Apakah transformasi sosial terjadi setelah kemunculan Imam Mahdi? Ataukah masyarakat yang seharusnya melakukan transformasi sosial lebih dulu agar Imam Zaman datang? Demikian di antara pertanyaan yang terlontar dalam forum bedah buku ‘Pemerintahan Akhir Zaman’ karya Syekh Najmuddin Thabasi di Perpustakaan ICC Jakarta, Jumat, 8 Maret 2024.
Narasumber bedah buku, Muhammad Rusli Malik, berpendapat Imam Mahdi alaihissalam mengalami kegaiban justru karena masyarakat tidak siap melakukan transformasi soial. Bukan hanya pada masa awal kegaiban Imam, ketidaksiapan itu terjadi sampai sekarang. “Oleh karena itu, jika kita merindukan kedatangannya, kita harus menjadi pekerja keras untuk mengundang kedatangannya,” kata Pengasuh Rumah Kajian Alquran al-Barru ini.
Orang-orang yang merindukan Imam seharusnya mempersiapkan karpet merah berupa infrastruktur hingga struktur terbentuknya transformasi sosial. Bukan berpangku tangan menanti kedatangan Imam agar transformasi sosialterjadi. Setiap orang yang menantikan kedatangan Imam, mestinya berperan aktif sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Dalam gerakan transformasi inilah, Rusli memandang visi Imam Mahdi menjadi penting untuk dibahas. Pasalnya,seluruh gerakan para penanti Imam seharusnya berorientasi kepada visi Mahdawiyah. “Bagaimanapun, bekerja tanpa patokan dan pedoman merupakan pemborosan waktu,” ujar penulis buku Tafsir al-Barru ini.
Namun, sebelum menjelaskan visi Imam Mahdi dalam pemerintahan akhir zaman nanti, Narasumber menguraikan bentuk-bentuk pemerintahan yang pernah berdiri di muka bumi ini. Dia menjelaskan tentang monarki, aristokrasi, tirani dan lain sebagainya beserta kekurangannya masing-masing. Demikian juga ketika ia menerangkan jenis-jenis ideologi yang pernah lahir dalam sejarah manusia.
Setelah itu semua, narasumber menjelaskan ideologi Alquranyang dibawa oleh Imam Mahdi. Dengan ideologi itu, Imam datang dengan visi keadilan. Dalam konteks ini, Rusli mengutip hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan Abu Dawud: “… seandainya usia kehidupan alam semesta ini tinggal sehari saja, niscaya Allah mendatangkan satu orang dari Ahlulbaitku yang akan memenuhi bumi ini dengan keadilan…”. Pemateri juga menerangkan kaitan tafsir dari ayat Alquran “Kuntum khoira ummatin ukhrijat linnasi…” dalam Surat Ali Imran:110 dengan konteks kebangkitan Imam Zaman.
Namun sebelum kemunculan Imam dengan visinya tersebut, hal mendasar yang mesti dipersiapkan umat adalah transformasi sosial. Dalam bahasa agama tahap ini disebut‘Amar Ma’ruf’ seperti dalam Surat Ali Imran, ayat 110. Dalam transformasi sosial inilah, lanjut Rusli, orang-orang yang tercerahkan seperti para mubalig, guru, dan aktivis melakukan pencerahan kepada masyarakat luas.
“Siapa saja yang selalu membaca doa ‘Allahumma Kun li Waliyika… (doa keselamatan Imam Mahdi) mestinya ikut terlibat aktif dalam transformasi sosial, apapun profisinya,” katanya. “Jadi yang perlu diingat adalah, alasan kegaiban Imam Mahdi – yaitu ketidaksiapan transofmasi sosial – harus menjadi alasan kezuhurannya (kemunculannya) – yaitu terjadinya transformasi sosial.”
Masih dalam Surat Ali Imran: 110, tingkatan selanjutnya adalah nahi mungkar. Kemungkaran inilah yang paling utama nanti dilawan oleh Imam Zaman untuk membawa masyarakat menuju keadilan. Kemungkaran yang dimaksud di sini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang bersifat terstruktur dan global.
Pada masa kegaiban Imam seperti sekarang ini, menurut Rusli, hanya orang-orang tertentu yang dapat berperan pada level Nahi Mungkar. Mereka adalah para marja’ dan ulamayang benar-benar memahami hukum syariat tentang bagaimana seharusnya dan apa saja objek dari tindakan nahi mungkar. Tanpa kompetensi ilmu, tindakan nahi mungkar justru dapat menimbulkan masalah dalam masyarakat.
Pemateri menguraikan pemaparannya dalam kurang lebih satu jam. Pemaparan yang disertai dengan analisis geopolitik aktual ini memantik diskusi antara peserta bedah buku dan pemateri. Sesi tanya-jawab pun berlangsung selama hampir satu jam. Dari awal hingga akhir, forum dipandu oleh dua pegiat litersi Perpustakaan ICC Jakarta, Adi Firmansyah sebagai pemandu acara dan Salilah Baraqbah sebagai moderator diskusi.
Bedah buku ini terselenggara atas kerja sama Perpustakaan ICC dan Penerbit Nur Alhuda. Di samping kajian ilmu, forum dimeriahkan dengan undian berhadiah buku di penghujung acara. Sebanyak delapan peserta beruntung mendapatkan hadiah berupa buku “Sistem Politik Islam” setebal 466 halaman.
“Kami berharap semoga program perpustakaan ini menjadi bagian dari pencerahan umat, terutama bagi yang datang untuk hadir di sini dan bagi mereka yang menyaksikan bedah buku lewat kanal Youtube ICC Jakarta TV,” kata Kepala Perpustakaan ICC Jakarta, Widya Candra.