ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Racun Peradaban

by admin
March 2, 2023
in Dunia Islam, Islam Indonesia, Islam Mancanegara, Opini, Publikasi
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Entah sejak bila tidak diketahui persis, kapan beberapa aktivis perdamaian dan HAM serta peneliti sejarah di Indonesia mulai akrab—dan kemudian “berani”— menyebut keberadaan negara Israel, si pemilik ideologi Zionisme, sebagai “Racun peradaban”. Barangkali sejak Buya Syafii (Ahmad Syafii Maarif) merilis ungkapan itu dalam buku berjudul Gilad Atzmon: Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionis (Feb, 2012). Sebuah sebutan yang tampak sengaja diletakkan di paragraf akhir karya “kecil” Buya Syafii itu, menurut saya, menjadi kata kunci sekaligus kesimpulan dari apa yang hendak disampaikannya kepada audiens.
Atau jauh sebelum itu. Ketika Bung Karno, salah seorang the founding fathers Negara Indonesia, jelas-jelas menyebut Israel sebagai penjajah. Dalam timbul tenggelamnya isu kemerdekaan Palestina di ranah publik, ucapan masyhur Sang Proklamator kerap muncul ulang; “Selama kemerdekaan Bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”


Bagi bangsa Indonesia, sikap terhadap penjajahan sudah jelas-gamblang; “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” (alinea pertama UUD 1945). Maka, tindakan Israel yang menjajah, yang terbukti menjarah tanah penduduk Palestina dan tidak membiarkan rakyat Palestina merdeka—mengurus bangsa dan negaranya sendiri; seperti dengan Pemilu atau referendum—mesti dihapuskan. Bukti-bukti bahwa Indonesia tidak mau berteman dengan negara atau kelompok penjajah sudah cukup, yakni jika kita membuka lembar sejarah sejak masa pemerintahan Bung Karno. Begitu pula setelah beralih ke era-era berikutnya, konsistensi negara Republik Indonesia dalam membela rakyat Palestina masih tak berubah. Salah satu kalimat yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI beberapa waktu lalu meneguhkan hal itu, dengan menyatakan, “Posisi konsisten Indonesia terhadap Palestina bahwa Indonesia akan terus bersama rakyat Palestina memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan.” Artinya, sampai sekarang pun bangsa Indonesia mengakui terjadinya penjajahan Israel terhadap Palestina dan menyokong perjuangan rakyat Palestina demi kemerdekaan dan keadilan.


Dari kawasan Timur-Tengah sendiri juga terpublikasi perkataan senada, seperti yang disampaikan oleh pemimpin tertinggi Republik Islam Iran, Sayid Ali Khamenei, bahwa [negara] Israel seperti tumor ganas dalam tubuh hubungan antarbangsa di dunia saat ini yang harus diangkat (dilenyapkan). Persoalannya, bagaimana berjuang bersama rakyat Palestina itu.
Bagi negara-negara muslim, ada tiga arus utama yang mengalir dalam hubungan mondial terkait Palestina. Pertama, membiarkan saja apa yang terjadi di sana dan sibuk dengan urusan dalam negeri dan kepentingan pemerintahannya sendiri. Karena itu mereka merasa bebas melakukan normalisasi hubungan diplomatik dan lainnya dengan Israel. Sebut saja Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan dan Maroko. Sebelum mereka, telah terjalin hubungan “mesra” antara Saudi Arabia dengan Israel. Yang kedua, memberi perhatian dengan berbagai cara dalam membantu dan mendukung upaya rakyat Palestina, tetapi juga tidak mau “merusak hubungan” dengan negara-negara sahabat dan pendukung utama Israel. Sebagian besar dari negera-negara ini mendukung penyelesaian solusi dua negara. Di antara mereka ada negara Republik Indonesia. Dengan kebijakan politik bebas-aktifnya, memungkinkan bagi Indonesia untuk bersikap demikian.
Yang ketiga, gerakan muqawwama (perlawanan penuh). Mereka memberikan dukungan penuh terhadap palestina, diplomatik, persenjataan, sandang-pangan, obat-obatan dan lain-lain. Mereka tidak peduli ketika menjadi sasaran ancaman atau “perang lain” dengan ditekan oleh para pendukung Israel yang notabene adalah negara-negara “kuat”. Di antara mereka ada negara Republik Islam Iran, negara yang terus menerus dikesankan jelek dan jahat oleh media massa Barat.
Tampaknya, kita negara Indonesia mengalami dilema antara menuntaskan amanat penghapusan penjajahan dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, dengan tuntutan “kepentingan nasional”. Indonesia tidak pernah menolak berhubungan dengan siapa pun, karena dasar dari hubungan-manusia adalah kebaikan. Tapi sikap atas hubungan tersebut bisa berkawan atau bermusuhan. Jika saling menguntungkan, yakni saling menebar Rahmat Tuhan maka berkawan. Namun kalau sebaliknya, menebar kerusakan, maka hubungannya adalah sebagai musuh. Sederhana tetapi jelas sikap [ideal dan filosofis] NKRI.
Urusan kepentingan nasional biasanya memang tidak sederhana, mengingat terkait dengan hubungan bilateral dan multilateral yang menyangkut urusan keseharian dan ketenteraman rakyat Indonesia sendiri. Dalam bahasa lain, tekanan atau—boleh dikata—tindasan Barat, terutama Amerika Serikat, terhadap negara dan bangsa Indonesia terkait masalah Palestina sebenarnya cukup terasa. Cuma saja, kerap kali kita belum bisa secara terbuka mengungkapkannya. Karenanya, menurut beberapa beberapa pengamat, tinggal keberanian kita dalam memilih langkah perjuangan keadilan dan kemerdekaan yang dimaksudkan itu.
Selama ini Indonesia memilih penyelesaian “solusi dua negara” atas masalah Palestina. Solusi dua negara merupakan salah satu opsi solusi konflik Israel–Palestina yang menyerukan untuk dibuatnya “dua negara untuk dua warga” yang hidup  berdampingan. Tapi faktanya, perbatasan antarnegara masih terus dipersengketakan. Dan sejak mendeklarasikan kemerdekaannya, Israel terus memperluas wilayah pemukimannya hingga kini di wilayah Palestina itu. Memperluas wilayah pemukiman inilah fakta konkret dari pencaplokan dan penjajahan yang dilakukan.
Di sinilah muncul pertanyaan atas keseriusan Israel dengan solusi dua negara tersebut? Jika melihat sejarah dari kerangka solusi yang tertulis dalam resolusi PBB mengenai “penyelesaian damai”, ternyata Israel dengan dukungan sekutunya, seperti USA dan Inggris, tidak memedulikan siapa pun, bahkan PBB. Sementara beberapa pihak yang mengklaim mewakili Palestina dan diakui oleh lembaga dunia itu tidak berkeberatan. Sudah banyak upaya diplomatik yang dilakukan untuk mewujudkan solusi dua negara, di antaranya Konferensi Madrid tahun 1991, kemudian Perjanjian Oslo 1993 dan Pertemuan Camp David 2000, yang gagal, dan dilanjutkan dengan Pertemuan Taba di awal 2001. Pada 2002, Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab. Prakarsa perdamaian terbaru adalah Pembahasan Perdamaian (2013-2014) yang juga gagal.
Karena itu, tampaknya Israel lebih sebenarnya memilih solusi satu negara, yakni Negara Israel saja. Jika demikian yang sebenarnya, maka tak berlebihan jika sebagian orang menyebut bahwa sebab konflik di Palestina semata merupakan hakikat petualangan Zionisme—ideologi politik khas Yahudi/Israel yang, faktanya, telah secara terbuka menampakkan arogansi diskriminatif dan kecongkakan perilaku dengan menjadi rezim yang mencaplok negeri Palestina secara zalim. Namun benarkah penyimpulan bahwa Zionisme dan gerakan yang lahir dari ideologi politik rasis tersebut juga dimengerti senafas oleh umumnya masyarakat dunia, terutama kalangan muslimin? Tampaknya belum, bahkan sebagian masyarakat muslim, terutama kalangan elite politik dan pemegang kekuasaan negara-negara muslim, memiliki beda pendapat dan simpulan. Sebut saja munculnya gairah untuk normalisasi-hubungan dengan Israel.
Beruntungnya, ada pihak yang berdiri berseberangan secara tegas, yang telah disebut di atas sebagai arus ketiga. Mereka menyebut sebagai kelompok muqawwamah, sebuah gerakan perlawanan yang menolak eksistensi Israel sebagai negara di Palestina. Kelompok ini jelas-jelas menginginkan lenyapnya setiap racun dari peradaban kemanusiaan—yang kini secara faktual diperankan oleh negara zionis Israel. [Mas Abbas, peringkas warta]

admin

admin

Related Posts

Meninggal Setelah Disiksa: Kematian Tahanan Palestina ke-65
Dunia Islam

Meninggal Setelah Disiksa: Kematian Tahanan Palestina ke-65

April 22, 2025

Komisi Urusan Sipil Palestina mengabarkan Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan serta Perhimpunan Tahanan Palestina (PPS) bahwa seorang tahanan, Nasser...

Dunia Islam

Dari Sana’a untuk Gaza: Yaman Hancurkan Mitos Superioritas AS

April 22, 2025

Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) pada Senin (21/4/2025) mengumumkan telah melaksanakan serangkaian operasi militer besar dengan menggunakan drone dan rudal jelajah,...

Gaza Dikepung Kelaparan, Umat Kristen Palestina Juga Ditindas di al-Quds
Dunia Islam

Gaza Dikepung Kelaparan, Umat Kristen Palestina Juga Ditindas di al-Quds

April 21, 2025

Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyerukan agar bantuan segera diizinkan masuk ke Gaza, mengingat hampir seluruh penduduk di wilayah yang...

Sheikh Naim Qassem: Perlawanan Adalah Reaksi atas Penjajahan!
Dunia Islam

Sheikh Naim Qassem: Perlawanan Adalah Reaksi atas Penjajahan!

April 21, 2025

Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sheikh Naim Qassem, menegaskan bahwa keberadaan Poros Perlawanan adalah respons langsung terhadap pendudukan Israel yang terus...

Ratusan Pemukim Israel Serbu Masjid Al-Aqsha di Hari Ketiga Paskah, Poros Perlawanan Peringatkan Bahaya Eskalasi
Dunia Islam

Ratusan Pemukim Israel Serbu Masjid Al-Aqsha di Hari Ketiga Paskah, Poros Perlawanan Peringatkan Bahaya Eskalasi

April 17, 2025

Lebih dari 700 pemukim Israel menyerbu Masjid Al-Aqsha pada hari ketiga libur Paskah Yahudi dengan perlindungan penuh dari pasukan pendudukan...

Israel Kembali Lakukan Pembantaian: Tenda Pengungsi Dibom di Khan Younis
Dunia Islam

Israel Kembali Lakukan Pembantaian: Tenda Pengungsi Dibom di Khan Younis

April 17, 2025

Rezim pendudukan Israel kembali melakukan pembantaian brutal terhadap warga sipil Palestina. Kali ini, tenda-tenda pengungsi di wilayah Al-Mawasi, barat Khan...

Next Post

Gema Hikmah Ramadhan 24

Gema Hikmah Ramadhan 25

Gema Hikmah Ramadhan 26

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist