ciri yang melekat pada ibunya tersebut, sehingga di tangannya peradaban Islam mencapai salah satu masa keemasan.

Maka, jika dihayati pula secara historis, perayaan Maulid Nabi merupakan salah satu momentum meneguhkan kembali diangkatnya derajat wanita dalam Islam: mereka berperan dalam memunculkan salah satu ritual terbesar dalam sejarah peradaban Islam pasca-Nabi yang gaungnya tak pernah sepi hingga kini.

Kedua, inisiatif perayaan Maulid Nabi oleh Al-Khaizuran dimaksudkan sebagai benteng kultural Islam agar masyarakat Muslim saat itu tidak turut merayakan Nairuz dan Mahrajan, dua perayaan kuno Persia yang tetap semarak ketika Islam mendominasi wilayah Persia.

Maka, lagi-lagi jika dihayati secara historis, perayaan Maulid Nabi menyimpan warisan berupa pendekatan kultural dalam merespons masalah. Apa yang dinilai sebagai masalah saat itu, yakni perayaan Nairuz dan Mahrajan, direspons bukan dengan memfatwakan haram merayakannya atau mengucapkan selamat atas perayaan tersebut, namun lewat pendekatan kultural dengan menyediakan alternatif lain yang tidak kalah bergengsinya dan berpijak pada tradisi Islam.

Dan terbukti, ia jauh lebih efektif, popoler, dan lintas sejarah ketimbang pendekatan hukum. Hukum di sini, misalnya, berbasis fatwa pelarangan sebagaimana pernah dikeluarkan Ibn Taimiyah yang sifatnya temporal dan sangat terikat konteks saat itu. Persisnya ketika itu sedang berkecamuk Perang Salib yang mana fatwa itu lebih berorientasi meneguhkan politik identitas keislaman.

Karenanya, dengan wawasan historis tersebut, Habib Luthfi meletakkan Maulid Nabi bukan sekadar ritual keislaman semata, tapi juga keindonesiaan. Sebagaimana Maulid Nabi dirayakan sejak Dinasti Abbasiyah, Fatimiyah, Ayyubiyah, Dinasti Azafi Maghrib, Dinasti Marini Maroko, pasca-serbuan Mongol, hingga era penjajahan negara-negara Eropa, di mana semangat perayaan Maulid Nabi bukan hanya keagamaan, tapi juga kebangsaan.

Dalam konteks kebangsaan tersebut, Habib Luthfi merancang Maulid Nabi menjadi perayaan persatuan bangsa. Ia menjadi ajang silaturahmi dan pergandengan tangan antara ulama dan umara’ (pemimpin): dari tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten-kota. Tanpa memilah-milah umara’-nya: siapa yang memimpin saat perayaan Maulid Nabi diselenggarakan, maka dia diundang untuk bersilaturahmi dan bergandengan tangan dengan ulama dan umat.

Lihatlah, misalnya, foto-foto ketika Susilo Bambang Yudhoyono dulu maupun Jokowi sekarang sama-sama digandeng tangannya pas tiba dalam perayaan Maulid Nabi ala Habib Luthfi.

Lebih jauh, Habib Luthfi juga menjadikan Maulid Nabi sebagai momentum persatuan elemen bangsa dari berbagai agama. Di antaranya, sebagaimana terlihat dari foto yang diunggah Facebook Habib Luthfi bin Yahya, terlihat Kepala Paroki St Petrus Pekalongan, Romo Sheko, hadir dalam perayaan Maulid Nabi tersebut.

Melalui Maulid Nabi, Habib Luthfi tampak menegaskan pesan kebangsaan bahwa di tengah ragam perbedaan, nilai-nilai kebangsaan haruslah dijaga. Oleh karena itu, sehari sebelum perayaan Maulid Nabi, dalam Apel Ikrar Kesetiaan NKRI di Alun-alun Kota Pekalongan, Habib Luthfi menegaskan, “Kita tidak rela NKRI terkoyak-koyak, kita tidak rela bangsa Indonesia terpecah-belah, maka Apel Ikrar Kesetiaan ini sebagai wujud kita cinta NKRI.” Sebab, bangsa adalah wadah bagi ragam entitas yang berbeda itu.

Bahkan, nilai-nilai kebangsaan itu legowo menjadi wadah bagi mereka yang mengkritik nilai-nilai kebangsaan itu sendiri. Inilah pesan rahmat Islam, sebagaimana Allah yang tetap merahmati kehidupan dan semacamnya kepada manusia-manusia yang tak percaya kepada-Nya sekalipun.

Secara historis, yang terdekat, apa yang dilakukan Habib Luthfi mengingatkan kita pada Habib Ali al-Habsyi Kwitang yang juga menjadikan Maulid Nabi sebagai momentum kebangsaan, di mana ia “bergandengan tangan” dengan Bung Karno. Sebuah paradigma kalangan habib yang memang sejak awal Islamnya dibawa dengan orientasi kebangsaan dan kultural.

Sumber: Geo Times

Tags: slide
admin

admin

Related Posts

Opini

Boikot Produk Israel: Analisis Filosofis, Ekonomi, dan Sosial pada Kasus Kurma

March 17, 2025

Boikot produk Israel, khususnya kurma, bukan sekadar tindakan ekonomi tetapi juga gerakan moral yang berakar pada perlawanan terhadap pendudukan ilegal...

Dunia Islam

Racun Peradaban

March 2, 2023

Entah sejak bila tidak diketahui persis, kapan beberapa aktivis perdamaian dan HAM serta peneliti sejarah di Indonesia mulai akrab—dan kemudian...

Opini

ZION

April 23, 2022

Tak pernah ada seorangpun menyangka bahwa Zion suatu saat akan menjadi sebuah kata yang disesaki dengan beban angkara. Naskah-naskah kuno...

Ahlulbait

Duka Cita yang Mendalam atas Wafatnya Ayatullah Muhammad Ray Syahri

March 2, 2023

Keluarga BesarIslamic Cultural Center JakartaMenyampaikanDuka Cita yang Mendalam atas Wafatnya Ayatullah Muhammad Ray Syahri22 Maret 2022 Semoga Allah Swt menempatkan...

Kegiatan ICC Jakarta

UNTUK DUNIA BEBAS IMPERIALIS MELIHAT IRAN SETELAH 43 TAHUN REVOLUSI ISLAM

February 10, 2022

🔴 Ikutilah Webinar UNTUK DUNIA BEBAS IMPERIALIS;MELIHAT IRAN 🇮🇷 SETELAH 43 TAHUN REVOLUSI ISLAM Bersama Keynote Speaker:✅ Dr. Hossein MottaghiDirektur...

Islam Mancanegara

Makam Syahid Soleimani Penuh Peziarah

January 3, 2022

Makam "Sardar Delha" yang terletak di pemakaman Shuhada (Golzar-e Shohada) Kerman ini padat oleh peziarah.

Next Post
Adab-adab Membaca al-Qur’an

Adab-adab Membaca al-Qur'an

Doa setelah Mengkhatamkan al-Qur'an

Rasionalitas dan Intelektualitas

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist